Sukses

Mana yang Didahulukan, Haji Dulu atau Umrah? Ini Kata Buya Yahya

Seorang jemaah kajian Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya tentang mana yang harus didahulukan antara ibadah haji dan umrah.

Liputan6.com, Jakarta - Haji dan umrah merupakan ibadah yang dilaksanakan di Tanah Suci. Keduanya memiliki banyak persamaan dalam hal syarat wajib, syarat sah, kesunnahan, hal-hal yang membatalkan, dan perkara-perkara yang diharamkan.

Meski demikian, kedua ibadah ini juga memiliki perbedaan. Perbedaan ibadah haji dan umrah terletak pada hukum, rukun, waktu pelaksanaan, dan kewajibannya.

Seorang jemaah kajian Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya tentang mana yang harus didahulukan antara ibadah haji dan umrah. 

Ia mendapat informasi bahwa jika ingin melaksanakan ibadah haji harus menunggu puluhan tahun, sementara ia sudah rindu untuk berangkat ke Tanah Suci. Akhirnya ia sempat berpikir melaksanakan umrah saja.

“Tapi mendengar dulu guru kami almarhum katanya haji dulu. Apakah boleh buya ketika kita mendahulukan umrah dulu sebelum haji?” tanya jemaah tersebut dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Sabtu (27/5/2023).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Buya Yahya Menjawab

Buya Yahya menjawab, melaksanakan ibadah haji tidak menjadi wajib kecuali bagi orang yang telah mampu. Adapun yang tidak mampu tidak wajib mencari duit agar mampu melaksanakan ibadah haji. 

“Kita tidak wajib menjadikan diri kita mampu karena mampu adalah karunia Allah. Karena kita mampu, wajib haji. Yang tidak mampu tidak boleh, tidak wajib mencari duit agar mampu. Maka kami ingatkan, tidak wajib kita mencari uang untuk haji. Yang wajib kita cari uang untuk nafkah,” kata Buya Yahya.

“Tapi kalau ada orang yang menyisihkan untuk haji, bagus, baik, karena terus melatih kerinduan hati kita kepada ibadah haji. Kita boleh menabung dan sebagainya,” tambah pengasuh LPD Al Bahjah ini

Buya Yahya menjelaskan, bagi yang sudah mampu melaksanakan ibadah haji maka menabung termasuk jenis azzam untuk ke Tanah Suci. Sebab, melaksanakan ibadah haji tidak wajib langsung saat dia mampu, tapi dia harus menggantinya dengan azzam.

“Azzam itu berniat tekad untuk haji cuma belum hari ini, bisa tahun-tahun berikutnya asalkan dalam perkiraannya dia bisa panjang umur sampai di sana. Tapi kalau perkiraan mati harus segera dia. Siapa yang tau kita bakal mati? Panjang umur insya Allah,” jelasnya.

“Kemudian ada orang yang sudah mendaftar haji, artinya dia sudah azzam untuk haji. Maka lanjutkan untuk tabungan haji,” lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Bagaimana dengan Antrean Haji yang Panjang?

Buya Yahya kemudian menyinggung soal antrean haji yang mencapai puluhan tahun. 

“Waduh buya 50 tahun (menunggu haji). Memangnya kenapa 50 tahun? Kamu mau mati duluan? Kalau 50 tahun berarti insya Allah panjang umur sampai 50 tahun lagi. Nyantai aja.  Kalau ternyata di pertengahan jalan kita meninggal ya sudah punya azzam haji sudah punya pahala haji dan tidak perlu diubah ke dalam umrah,” imbuhnya.

Menurut Buya Yahya, kalau ingin melaksanakan ibadah umrah karena antrean haji panjang buat program baru lagi, jangan merusak program pendaftaran haji. Maksudnya, tabungan haji tetap jalan dan jika ingin umrah membuka tabungan umrah khusus.

“Kalau mau umrah buat program baru lagi, jangan  merusak program haji. Haji adalah wajib, umrah juga wajib. Padahal kalau sudah haji pasti umrah.  Hanya mungkin karena kerinduan, maka dia umrah,” katanya.

“Tapi biar pun Anda umrah, Anda belum melaksanakan ibadah haji. Tapi kalau Anda sudah melaksanakan ibadah haji, maka kewajiban umrah secara otomatis akan tergugur karena amalan umrah termasuk dalam haji,” ujarnya.

“Jadi, Anda tetap haji gak usah diubah menjadi umrah. Yang merubah haji menjadi umrah itu alasannya biasa. Waduh kalau mau haji lama gak bisa cepet-cepet. Seolah-olah ngomong gini, ya Allah saya pengen cepet mati aja deh. Habis umrah mau mati, ya nggak, panjang umur lah. Adapun masalah umrah ada program baru lagi semoga ada rezeki bismillah,” tandas Buya Yahya.