Sukses

Amalan Malam Lailatul Qadar di 10 Hari Terakhir Ramadan

Beberapa amalan Rasulullah yang dapat dilakukan di 10 malam terakhir Ramadan untuk mendapatkan malam lailatul qadar.

Liputan6.com, Jakarta - Lailatul qadar adalah malam mulia yang ada di bulan Ramadan. Ada banyak keutamaan yang bisa diraih umat Islam pada malam lailatul qadar.

Tidak ada yang mengetahui kapan lailatul qadar akan terjadi. Namun Rasulullah SAW telah bersabda dalam sebuah hadis yang berbunyi:

“Carilah lailatul qadar pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan,” (H.R. Bukhari).

Lailatul qadar diyakini jatuh pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, tepatnya di malam-malam ganjil (21, 23, 25, 27, 29 Ramadhan). Peristiwa penting yang terjadi pada malam tersebut adalah peristiwa diturunkannya Al-Qur'an pertama kali oleh Allah SWT dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia.

Mengingat banyaknya keutamaan malam lailatul qadar umat Islam dianjurkan untuk berlomba-lomba meraih keutamaan malam mulia ini. Berikut 5 amalan malam lailatul qadar yang dapat dilakukan di 10 hari terakhir bulan Ramadan.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 2 halaman

6 Amalan yang Dianjurkan pada 10 Hari Terakhir Ramadhan

Melansir dari laman NU Online, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW melakukan ibadah yang dilakukan khusus pada 10 hari terakhir di malam Ramadan. 

Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Muslim, 

‘Aisyah meriwayatkan:   ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح    

“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh,”   

Kedua, Rasulullah SAW selalu membangunkan keluarganya untuk sholat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadan. Hadis Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:    

قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة   

“Bahwasannya Rasulullah SAW beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”   

Ketiga, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang dalam arti menghindari tempat tidur pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Hal ini bersandar pada hadis: 

 في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله”   

“Rasulullah SAW ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.”

Keempat, Rasulullah SAW pernah menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal) pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadan. Namun puasa wishal tidak dianjurkan untuk ditiru oleh pengikutnya. 

Kelima, Rasulullah SAW mandi dan membersihkan diri serta memakai wewangian menjelang Isya’ dengan harapan memperoleh lailatul qadar.

Keenam, Rasulullah SAW selalu beri’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan.