Sukses

Viral Yudo Andreawan Ngamuk, Ini Tips Mengendalikan Emosi Secara Islami

Seorang pria viral lantaran mengamuk di tempat umum. Adalah Yudo Andreawan, dia tak bisa menahan amarahnya saat bersenggolan dengan penumpang lain di Stasiun Manggarai pada Selasa (11/4/2023) lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria viral lantaran mengamuk di tempat umum. Adalah Yudo Andreawan, dia tak bisa menahan amarahnya saat bersenggolan dengan penumpang lain di Stasiun Manggarai pada Selasa (11/4/2023) lalu.

Mengutup laporan kanal Health Liputan6.com, Yudo Andreawan sempat mengejar penumpang yang menyenggolnya. Ia berteriak emosi dan bertindak kasar dalam kejadian itu.

Setelah viral, ternyata bukan kali pertama Yudo Andreawan membuat onar. Sebelum di Stasiun Manggarai, ia pernah ngamuk di klinik tempat wanita incarannya. 

Terlepas dari itu, manusia acapkali mudah tersulut emosinya. Begitu pun dengan Rasulullah SAW yang pernah marah. Kendati demikian, Rasululullah SAW termasuk orang yang bisa mengendalikan amarahnya.

Lantas, apa tips mengendalikan emosi dari Rasulullah SAW?

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Tips Mengendalikan Marah dari Rasulullah SAW

Mengutip situs Keislaman NU, Abu Hurairah ra menceritakan tips yang dilakukan Rasulullah saw ketika dilanda kemarahan. Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi mengubah posisinya dari berdiri menjadi duduk dan dari menjadi berbaring.

Semua itu dilakukan sehingga kemarahannya mereda, (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 180).

Makna perubahan posisi itu adalah agar dapat merenung akan kerendahan dan kehinaan dirinya dari mana berasal. Juga mengingat keutamaan marah dan ganjaran memaafkan orang lain.

Perubahan posisi itu merupakan isyarat sujud yang menandai posisi kepala sebagai anggota tubuh paling terhormat pada tanah sebagai tempat paling rendah. (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/180).

Nabi Rasulullah SAW juga menganjurkan orang yang sedang dilanda kemarahan untuk berta’awudz dan berwudhu. Nabi Muhammad saw bersabda, “Kemarahan itu adalah api yang menyala di dalam hati.”

 قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الغضب من الشيطان وإن الشيطان خلق من النار وإنما تطفأ النار بالماء فإذا غضب أحدكم فليتوضأ

Artinya: “Marah itu berasal dari setan. Setan diciptakan dari api. Api dapat dipadamkan oleh air. Bila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia berwudhu,” (HR Abu Dawud). 

Al-Ghazali juga mengutip riwayat sahabat Ibnu Abbas ra yang menyebut pesan Rasulullah SAW, “Bila kau marah, diamlah.” (HR Baihaki). 

Maksud diam dari hadis tersebut bukan berarti mendiamkan orang lain. Akan tetapi, diam tidak melakukan perbuatan atau mengucapkan perkataan buruk. Diam di sini tidak lain adalah menelan kemarahan itu sendiri. 

ما تَجَرَّعَ عبدٌ جرعةً أفضلَ عند الله من جرعة غَيْظٍ يكظمُها ابتغاءَ وجه الله 

Artinya: “Rasulullah bersabda, ‘Tidak ada tegukan seorang hamba yang lebih utama di sisi Allah melebihi tegukan seseorang menahan marah karena mengharapkan ganjaran Allah,’” (HR Bukhari dalam Kitab Al-Adabul Mufrad).