Sukses

Kisah Masjid Al Iman Magelang, Masjid Tua Berusia 106 Tahun yang Didirikan Keturunan Nabi

Kini masjid Al Iman akan direhabiltasi total, dengan anggaran lebih dari Rp 3 miliar.

Liputan6.com, Magelang - Masjid Al Iman, yang berada di Kampung Tuguran, Kota Magelang merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Magelang. Masjid ini dibangun pada 1920 oleh keluarga marga Basyaiban.

Saat itu, mereka tinggal di daerah Badaan Kota Magelang. Karena terdampak proyek dari kolonial Belanda, maka keluarga Basyaiban pindah ke Tuguran.

Basyaiban merupakan salah satu marga percabangan dari keluarga alawiyin, atau keturunan Nabi Muhammad SAW.

Di Tuguran, Habib Ahmad bin Ali Basyaiban mendirikan masjid Al Iman yang pelaksanaan pembangunannya diserahkan kepada sahabatnya, Mbah Hasan Radji, yang sewaktu itu bermukim di kampung Dukuh, kampung yang bersebelahan dengan kampung Badaan.

Masjid Al Iman mengalami beberapa kali rehabilitasi, yakni pada 1950-1960, 1970 dan 1993. Kini masjid yang berusia 106 tahun ini akan kembali direhabilitasi total.

Masjid seluas 671,8 meter persegi ini akan dibangun menjadi dua lantai. Hanya bagian pengimaman saja yang akan disisakan.

"Kalau kita googling dengan kata kunci masjid tertua di Magelang, akan muncul masjid Agung Kauman Magelang, tapi dari cerita eyang-eyang, kita belum pernah mendengar cerita itu. Yang kita dengar ya masjid Al Iman yang ada di Tuguran ini," terang Habib Nasir bin Usman, salah satu sesepuh Basyaiban yang ada di Tuguran.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Dibangun dengan 30 Gulden

Saat itu, Habib Ahmad bin Ali Basyaiban dengan hartanya sendiri, berupa uang sebesar 30 gulden, meminta tolong kepada Mbah Hasan Radji, untuk dibuatkan masjid. Masjid itu untuk kepentingan beribadah keluarga dan warga sekitar.

Habib Ahmad bin Ali merupakan cucu Habib Alwi, Bupati pertama Magelang. Kala itu di Magelang belum ada pembagian wilayah antara kota dan kabupaten.

"Sedangkan nama Al Iman, diambilkan secara spontan oleh abah (bapak) yang tujuannya untuk menghormati Habib Sagaf bin Ahmad Al Jufri, yang menjadi sahabatnya abah," kata Habib Nasir.

Untuk kubah masjid ini terbuat dari rangkaian kayu, kemudian dilapisi atau ditutup dengan seng, yang dipatri (disambung) secara tradisional. Hingga sekarang, kubah masjid Al Iman sudah mengalami penggantian 2 kali. Yang terakhir sikira tahun 1983, kala itu bertepatan dengan gerhana Matahari.

Batu yang digunakan untuk pondasi masjid berasal dari sungai Progo, yang berada di sebelah barat kampung Dumpoh, tidak jauh dari kampung Tuguran. Saat itu, batu-batu kali tersebut diusung dengan cara estafet.

Selain itu, di masjid ini masih bisa dijumpai bekas jam bencet yang berada di sisi utara halaman. Jam bencet adalah jam yang cara membacanya dengan melihat bayangan dari sinar matahari.

Kini masjid Al Iman akan direhabiltasi total, dengan anggaran lebih dari Rp 3 miliar.  Dana itu diambil dari kas masjid serta membuka donasi .

"Dibangun agar lebih representatif dan mampu menampung jamaah yang lebih banyak lagi," ucap Habib Ahmad Wildan Basyaiban, pengasuh utama Pondok Pesantren Al Usmani, yang juga salah satu imam di masjid ini.

(Hermanto Asrori)