Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras, budaya, bahasa dan lain sebagainya. Yang istimewa, masyarakat Indonesia hidup rukun selama ratusan bahkan ribuan tahun meski berbeda latar belakang.
Bahkan, di dalam sebuah agama atau suku tertentu pun ada perbedaan.
Dalam khazanah Islam, perbedaan adalah sunatullah. Bukankah Al-Qur'an juga telah menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda dengan tujuan untuk saling mengenal.
Advertisement
Baca Juga
Jika mampu mengenal, mengelola, dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada maka akan lebih menguatkan persatuan dan kesatuan. Karena dengan adanya perbedaan, toleransi dan saling memahami akan semakin tumbuh subur dalam setiap individu.
Pada akhir Ramadhan menjelang Idul Fitri ini, redaksi mengetengahkan teks khutbah Jumat dengan judul asli 'Khutbah Jumat: Perbedaan adalah Rahmat, Rayakanlah!'.
Naskah khutbah ini disusun H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung dan dinukil dari laman keislaman, nu.or.id.
Semoga menjadi amal untuk penulis, pemublikasi dan bermanfaat untuk masyarakat luas. Amin.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيِّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ . وَقَال: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَال اَيْضًا : وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagai makhluk yang telah dikaruniai banyak nikmat dan dipercaya menjadi khalifah di muka bumi ini, pada kesempatan kali ini mari kita senantiasa menguatkan rasa syukur kita kepada Allah. Syukur ini harus dikuatkan dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan wujudkan dalam tindakan. Oleh karena itu tiada kata yang bisa diungkapkan atas anugerah kehidupan di dunia selain kalimat Alhamdulillahirabbil Alamin. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang tahu diri dan bersyukur sehingga nikmat Allah akan terus ditambah oleh-Nya.
Selanjutnya khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt agar perjalanan hidup kita di dunia senantiasa berada pada koridor dan track yang telah digariskan oleh Allah. iman dan takwa akan menjadikan kita insan yang senantiasa takut untuk melanggar perintah Allah dan memotivasi kita untuk menjalankan semua perintah-perintah-Nya. Semoga kita bisa masuk dalam golongan muttaqin,
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Pada kesempatan Jumat kali ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah berjudul: Perbedaan adalah Rahmat, Rayakanlah!. Tema ini di angkat untuk mengingatkan kita bahwa berbagai perbedaan di dunia ini, baik dalam segi fisik maupun non-fisik seperti perbedaan pandangan dan keyakinan merupakan keniscayaan atau sunnatullah. Adalah sangat mudah bagi Allah swt jika ingin menciptakan semua yang ada di dunia ini sama. Allah berfirman dalam Surat Yunus ayat 99:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kalian (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”.
Namun Allah berkehendak lain menjadikan kita berbeda-beda. Pasti ada pelajaran dan hikmah mendalam dari semua ini yang harus menjadi renungan kita bersama. Terkait dengan perbedaan ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah menciptakan beragam jenis manusia yang semuanya itu bukan untuk saling menyalahkan, merasa paling benar, merasa paling baik, dan merasa paling lebih dari yang lain. Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa semua perbedaan yang diciptakan oleh Allah ini adalah untuk saling kenal, saling memahami, saling toleransi dan tidak saling menyalahkan.
Bukan hanya memahami perbedaan terkait suku, warna kulit, bentuk tubuh, dan hal-hal yang bersifat fisik lainnya, namun juga saling memahami pada pendapat, pemikiran, pemahaman, dan cara pandang yang berbeda-beda dari setiap individu manusia.
Termasuk dalam cara pandang dalam memahami nash atau teks-teks keagamaan yang diturunkan oleh Allah dalam wujud Al-Qur’an dan sunnah atau hadits Nabi Muhammad saw.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagai contoh perbedaan penafsiran dalil dan metode dalam menentukan awal bulan Hijriyah yang sampai saat ini terus terjadi. Terlebih saat menentukan bulan-bulan istimewa seperti Ramadhan yang di dalamnya diwajibkan untuk berpuasa 1 bulan penuh, Syawal yang menjadi waktu Hari Raya Idul Fitri, dan Dzulhijjah yang merupakan waktu Hari Raya Idul Adha serta pelaksanaan ibadah haji.
Dengan perbedaan yang ada ini, maka tidak heran pula terjadi perbedaan pada awal dan akhir puasa Ramadhan, beda pelaksanaan hari Raya Idul Fitri dan beda waktu Hari Raya Idul Adha. Perbedaan ini tidak boleh menjadi bahan perselisihan dan pertentangan.
Sebaliknya, perbedaan ini menjadi bukti betapa dalamnya khazanah keilmuan agama Islam sekaligus mengajarkan kepada umat Islam untuk menjadi individu yang tasamuh, toleran, menghargai pendapat orang lain, dan tidak gampang menyalahkan.
Perbedaan bukan untuk dihilangkan, namun perbedaan harus dikelola dengan baik dan dirayakan dalam kebersamaan. Maka tepat sekali konsep trilogi ukhuwah (persatuan) yang harus dipegang dalam menghadapi perbedaan ini.
Trilogi ukhuwah tersebut meliputi ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia). Jika ada perbedaan pandangan dalam pemahaman agama, kita harus menyadari bahwa kita saudara dalam satu bangsa.
Jika kita berbeda pandangan dalam agama dan berlainan bangsa, kita harus menyadari bahwa kita adalah saudara dalam kemanusiaan. Persaudaraan dalam perbedaan ini harus dikelola dengan sikap moderat (tawassuth), seimbang (tawazun), toleran (tasamuh), dan adil (i’tidal).
Dengan sikap ini, maka kedamaian dalam hidup bermasyarakat akan bisa senantiasa terjaga. Rasulullah bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (رواه مسلم)
Artinya, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR Muslim).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari paparan khutbah ini, kita bisa mengambil prinsip bahwa perbedaan pandangan adalah sebuah kewajaran dan keniscayaan. Yang terpenting adalah tidak saling menyalahkan dan merasa diri yang paling benar. Sikap inilah yang menjadi titik masalah dari perpecahan akibat perbedaan.
Jika setiap individu menjalankan keyakinannya dengan tidak menyalahkan orang lain, maka bisa dipastikan kedamaian bisa terwujud. Namun sebaliknya, jika yang digaungkan adalah menganggap dirinya benar dan yang lain salah, maka di situlah mulai muncul bibit-bibit ketidakharmonisan.
Terlebih di era digital saat ini, di mana setiap orang bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya melalui media sosial dan diketahui oleh khalayak ramai. Penting bagi setiap individu untuk berpikir seribu kali saat akan menyalahkan orang lain di media sosial, terlebih tidak memahami ilmu dan pokok permasalahannya.
Sehingga penting juga bagi kita untuk memilah dan memilih informasi dengan memperhatikan keshahihan "sanad", "matan", dan "rawi" dari informasi yang kita dapat di media sosial agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَـصمُتْ
Artinya: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” [HR Bukhari].
Semoga kita senantiasa diberi hidayah olah Allah untuk memiliki pemahaman yang mendalam dan benar dalam beragama dan semoga kita menjadi umat Islam yang senantiasa menyebarkan kedamaian di dunia nyata dan dunia maya. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Advertisement
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالقُرْءَانِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًا وَرَحْمَةً. اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِينَا. وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا. وَارْزُقْنَاَ تِلَاوَتَهُ ءَانَآءَ الَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Tim Rembulan
Saksikan Video Pilihan Ini: