Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) telah berusia seabad. Dalam perjalanan panjangnya, NU telah berkontribusi besar kepada Indonesia dan dunia.
Dalam biadang pendidikan misalnya, terdapat ribuan pesantren, sekolah dan madrasah yang berada di bawah naungan atau terafiliasi dengan NU. Pun dengan bidang sosial politik lainnya.
NU didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari, pada 1926. Beliau seorang ulama cendekiawan terkemuka dan nasabnya tersambung kepada Rasulullah SAW. Singkat kata, beliau adalah keturunan Rasulullah SAW yang di Indonesia lazim disebut habib.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laman annur.ac.id, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari lahir pada hari selasa kliwon, 14 Februari 1871 M/24 Dzulq’dah 1287 H di Gedang, sebuah dusun kecil yang terletak di utara kota Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan putera ke 3 dari 11 bersaudara.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim, dengan tambahan nama Asy’ari dibelakangnya yang dinisbatkan kepada nama ayahnya. Ayahnya, Kiai Asy’ari, adalah seorang ulama asal Demak, Jawa Tengah, yang dinikahkan dengan puteri Kiai Utsman, gurunya di pesantren Jombang.
KH Hasyim Asy’ari adalah keturunan kedelapan dari penguasa kerajaan Islam Demak, Jaka Tingkir, Sultan Pajang pada tahun 1568, yang merupakan keturunan Brawijaya VI, penguasa kerajaan Majapahit pada seperempat pertama abad XVI di Jawa.
Kakek Hasyim Asy’ari, Kiai Utsman (ayah dari ibunda Hasyim Asy’ari), adalah pengasuh pesantren Gedang di Jombang, Jawa Timur, dan juga seorang pemimpin tarekat pada akhir abad XIX.
Simak Video Pilihan Ini:
Nasab Tersambung hingga Rasulullah SAW
Adapun silsilahnya dari jalur ayah secara lebih rinci adalah: KH. M. Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin Abdurrahman (Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya) bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fattah bin Maulana Ishaq (ayah dari Raden Ainul Yaqin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Giri, anggota dari Walisongo, penyebar Islam di tanah Jawa).
Syekh Maulana Ishaq Al-Maghribi merupakan seorang sayyid atau keturunan Nabi Muhammad dari jalur Husein bin Ali ibn Abi Thalib Ra, suami dari putri Nabi Muhammad Saw, Fathimah Az-Zahra Ra.
Mengutip laduni.id, secara lengkap nasab Sunan Giri yang tersambut kepada Rasulullah SAW menurut catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut, dari jalur Husein bin Ali:
Husain bin Ali-Ali Zainal Abidin-Muhammad al-Baqir-Ja'far ash-Shadiq-Ali al-Uraidhi-Muhammad an-Naqib-Isa ar-Rumi-Ahmad al-Muhajir-Ubaidullah-Alwi Awwal-Muhammad Sahibus Saumiah-Alwi ats-Tsani-Ali Khali' Qasam-Muhammad Shahib Mirbath-Alwi Ammi al-Faqih-Abdul Malik (Ahmad Khan)-Abdullah (al-Azhamat) Khan-Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan)-Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar)-Maulana Ishaq-dan 'Ainul Yaqin (Sunan Giri).
Sedangkan silsilahnya dari garis ibu, KH. M. Hasyim Asy’ari merupakan keturunan Raja Brawijaya VI, yang juga dikenal dengan Lembu Peteng. Salah seorang keturunan Lembu Peteng yang sering disebut sebagai Jaka Tingkir atau Mas Karebet, merupakan salah satu moyangnya. (Tingkir adalah nama sebuah daerah di Salatiga).
Mengutip laman NU, Alwi Shihab, dalam buku Islam Sufistik: Islam Pertama dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia (2001: 117) menyebutkan bahwa Mbah Hasyim juga memiliki trah Basyaiban, yaitu darah keturunan dari para dai Timur Tengah dari Ahlul Bait yang melakukan penyebaran Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada abad ke-14.
Advertisement
Bakat Kepemimpinan Sejak Kecil
Hasyim Asy’ari dilahirkan di lingkungan pesantren Gedang setelah ibunya, Halimah, mengandungnya selama 14 bulan. Dalam pandangan masyarakat Jawa, masa kehamilan yang sangat panjang mengindikasikan kecemerlangan sang jabang bayi di masa depan. Orang tuanya pun yakin akan isyarat ini, karena dikisahkan sang ibu di masa kehamilannya pernah bermimpi melihat bulan purnama jatuh dari langit dan menimpa tepat di atas perutnya.
Selanjutnya, orang tuanya menyaksikan bakat kepemimpinan yang dimiliki Hasyim Asy’ari pada masa kecil, yaitu setiap kali bermain dengan anak-anak sebaya di lingkungannya, dia selalu menjadi “penengah”. Kapan pun dia melihat temannya melanggar aturan permainan, dia akan selalu menegurnya. Dia selalu membuat teman-temannya merasa senang bermain dengannya, dikarenakan sifatnya yang suka menolong dan melindungi.
Sejak kecil Hasyim Asy’ari juga dikenal rajin bekerja. Watak kemandirian yang ditanamkan oleh sang kakek (Kiai Utsman), mendorongnya untuk berusaha memenuhi kebutuhan dirinya tanpa bergantung kepada orang lain. Itu sebabnya, dia selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar mencari nafkah dengan bertani dan berdagang, hasilnya kemudian dibelikan kitab dan digunakan untuk bekal menuntut ilmu.
Tim Rembulan