Liputan6.com, Jakarta Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang Kesehatan memiliki strategi khusus dalam menangani jemaah lanjut usia (lansia) pada pelaksanaan ibadah haji 1444 H/2023 M. Penanganan yang diberikan kepada lansia tak hanya berupa tindakan medis, tapi juga pendekatan emosional.
Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) Haji 2023, Liliek Marhaendro Susilo mengatakan, pihaknya akan lebih banyak memberikan perhatian khusus kepada jemaah lansia mulai dari empati hingga penghargaan ketika mereka melakukan tindakan bagus.
Baca Juga
"Tujuannya adalah untuk membesarkan hati mereka, membuat mereka rileks saat menjalankan aktivitas, dan membuat mereka tidak merasa asing dengan semua petugas, sehingga suasana ini menimbulkan suasana seperti di kampungnya atau di rumahnya," ujar Liliek saat ditemui di sela acara Bimtek Terintegrasi PPIH di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa malam (11/3/2023).
Advertisement
"Diharapkan dengan kodisi tersebut, jemaah khususnya lansia yang punya risiko tinggi kesehatan bisa lebih enjoy dalam melaksanakan ibadahnya, sehingga diharapkan dia bisa tetap bugar dan sehat," katanya menambahkan.
Selain itu, PPIH bidang Kesehatan ini akan bekerja sama dengan petugas haji lainnya, terutama para pembimbing agar bisa melihat secara hati-hati kondisi kesehatan jemaahnya. Liliek meminta agar jemaah haji tidak diperlakukan sama dalam beraktivitas atau ibadah. Apalagi tahun ini jumlah jemaah haji lansia sangat banyak.
"Sebaiknya aktivitasnya disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing. Kalau yang sudah punya keterbatasan dalam berjalan jauh maka mesti ada yang bisa berbagi untuk memberikan pertolongan dan pengawalan dengan kursi roda misalnya," tutur dia.
PPIH di bawah komando Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini akan menempatkan satu orang dokter dan dua perawat dalam setiap kloter. Mereka ditugaskan untuk memantau kondisi kesehatan para jemaah di kloternya masing-masing secara berkala minimal tiga kali dalam seminggu. Pemeriksaan akan dilakukan dengan sistem jemput Bola.
"Yang kita tugaskan setiap kloter itu ada 50 pasien prioritas untuk dilakukan pemeriksaan secara berkala yaitu pasien atau jemaah yang memang punya risiko paling tinggi kesehatannya. Nah ini tujuannya mengawal jemaah ini benar-benar dijaga supaya tetap sehat pada saat melaksanakan ibadah di Arafah," kata Liliek.
Â
Membuka Klinik di Tempat Jemaah Indonesia Tinggal
Pusat Kesehatan (Puskes) Haji ini juga membuka klinik di hotel-hotel tempat tinggal jemaah Indonesia.
Tujuannya, ketika ada jemaah yang mengalami gangguan kesehatan bisa langsung berkonsultasi dan mendapatkan penanganan dari tenaga medis di sana.
"Kami juga menugaskan dokter-dokter spesialis di setiap sektor. Mereka ini berada di luar, jadi sifatnya lebih mendekat kepada jemaah di luar hotel dan tempat ibadah. Di situ kita tempatkan dokter-dokter spesialis sehingga bisa langsung diidentifikasi jemaah yang sakit apakah ini bisa dirujuk ke rumah sakit haji Indonesia yang sifatnya darurat atau di klinik Arab Saudi supaya jemaah ini dapat penanganan yang cepat dan tepat," kata Liliek menandaskan.
Advertisement