Sukses

4 Pilar Akhlak Mulia dalam Islam yang Wajib Diketahui, Meneladani Suri Tauladan Rasulullah

4 pilar akhlak mulia dalam Islam dianggap sebagai faktor penting, dalam membangun hubungan antara individu dan masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta 4 Pilar akhlak mulia dalam Islam dianggap sebagai faktor penting, dalam membangun hubungan antara individu dan masyarakat. Ketika setiap individu mengembangkan akhlak mulia, maka masyarakat secara keseluruhan juga akan berkembang menjadi masyarakat yang lebih baik dan damai.

4 Pilar akhlak mulia dalam Islam juga menjadi penting dalam konteks pendidikan Islam. Pendidikan Islam tidak hanya berkaitan dengan pengajaran ajaran agama, tetapi juga melibatkan pengembangan akhlak dan moral yang baik pada diri peserta didik. Oleh karena itu dalam pendidikan Islam, akhlak mulia menjadi salah satu fokus penting dalam proses pembelajaran.

Selain itu, akhlak mulia juga menjadi bagian penting dalam kepemimpinan dalam Islam. Seorang pemimpin diharapkan memiliki akhlak mulia yang mencakup sifat-sifat seperti kejujuran, amanah, adil, sabar, dan tawadhu'. Dengan memiliki akhlak mulia, seorang pemimpin akan mampu memimpin dengan baik dan memberikan teladan positif bagi masyarakat.

4 Pilar akhlak mulia dalam Islam juga diasosiasikan dengan kesuksesan dunia dan akhirat. Orang yang memiliki akhlak mulia diyakini akan mendapatkan keberkahan dan kesuksesan dalam hidupnya di dunia, dan dijamin mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh karena itu, setiap muslim diharapkan untuk selalu berusaha meningkatkan akhlaknya dan menjadi teladan bagi orang lain.

Berikut ini 4 Pilar akhlak mulia dalam islam yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (19/4/2023). 

2 dari 4 halaman

1. Ihsan (Kebaikan)

Ihsan dalam Islam menekankan pada pentingnya melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan dengan sepenuh hati dan penuh pengabdian kepada Allah. Ihsan juga melibatkan perilaku yang baik dan santun, dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar. Islam mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang harus memiliki tujuan yang baik, dan dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Selain itu, ihsan juga mengajarkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama manusia dan makhluk lainnya. Dalam Islam, perbuatan kebaikan tidak hanya ditujukan kepada teman atau saudara seiman, tetapi juga kepada orang yang tidak dikenal atau bahkan musuh sekalipun. Hal ini tercermin dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”

2. Adil (Keadilan)

Adil dalam Islam mengacu pada memberikan hak yang sama, kepada semua orang tanpa pandang bulu. Adil juga mengajarkan untuk tidak membedakan seseorang berdasarkan latar belakang, warna kulit, atau agama. Keadilan dalam Islam ditekankan sebagai salah satu nilai utama yang harus dipegang teguh oleh setiap umat Muslim. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu” (QS. An-Nisa’: 135).

Selain itu, adil juga berarti tidak memihak pada satu pihak dan mengorbankan pihak lainnya. Dalam Islam, keadilan harus diutamakan dalam semua aspek kehidupan, baik dalam hubungan sosial maupun dalam sistem hukum. Islam mengajarkan untuk menyelesaikan perselisihan dengan cara yang adil dan damai.

 

 

3 dari 4 halaman

3. Tawadhu’ (Rendah Hati)

Tawadhu’ dalam Islam mengajarkan untuk rendah hati dan tidak sombong, baik itu dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan Allah. Tawadhu’ juga mengajarkan untuk menghargai dan memuliakan orang lain, tanpa memandang status atau kedudukan. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman: 18).

Selain itu, tawadhu’ juga mengajarkan untuk tidak merendahkan orang lain. Dalam Islam, setiap manusia dianggap sama di hadapan Allah, dan tidak ada seorang pun yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya. Oleh karena itu tawadhu’ juga mengajarkan untuk mengakui kelemahan dan kesalahan kita sendiri serta berusaha untuk memperbaiki diri.

4. Sabar (Kesabaran)

Sabar dalam Islam mengajarkan untuk tetap tenang dan sabar, dalam menghadapi ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah. Sabar juga mengajarkan untuk tidak mudah putus asa dan terus berusaha mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155).

Selain itu, sabar juga mengajarkan untuk tidak mengeluh dan mengadu nasib ketika mengalami kesulitan. Sebaliknya, sabar mengajarkan untuk menerima ketentuan Allah dengan lapang dada dan berusaha untuk memperbaiki diri dalam menghadapi cobaan.

Berkaitan dengan akhlak yang mulia ini, Rasulullah SAW bersabda,

انما بعثت لاتمم صالح الاخلاق

“Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan kebaikan akhlak.” (Imam Ahmad dari Sa’ied bin Manshur dari Abdul ‘Aziez bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ajlaan dari al-Qa’qaa’ bin Hakiem dar Abi Shaleh dari Abu Hurairah).

4 dari 4 halaman

Meneladani Akhlak Mulia Rasulullah

Allah memerintahkan kepada kita untuk bersikap baik kepada semua hal, seperti yang tertuang dalam firman-Nya:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”  (Al-Baqarah: 83)

Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin Juz III, mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tampa memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dulu).

Jika sifat tersebut timbul dari perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji secara aqli dan syar’i, maka dinamakan akhlak yang baik(akhlak mahmudah). Begitu juga sebaliknya, jika ia timbul dari perbuatan-perbuatan-perbuatan yang buruk maka dinamakan akhlak buruk (akhlak mazmumah).

Akhlak yang mulia mendorong manusia untuk berbuat baik kepada manusia dalam pergaulannya sehari-hari mereka, adalah salah satu tugas nabi yang paling penting, seperti yang diketahui bahwa Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. Tugas yang diemban Nabi ini merupakan kedudukan yang paling tinggi, dan diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. 

Rasulullah SAW merupakan figur yang memiliki akhlak paling sempurna, Allah berfirman di dalam Al-Qur’an;

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab 33:21)