Sukses

Jemaah Haji Dapat Makan 3 Kali Sehari, Menunya dari Nasi Uduk hingga Opor Ayam

Ketua PPIH Arab Saudi Subhan Cholid menyatakan, jemaah haji 2023 ini akan kembali mendapatkan jatah makan tiga kali sehari selama di Madinah dan Makkah

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus meningkatkan pelayanan terhadap jemaah selama pelaksanaan ibadah haji di tanah suci. Salah satunya terkait layanan katering.

Ketua PPIH Arab Saudi Subhan Cholid menyatakan, jemaah haji 2023 ini akan kembali mendapatkan jatah makan tiga kali sehari selama di Madinah dan Makkah. Untuk melayani ratusan ribu jemaah, PPIH Arab Saudi telah meneken kontrak kerja sama dengan 21 perusahaan penyedia katering.

"Kita sudah lakukan konsolidasi dengan 21 dapur katering beserta para juru masaknya," ujar Subhan saat ditemui di Kantor Urusan Haji Indonesia di Kota Madinah, Senin (22/5/2023).

Tak hanya soal kuantitas, PPIH juga meningkatkan kualitas makanan untuk jemaah haji Indonesia, mulai dari segi kebersihan, nilai gizi, hingga cita rasa. Menurut Subhan, mereka diharuskan menyediakan katering bercita rasa masakan nusantara agar mudah diterima di lidah para jemaah.

"Kita teguhkan komitmen mereka untuk memberikan layanan terbaik bagi jemaah. Sudah dilakukan juga demo menu jemaah bercita rasa Indonesia," tuturnya.

2 dari 2 halaman

Nasi Uduk hingga Opor Ayam

Senada, Kepala Seksi Konsumsi PPIH Daerah Kerja (Daker) Madinah, Suviyanto menyatakan bahwa dalam kontrak kerja sama yang ditandatangani dengan penyedia katering memang menekankan pada kualitas masakan dengan cita rasa dapur Indonesia.

"Yang jelas intinya semua jemaah akan merasakan menu dari Indonesia, contoh nasi uduk pada pagi hari, nasi goreng, nasi kuning, ada juga telur dadar, ayam goreng, opor ayam, rendang ayam, tongseng, termasuk juga tumis timun dan wortel," ucapnya.

Namun begitu, PPIH Arab Saudi belum bisa menyediakan menu khusus bagi jemaah lanjut usia (lansia). Sebab selain sulit diidentifikasi, pembuatan menu khusus lansia juga akan merepotkan katering dan berpotensi berdampak pada pelayanan konsumsi jemaah lainnya.

"Semua dapur membuat menu yang sama, tidak membedakan ini lansia atau tidak, karena akan merepotkan yang di dapur, nanti ada minta bubur dan sebagainya," ucap Suviyanto.