Liputan6.com, Jakarta - Perang Hunain terjadi pada bulan Syawal tahun 8 Hijriah atau 630 Masehi, seusai penaklukan Makkah atau Fathul Makkah. Dalam perang ini, umat Islam mendapat pelajaran penting bahwa kesombongan membawa celaka.
Usai fathul Makkah, umat Islam secara mental berada dalam kondisi yang sangat baik. Bagaimana tidak, dengan keterbatasan kekuatan, umat Islam mampu membalik nasib, dari semula orang-orang yang disingkirkan, kini kembali untuk melakukan penaklukan.
Kekuatan pasukan Islam sebelum perang Hunain juga berlipat dibanding perang-perang sebelumnya. Pun dengan peralatan tempur dan perbekalan yang kini makin lengkap. Terbersit kesombongan dan meremehkan musuh.
Advertisement
Baca Juga
Setelah fathul Makkah, beberapa kabilah masih ada yang menolak tunduk kepada Rasulullah. Orang-orang tersebut dipelopori oleh suku Hawazin dan Tsaqif.
Sejumlah suku lain juga bergabung dengan mereka, seperti Nashr, Jusyam, Sa’d bn Bakr, dan beberapa orang dari Bani Hilal. Berada di bawah komando Malik bin Auf, mereka pun bertolak ke Hunain.
Rasulullah SAW lantas berkeputusan untuk menyerang kaum yang durhaka dan menolak tunduk. Akhirnya, diberangkatkanlah pasukan berkekuatan besar untuk menyerang basis musuh.
Sempat terdesak mundur, belakangan pasukan muslim berhasil memukul balik pasukan kafir dan akhirnya meraih kemenangan.
Saking pentingnya pertempuran Hunain dan hikmah di baliknya, perang Hunain juga disebutkan dalam Al-Qur'an.
Berikut kisahnya,
Simak Video Pilihan Ini:
Latar Belakang Perang Hunain
Alkisah, suku Hawazin dan para sekutunya dari suku Tsaqif mulai menyiapkan pasukan mereka ketika mengetahui bahwa Muhammad dan tentaranya berangkat dari Madinah menuju Makkah, yang ketika itu masih dikuasai kaum kafir Quraisy, seperti dinukil dari p2k.stekom.ac.id.
Persekutuan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif berniat akan menyerang pasukan Muhammad ketika sedang mengepung Makkah. Namun, penaklukan Makkah berjalan cepat dan damai dan di luar perkiraan kaum kafir.
Nabi Muhammad SAW mengetahui maksud suku Hawazin dan Tsaqif, dan memerintahkan pasukan bergerak menuju Hawazin dengan kekuatan 12.000 orang, terdiri dari 10.000 Muslim yang turut serta dalam penaklukan Mkkah, ditambah 2.000 orang Quraisy Mekkah yang baru masuk Islam.
Hal ini terjadi sekitar dua minggu setelah penaklukan Mekkah, atau empat minggu setelah Rasulullah SAW meninggalkan Madinah.
Sementara, pasukan kaum Badui terdiri dari suku Hawazin, Tsaqif, Bani Hilal, Bani Nashr, dan Bani Jasyam.
Advertisement
Pasukan Islam Disergap Ribuan Musuh
Saat pasukan muslim bergerak menuju daerah Hawazin, pemimpin kaum Badui Malik bin Auf an-Nashri menyergap mereka di lembah sempit yang bernama Hunain.
Kaum Badui menyerang dari ketinggian, menggunakan batu dan panah, mengejutkan kaum Muslimin dan menyulitkan organisasi serangan kaum Muslimin.
Pasukan Muslim mulai mundur dalam kekacauan, dan tampaknya akan menderita kekalahan. Pemimpin Quraisy Abu Sufyan yang ketika itu baru masuk Islam, mengejek dan berkata "Kaum Muslimin akan lari hingga ke pantai".
Namun, pada saat kritis itu, Nabi Muhammad SAW menunjukkan ketenangan luar biasa. Rasulullah SAW tetap bertahan di lembah yang berada dalam kepungan musuh.
Kaum Muhajirin dan Anshar mendengar teriakan Rasulullah hingga mereka kembali dan membentengi Rasulullah.
Setelah itu, mereka terjun lagi dalam peperangan dengan penuh keberanian. Karena kaum Muslimin kembali berperang, inilah yang menjadikan mereka meraih kemenangan. Ketenangan kembali mengisi hati mereka dan Allah mengalahkan musuh-musuh mereka secara hina. Berkenaan dengan ini, Allah menurunkan ayat:
لَقَدْ نَصَرَكُمْ اللّٰهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئاً وَضَاقَتْ عَلَيْكُمْ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (٢٥) ثُمَّ أَنزَلَ اللّٰهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُوداً لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (٢٦) ثُمَّ يَتُوبُ اللّٰهُ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللّٰهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٢٧)
Artinya, “Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir. Setelah itu Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS At-Taubah: 25-27)
Kepahlawanan Ali bin Abi Thalib
Pada saat kritis ini, sepupu Muhammad, Ali bin Abi Thalib dibantu pamannya Abbas mengumpulkan kembali pasukan yang melarikan diri, dan organisasi kaum Muslimin mulai terbentuk kembali.
Hal ini juga dibantu dengan sempitnya medan pertempuran, yang menguntungkan kaum Muslimin sebagai pihak bertahan.
Pada saat ini, seorang pembawa bendera dari kaum Badui menantang pertarungan satu-lawan-satu. Ali menerima tantangan ini dan berhasil mengalahkannya.
Muhammad memerintahkan serangan umum, dan kaum Badui mulai melarikan diri dalam dua kelompok.
Kelompok pertama nantinya akan kembali berperang melawan kaum Muslim dalam Pertempuran Autas, dan sisanya mengungsi ke Thaif, dan nantinya akan dikepung oleh kaum Muslim.
KelanjutanPasukan muslim berhasil menangkap keluarga dan harta benda dari suku Hawazin, yang dibawa oleh Malik bin Auf ke medan pertempuran. Rampasan perang ini termasuk 6.000 tawanan, 24.000 unta, 40.000 kambing, serta 4.000 waqih perak (1 waqih = 213 gram perak).
Pertempuran ini mendemonstrasikan keahlian Ali bin Abi Thalib dalam mengorganisir pasukan dalam keadaan terjepit. Pertempuran ini juga menunjukkan kemurahan hati kaum Muslimin, yang memperlakukan tawanan dengan baik dan membebaskan 600 diantaranya secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan dalam rumah-rumah khusus hingga berakhirnya Pengepungan Thaif. (sumber: p2k.stekom.ac.id & nu.or.id).
Tim Rembulan
Advertisement