Sukses

Kisah Orang yang Ibadah Haji Dua Kali tapi Sia-Sia

Ada kisah hikmah yang dapat menjadi renungan khususnya bagi mereka yang sudah atau mau berhaji. Kisah ini menceritakan seorang lelaki yang sudah ibadah haji. Namun, ibadah hajinya menjadi sia-sia karena perbuatannya.

Liputan6.com, Jakarta - Ibadah haji termasuk salah satu Rukun Islam. Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam sekali seumur hidup yang memiliki kemampuan baik secara fisik maupun materi. 

Dalam realitanya, ada muslim yang mampu melaksanakan ibadah haji satu kali, dua kali, atau bahkan tidak sama sekali. Sudah sejatinya orang yang telah menunaikan Rukun Islam kelima ini bersyukur kepada Allah SWT karena telah dipanggil menjadi tamu-Nya.

Ibadah haji bukan ajang untuk sombong-sombongan. Terlebih ketika seorang muslim memamerkan gelar hajinya kepada orang yang belum bisa menunaikan Rukun Islam kelima. Jangan sampai ibadah jauh-jauh ke Tanah Suci menjadi sia-sia karena perbuatannya sendiri.

Ada kisah hikmah yang dapat menjadi renungan khususnya bagi mereka yang sudah atau mau berhaji. Kisah ini menceritakan seorang lelaki yang sudah ibadah haji. Namun, ibadah hajinya menjadi sia-sia karena perbuatannya.

Simak kisah hikmah yang termaktub dalam kitab Irsyadul ‘Ibad ini.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kisah Hikmah Ibadah Haji yang Sia-Sia

Dikisahkan, suatu ketika seorang laki-laki menjamu Sufyan ats-Tsauri dan kawan-kawannya. Lelaki itu kemudian meminta sang istri untuk memberikan hidangan pada tamunya.

"Berikanlah hidangan padaku hidangan yang kamu bawa dari haji yang kedua, bukan haji yang pertama,” pintanya dikutip dari NU Online.  

Dari permintaan tersebut dapat diketahui bahwa lelaki itu meminta istrinya untuk menyuguhkan hidangan. Namun, di balik itu ia seakan memamerkan ke orang-orang bahwa dirinya sudah ibadah haji dua kali.

Permintaan lelaki pada istrinya itu direspons oleh Sufyan ats-Tsauri.

"Sungguh kasihan orang ini. Dengan perkataannya itu dia telah menghapus pahala dua hajinya. Semoga Allah menyelamatkan kita dari riya'," kata ulama alim dan zuhud yang wafat pada 778 M ini.

3 dari 3 halaman

Keselamatan di Hari Kiamat

Ibadah haji merupakan perintah Allah dan rasul-Nya. Jangan sampai ibadah tersebut menjadi riya karena ditujukannya bukan karena-Nya. Rasulullah SAW meminta umatnya untuk berhati-hati dari riya’. 

Imbauan tersebut disampaikan ketika nabi mendapat pertanyaan dari seorang laki-laki yang datang kepadanya.

"Apa itu keselamatan pada hari esok (hari Kiamat)?"   

"Ketika kamu tidak menipu Allah," jawab Rasulullah.

"Bagaimana kita menipu Allah?" tanyanya lagi.

"Yaitu ketika kamu menunaikan perintah Allah dan rasul-Nya namun kamu bertujuan untuk selain ridha Allah. Berhati-hatilah dari riya' karena sesungguhnya ia termasuk kategori syirik kepada Allah," balas Nabi lagi.   

Demikian disampaikan dalam hadits riwayat Adz-Dzahabi. Hadits ini melanjutkan sabda Nabi bahwa kelak di hari kiamat orang-orang riya' dipanggil di hadapan orang banyak dengan empat nama: "wahai orang kafir", "wahai orang durhaka (fâjir)", "wahai orang cedera (ghâdir)", dan "wahai orang merugi (khâsir)".   

Nabi menjelaskan, perbuatan orang riya' tersebut sesat dan pahalanya pun musnah, sehingga ia tak memiliki bagian apa-apa di hari kiamat. Selanjutnya diseru kepadanya, "Ambillah pahala dari orang-orang yang menjadi tujuan amalmu, wahai penipu diri sendiri."    

Masih mengutip NU Online, dalam kitab Irsyâdul ‘Ibâd pula diceritakan bahwa seorang imam ditanya tentang siapa orang yang disebut ikhlas. Ia jawab, "Orang yang merahasiakan kebaikannya sebagaimana menyimpan kejahatannya."   

Demikian kisah tentang seseorang yang ibadah haji tapi menjadi sia-sia dan penjelasan riya’. Semoga siapapun yang sudah atau mau beribadah haji dijauhkan dari perbuatan tercela tersebut. Wallahu a'lam.