Sukses

Ini Alasan Pemerintah Tiadakan Pendamping Lansia dan Mahram Haji Mulai 2023

Kementerian Agama (Kemenag) menerapkan kebijakan baru meniadakan pendamping jemaah lanjut usia (lansia) dan mahram. Kebijakan yang diberlakukan mulai tahun 2023 ini bertujuan untuk merealisasikan penyelenggaraan ibadah haji yang berkeadilan.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Agama (Kemenag) menerapkan kebijakan baru meniadakan pendamping jemaah lanjut usia (lansia) dan mahram. Kebijakan yang diberlakukan mulai tahun 2023 ini bertujuan untuk merealisasikan penyelenggaraan ibadah haji yang berkeadilan.

Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal Kemenag Nizar Ali saat membuka kegiatan Edukasi Media Center Haji (MCH) 2023, di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin malam (8/5/2023).

"Mulai tahun ini ditiadakan pendamping lansia dan pendamping jemaah mahram. Ini untuk keadilan terhadap jemaah yang sudah mengantre panjang," ujar Nizar.

Dengan adanya kebijakan tersebut, maka tidak ada lagi jemaah yang bisa menyalip antrean dengan dalih menjadi pendamping lansia atau mahram.

Nizar menegaskan, pemerintah telah menyiapkan petugas khusus yang akan melayani jemaah haji lansia. Selain itu, petugas yang lain juga dibina dan dilatih untuk bisa memberikan pelayanan kepada jemaah lansia dan disabilitas.

Kebijakan ini selaras dengan tagline 'Haji Ramah Lansia' pada penyelenggaraan ibadah haji 2023 yang akan diikuti oleh sekitar 67 ribu jemaah lansia atau 30 persen dari total kuota.

"Bayangkan kalau tiap jemaah lansia yang jumlahnya sekitar 67 ribu ini harus didampingi satu jemaah tambahan, bisa habis kuotanya. Kasihan jemaah yang sudah mengantre," kata Nizar.

Sementara kebijakan peniadaan pendamping mahram, selain untuk mewujudkan keadilan, juga untuk mencegah kecurangan-kecurangan seperti pemalsuan dokumen.

Dengan begitu, nantinya tidak ada lagi orang yang memalsukan identitas sebagai suami jemaah agar bisa berangkat lebih cepat dari waktu tunggu seharusnya.

"Sehingga bisa menghindari pemalsuan dokumen, menghindari adanya mahram jadi-jadian," tutur Nizar.

Kebijakan peniadaan pendamping mahram ini disesuaikan dengan kondisi terkini yang sudah lebih aman bagi jemaah perempuan.

"Sekarang tidak perlu lagi mahram-mahraman. Perempuan bisa berangkat sendiri umrah," kata Nizar.

 

2 dari 2 halaman

64 Ribu Jemaah Lansia akan Dapat Pelayanan Khusus

Sebanyak 1.234 calon petugas haji yang tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023 melaksanakan Simulasi Pelayanan Haji 1444 H.

Kegiatan yang dikenal dengan istilah 'Gladi Posko' ini merupakan bagian dari rangkaian Bimbingan Teknis (Bimtek) Terintegrasi PPIH Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (15/4/2023) pagi.

"Simulasi dibuat mendekati suasana di Saudi dengan tujuan mendekatkan para petugas dengan kondisi lapangan yang akan dihadapi," ujar Direktur Bina Haji Kemenag Arsyad Hidayat di lokasi.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan sejak Sabtu pagi, dia menyebut, mayoritas petugas PPIH sudah siap melaksanakan tugasnya dalam melayani ratusan ribu jemaah haji Indonesia.

"Petugas sudah banyak mengetahui bagaimana pelayanan pada daerah kerja (daker), sudah terlihat dinamika kelompoknya, antar-sesama anggota sektor, dan dinamika antarsektor. Ini menjadi miniatur pelayanan haji," tutur Arsyad.

Gladi Posko dilaksanakan pada keseluruhan pelayanan, sesuai skenario pelayanan haji selama di Jeddah, Makkah, dan Madinah. Simulasi ini meliputi pelayanan masa kedatangan, masa Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), serta masa pemulangan.

Pelayanan haji di Arab Saudi akan dibagi dalam tiga daerah kerja (Daker), yaitu Daker Bandara, Makkah, dan Madinah.

Menurut Kepala Daker Madinah, Zainal Muttaqin, berdasarkan Gladi Posko, kesiapan petugas sudah mencapai 85 persen.

"Jika dipresentasikan sekitar 85 persen, mereka memahami tusi (tugas fungsi). Perlu perbaikan terkait dengan koordinasi, terutama masalah pelaporan dari petugas sektor ke petugas daker," ungkapnya.

Selain memberangkatkan jemaah dengan kuota penuh yakni 221.000 orang, 30 persen di antaranya merupakan kelompok lanjut usia (lansia).

Pemerintah telah berkomitmen untuk memberikan pelayanan haji yang ramah lansia. Peran petugas haji menjadi faktor kunci untuk mewujudkan hal tersebut.

"Ada 64 ribu dari 203 ribu jemaah haji adalah lansia. Ini harus diberi pelayanan khusus. Melalui gladi posko ini diharapkan petugas dapat membayangkan bagaimana tugasnya dan meminimalisir masalah yang ada," ujar Kepala Daker Bandara Haryanto.