Liputan6.com, Jakarta Sejarah ketupat sebagai hidangan khas Lebaran perlu dipahami oleh umat Islam di Indonesia. Sebagai salah satu tradisi yang khas di Indonesia, kamu tentunya tidak akan kesulitan menemukan dekorasi ataupun masakan ketupat di berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Sejarah ketupat sebagai hidangan khas Lebaran dimulai pada masa penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Ketupat sebagai simbol yang identik dengan hari raya Idul Fitri memiliki filosofi tersendiri dari berbagai elemen di dalamnya.
Ketupat adalah hidangan yang menggunakan bahan utama beras dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda atau janur. Pada hari Lebaran, banyak juga dekorasi ketupat yang digunakan di mana-mana.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (23/4/2023) tentang sejarah ketupat sebagai hidangan khas Lebaran.
Sejarah Ketupat sebagai Hidangan Khas Lebaran
Sejarah ketupat sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindu-Budha di Jawa. Pada tahun 1600-an, di mana Islam mulai menyebar di Jawa, ketupat diperkenalkan dengan filosofi bermakna. Sosok yang memperkenalkan filosofi ketupat adalah Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Pada masa ini, Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat sebagai makanan dengan filosofi khas lebaran. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Idul Fitri pada masa kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.
Sejarah ketupat menjadi salah satu simbol untuk perayaan hari raya Idul Fitri umat Islam sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.
Bada kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut bada kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Kemudian ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.
Advertisement
Makna Ketupat
Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya adalah mengakui kesalahan. Ngaku lepat diimplementasikan dalam bentuk sungkeman di hadapan orang tua. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun. Ngaku lepat juga berbentu saling mengakui dan memaafkan kesalahan satu sama lain.
Sementara itu, laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebar, luber, lebur, dan labur. Lebar artinya seseorang akan bisa terlepas dari kemaksiatan. Lebur artinya lebur dari dosa. Luber artinya luber dari pahala, keberkahan, dan rahmat Allah SWT. Sementara labur artinya bersih.
Filosofi Ketupat di Hari Lebaran
Filosofi ketupat di hari Lebaran perlu kamu pahami. Pasalnya, tiap-tiap elemen dari ketupat memiliki foilosofinya masing-masing:
1. Janur
Janur atau daun kelapa muda menjadi pembungkus dari ketupat. Janur menurut filosofi Jawa merupakan kepanjangan dari sejatine nur. Artinya manusia berada dalam kondisi suci setelah berpuasa Ramadan. Dalam budaya Jawa, janur juga dipercaya sebagai tolak bala.
2. Bentuk Ketupat
Bentuk segi empat pada ketupat melambangkan keempat nafsu dunia yaitu, amarah, rasa lapar, rasa ingin memiliki sesuatu yang indah, dan rasa ingin memaksakan diri. Orang yang memakan ketupat diibaratkan telah mampu mengendalikan keempat nafsu tersebut selama berpuasa. Selain itu, bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia dimana puastnya adalah Allah SWT.
3. Anyaman Ketupat
Anyaman ketupat memiliki detail rumit. Artinya, hidup manusia juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya. Anyaman pada ketupat diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani.
4. Isi Ketupat
Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Ketika ketupat dibelah, warna putihnya melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan.
5. Hidangan Pendamping
Ketupat biasanya disantap bersama hidangan pendamping berbahan santan seperti opor, rendang, atau gulai. Santan atau santen memiliki filosofi Jawa yaitu pangapunten atau memohon maaf. Dengan begitu, ketupat memiliki filosofi mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan.
Advertisement