Sukses

Jawaban Adem Habib Umar bin Hafidz Saat Ditanya Kelompok LGBT tentang Dosa

Ulama terkemuka asal Yaman, Habib Umar bin Hafidz mendapat pertanyaan dari seseorang yang mengaku kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada habib saat mengisi ceramah di Malaysia.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama terkemuka asal Yaman, Habib Umar bin Hafidz mendapat pertanyaan dari seseorang yang mengaku kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada habib saat mengisi ceramah di Malaysia.

Penanya yang mewakili kelompok LGBT itu mengakui bahwa ia bukan termasuk golongan yang sempurna, melainkan orang yang banyak berbuat dosa. Masyarakat juga telah mencap golongan mereka sebagai penghuni neraka.

Meski demikian, penanya tersebut menyatakan bahwa sebenarnya mereka masih mencari jalan yang benar. Bahkan, rela untuk mengikuti dan mendengarkan ceramah Habib Umar di Malaysia.

“Saya nak tanya dengan habib sendiri apa pendapat habib tentang golongan-golongan trans human ataupun golongan-golongan LGBT di dunia ini? Sebab kami ini semua golongan golongan LGBT ini sebenarnya kami masih lagi mencari jalan ke Allah. Contohnya pada malam hari ini, kami mendengar Habib Umar datang ke Malaysia,” kata penanya tersebut dikutip dari YouTube Nabawi TV, Sabtu (27/5/2023).

“Kami betul-betul happy untuk datang bertemu dengan habib hari ini. Alhamdulillah. Kami betul-betul (berterima kasih) kepada habib sudah datang sudah share ilmu kepada kami semua,” ungkapnya. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Jawaban Habib Umar

Pertanyaan tersebut dijawab secara gamblang oleh Habib Umar yang dibantu penerjemahnya. Di awal penjelasannya, Habib Umar menyinggung dosa-dosa besar dan kecil. Ia mengatakan, dosa kecil dapat dihapus dengan melakukan kebaikan, sementara dosa besar tidak dapat diampunkan kecuali dengan bertaubat kepada-Nya.

Kemudian Habib Umar membagikan kisah tentang seorang perompak. Diceritakan, ada seorang perompak yang merompak harta satu kafilah orang yang sedang berjalan. Ia dihidangkan kopi, akan tetapi tidak meminumnya.

Lalu ditanya ke ketua perompak, “Kenapa kamu tidak minum kopi?” 

“Saya sedang berpuasa,” jawab ketua perompak itu. 

Ketika ditanya kenapa melaksanakan puasa tapi merampas hak orang, ketua perompak itu menjawab, “Saya melakukan banyak dosa, tapi saya tidak mau memutuskan hubungan saya dengan Allah hatta dengan satu ibadah yang saya ingin lakukan kepada Allah.”

Beberapa tahun kemudian, orang yang pernah dirompak mendapati ketua perompak sedang khusyuk melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.

“Hei kamu sudah berubah daripada yang dulu,” kata orang yang dirompak.

“Ini kesan daripada ibadah aku dulu yang aku tak putuskan dengan Allah. Inilah buah daripada aku menghubungkan diri aku dengan Allah pada waktu itu,” jawab ketua perompak.

3 dari 4 halaman

Pesan Habib Umar

Dari kisah tersebut, Habib Umar berpesan agar terus menjaga hubungan seorang hamba kepada Allah dengan hubungan yang berterusan seperti melaksanakan salat lima waktu, zakat, puasa, hingga berbakti kepada orangtua.

“Kalau kamu jaga hubungan kamu dengan Allah dengan amal-amal tadi, maka Allah pasti akan mengambil tangan kamu, akan menggapai tangan kamu untuk diberi rahmat dan diberi petunjuk oleh Allah SWT,” kata Habib Umar.

Adapun persoalan surga dan neraka, Habib Umar mengatakan bahwa tidak ada siapapun yang berhak menghukum orang lain akan nasib surga atau neraka. Akan tetapi, yang menjadi ukuran adalah penghujung di kehidupannya, baik atau sebaliknya.

“Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Allah akan menetapkan dengan kalimat yang baik kepada orang-orang yang beriman di dunia dan juga di akhirat. Allah akan menyesatkan oran-orang yang dzolim dan Allah itu berhak untuk berbuat apa saja yang diinginkan,” jelas Habib Umar.

4 dari 4 halaman

Kisah Alim Besar Bertemu Anak Muda yang Berfoya-foya

Selain menceritakan tentang kisah perompak, Habib Umar juga bercerita tentang Ma’ruf Al Karkhi, seorang alim besar yang menemui anak-anak muda sedang berfoya-foya sambil minum arak. Anak-anak muda itu terlalu bergembira hingga akhirnya melakukan tindakan-tindakan di luar kewarasan akal sehat.

Ma’ruf Al Karkhi diminta untuk mendoakan agar orang-orang tersebut dibinasakan oleh Allah SWT karena perbuatan munkarnya. Permintaan itu dilakukan, kemudian mengangkat kedua tangannya seraya berdoa.

“Ya Allah seperti mana Engkau beri kegembiraan mereka di dunia, berikan juga mereka kegembiraan nanti di akhirat,” doa Ma’ruf Al Karkhi.

Seketika salah satu anak muridnya bereaksi, “Kami meminta kepada engkau wahai syekh untuk mendoakan kebinasaan kepada mereka, bukan kau mendoakan kebaikan untuk mereka.”

Dengan santainya Ma’ruf Al Karkhi menjawab tanggapan dari muridnya. “Mereka itu tidak akan diberi kegembiraan nanti di akhirat, melainkan Allah akan memberikan hidayah kepada mereka untuk bertaubat di dunia,” ungkapnya.

Setelah didoakan, suatu ketika anak-anak muda itu datang ke Ma’ruf Al Karkhi dan menyampaikan kabar gembira. Mereka telah bertaubat kepada Allah SWT melalui jalan doa yang dipanjatkan Ma’ruf Al Karkhi.