Sukses

Kabar Duka, Satu Jemaah Haji Indonesia Meninggal Dunia di Hotel Madinah

Jemaah haji yang meninggal dunia berasal dari Embarkasi Solo Kloter 3 (SOC-3).

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari Tanah Suci. Seorang jemaah haji asal Kabupaten Demak, Jawa Tengah meninggal dunia saat belum lama tiba di Kota Madinah, Arab Saudi, Kamis (25/5/2023) dini hari waktu setempat.

Kabar ini dikonfirmasi Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Madinah, Zaenal Mutaqin. Dia menyebut, jemaah yang meninggal dunia berasal dari Embarkasi Solo Kloter 3 (SOC-3).

"Kabar duka cita ada jemaah kita Kloter Solo 3 telah meninggal dunia pukul 03.30 (WAS) di Hotel Abraj Taba akibat serangan jantung," ujarnya saat dikonfirmasi.

Sebelum meninggal, almarhum yang menginap di Hotel Abraj Taba, Madinah dikabarkan sempat melaksanakan sholat, lalu ke kamar mandi. Saat di kamar mandi, almarhum sempat meminta pertolongan.

Almarhum selanjutnya dibaringkan di dalam kamar. Namun tidak lama kemudian mengembuskan napas terakhirnya.

Kadaker Madinah mengingatkan kepada seluruh jemaah haji untuk selalu menjaga kesehatan.

"Semoga beliau diampuni segala dosa-dosanya. Pengingat jemaah agar menjaga kesehatan dan mencegah hal-hal yang bisa mengganggu kesehatan," ucap Zaenal Muttaqin.

Sebagai informasi, jemaah haji Kloter SOC-3 baru tiba di Bandara Internasional Amir Mohammed bin Abdul Aziz, Madinah pada Rabu, 24 Mei 2023 pukul 23.05 WAS atau Kamis, 25 Mei 2023 pukul 03.05 WIB.

2 dari 3 halaman

Jemaah Haji Diminta Waspadai Ancaman Kaki Melepuh di Madinah

Gelombang pertama kedatangan jemaah haji Indonesia sudah berlangsung sejak Rabu, 24 Mei 2023. Ribuan jemaah haji gelombang pertama ini terlebih dahulu akan tinggal di Madinah selama 9 hari, selanjutnya baru akan digeser ke Makkah.

Namun ada beberapa hal berkaitan dengan kesehatan yang wajib diketahui jemaah haji selama tinggal di Madinah. Terutama soal ancaman potensi kaki melepuh.

Kaki melepuh seringkali dialami jemaah saat tinggal di Madinah. Menurut tim kesehatan dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, kasus kaki melepuh itu khas dan hanya ditemui di Madinah.

Hal itu biasanya terjadi saat jemaah haji memaksakan diri nekat tidak beralas kaki berjalan di tengah teriknya sinar matahari. Biasanya kasus ini ditemukan lantaran jemaah haji yang kehilangan sandal memaksakan diri 'nyeker' karena menganggap jarak hotel ke masjid dekat. Tapi itu sangat berbahaya.

"Biasanya, jemaah yang melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi itu sering kehilangan sandal," kata Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi dr M Imron saat ditemui di Kantor Urusan Haji Indonesia di Madinah.

Menurut dia, kasus kehilangan sandal itu sering terjadi karena ketika masuk masjid dan keluarnya tidak dalam pintu yang sama. Apalagi, luas dan besarnya Masjid Nabawi.

"Dan biasanya, jemaah haji Indonesia itu menyepelekan. Dianggap jarak Masjid ke hotelnya itu dekat, mereka memaksa jalan kaki tanpa sandal," terang Imron.

Kenekatan itu akan berdampak panjang. Sebab, kaki jemaah bisa melepuh lantaran menginjak lantai di kawasan Masjid Nabawi yang sangat panas akibat paparan matahari yang terik.

3 dari 3 halaman

Tips Hindari Kaki Melepuh di Madinah

Imron mengatakan, perlu diketahui bahwa karakter lantai Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah berbeda. Lantai di Masjidil Haram tetap dingin sekalipun di luar cuacanya sangat panas.

Sedangkan di Masjid Nabawi itu tetap panas. Dan itu jarang sekali ada yang memahami kondisinya.

"Jika parah, mungkin mereka akan mendapatkan rawat inap seminggu. Apalagi jemaah yang memiliki risiko lain yakni diabetes, prosesnya sembuh bisa dua minggu," terang dia.

Dengan masa penyembuhan yang cukup panjang, itu biasanya akan sangat mengganggu jadwal ibadah jemaah, utamanya puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

"Pesan kami dari Kementerian Kesehatan untuk memperhatikan betul potensi kaki melepuh ini. Jika bisa diminimalisir sedikit mungkin, itu harus dilakukan," urai dia.

Imron pun berbagi tips, bagi jemaah yang akan ibadah di Masjid Nabawi, yakni membawa kantong plastik sebagai tempat sandal. Alas kaki yang sudah dimasukkan ke kantong plastik itu harus selalu dibawa dan berada di dekatnya, sekalipun saat sholat. Sehingga tidak hilang.

"Sandal diletakkan di dekat tempat salat. Jika mau pulang, tinggal dikeluarkan dari kantong plastik. Jadi, semuanya aman dan ibadah tenang," tambah dia.

Dia menyarankan, jika ada jemaah yang sandalnya hilang agar tidak nekat berjalan kaki ke tempat penginapan tanpa alas kaki. Jemaah dapat menghubungi petugas haji atau temannya agar bisa mendapatkan bantuan alas kaki.

"Tujuannya untuk membantu mengambilkan sandal sebagai pengganti sandal yang hilang. Jangan memaksa diri pulang tanpa sandal," tandas Imron.