Liputan6.com, Bali - Selain keindahan alamnya, Pulau Bali juga dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya. Salah satu tradisi yang ada di pulau ini adalah tradisi ngejot.
Mengutip dari kemenag.go.id, tradisi 'ngejot' berarti memberi. Sesuai artinya, tradisi ini dilakukan dengan cara saling memberi makanan kepada sesama.
Tradisi ini menjadi salah satu bentuk silaturahmi, pertemanan, dan persaudaraan. Masyarakat Bali memang mayoritas beragama Hindu, tetapi tradisi ini tak hanya dilakukan oleh pemeluk agama Hindu saja.
Advertisement
Baca Juga
Bagi masyarakat muslim di Bali, tradisi ngejot juga disebut sebagai jalinan silaturahmi kepada sesama. Tradisi ini justru menjadi bentuk toleransi antarumat beragama di Bali.
Masyarakat akan saling mengantarkan makanan kepada saudara maupun tetangga, termasuk kepada mereka yang berbeda keyakinan. Tradisi ini sering digelar saat hari-hari besar keagamaan, misalnya saat Galungan dan Idulfitri.
Bentuk makanan yang diberikan pun beragam, termasuk berbagai jenis kue hingga buah-buahan. Tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang dalam keberagamaan masyarakat Bali ini menjadi bentuk kerukunan yang sudah terbangun sejak lama hingga sekarang.
Tradisi ngejot juga merupakan persembahan rasa terima kasih. Pada upacara Yadnya, keluarga wajib memberikan pengwales (membalas) kebaikan kepada anggota keluarga atau banjar yang sudah membantu dan memberi kebaikan (ngejot).
Dalam upacara Galungan, masyarakat akan saling memberi makanan sebagai bentuk rasa kekeluargaan. Tujuannya agar tetangga dan masyarakat sekitar dapat ikut merasakan upacara dan tradisi ngajot tersebut.
(Resla Aknaita Chak)