Liputan6.com, Jakarta - Syawal adalah bulan kesepuluh dalam kalender Islam. Umat Islam akan bahagia ketika memasuki bulan Syawal lantaran pada awal bulan tersebut terdapat hari raya penting, yakni Idulfitri.
Hari Raya Idulfitri menjadi momen yang ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia. Pada hari tersebut umat Islam melaksanakan sholat id hingga silaturahmi ke sanak keluarga.
Terlepas dari suasana bahagia itu, Syawal disebut sebagai bulan sial. Benarkah demikian?
Advertisement
Baca Juga
Mitos syawal sebagai bulan kesialan dipercaya oleh orang Arab masa Jahiliyah. Pada zaman tersebut orang Arab Jahiliyah sangat menghindari menggelar pernikahan karena khawatir berujung kesialan di kemudian hari.
Akan tetapi, mitos Syawal bulan kesialan secara tidak langsung dipatahkan oleh Nabi Muhammad SAW setelah menikah dengan Sayyidah Aisyah. Nabi mengikat janji suci dengan Sayyidah Aisyah tepat di bulan Syawal.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Bulan Keberkahan
Apakah pernikahan yang berlangsung di bulan Syawal itu berujung sial? Nyatanya tidak. Justru keberkahan selalu menaungi pernikahan mereka.
Mengutip NU Online, Sayyidah Aisyah mengatakan,
تزوجني رسول الله صلى الله عليه وسلم في شوال وبنى بي في شوال. فأي نساء رسول الله صلى الله عليه وسلم كان أحظى عنده مني
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku pada bulan Syawal dan mengadakan malam pertama denganku pada bulan Syawal. Lalu istri Rasulullah mana yang lebih beruntung ketimbang diriku di sisi beliau?” (HR Muslim)
Merujuk penjelasan Imam An-Nawawi, Sayyidah Aisyah mengatakan demikian itu untuk menentang mitos yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Jahiliah Arab bahwa bulan Syawal adalah bulan kesialan dan nekat menikah di bulan Syawal akan mendatangkan kesialan. (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, juz IX, halaman 552).
Dengan demikian, bulan Syawal tidak semestinya dipercaya sebagai bulan kesialan. Justru bulan tersebut mendatangkan keberkahan. Bukan hanya soal pernikahan saja, tapi dalam segala kebaikan. Wallahu'alam.
Advertisement