Sukses

33 Jemaah Haji Indonesia Dirawat di Madinah, Umumnya Sakit Jantung hingga Demensia

Sebanyak 33 jemaah haji telah dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Mereka yang dirawat umumnya menderita sakit jantung, paru-paru, hingga demensia.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 33 jemaah haji telah dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Mereka yang dirawat umumnya menderita sakit jantung, paru-paru, hingga demensia.

Berdasarkan data terbaru atau update Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama yang dikutip per Minggu pagi (28/5/2023) waktu Arab Saudi (WAS), total sudah ada 33 jemaah haji Indonesia yang dirawat di Madinah terhitung sejak kedatangan pada Rabu, 24 Mei 2023.

Ada pun rinciannya, 21 jemaah dirawat di KKHI Madinah dan 12 lainnya dirawat di RSAS. Jemaah haji terbanyak yang dirawat berasal dari Embarkasi Surabaya (SUB) yakni 12 orang, disusul Jakarta-Pondok Gede (JKG) 5 orang, Solo (SOC) 4 orang, Makassar (UPG) 4 orang, Batam (BTH) 3 orang, Aceh (BTJ) 2 orang, dan Jakarta-Bekasi (JKS) 1 orang.

"Penyakit dengan gangguan jatung, paru dan dementia," ujar Kasi Kesehatan Daker Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Thafsin Al Farizi.

Sementara itu, Ahli Gizi Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (PKP3JH) PPIH Arab Saudi, Heri Kusdianto mengatakan, jemaah haji harus menjaga kesehatan. Caranya dengan mengonsumsi makanan sehat dan banyak minum air.

"Minumlah beberapa teguk setiap jam meski tidak merasakan haus. Menjaga pola makan yang baik juga bisa membantu menjaga kesehatan jemaah," kata Heri.

Menurut dia, saat ini cuaca di Madinah cukup panas. Untuk itu, jemaah haji harus memenuhi kebutuhan cairan tubuh agar terhindar dari dehidrasi.

"Cuaca siang hari yang panas dan aktivitas fisik yang banyak tentunya membutuhkan asupan cairan yang cukup," jelas Heri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kemenkes Pastikan Makanan dan Hunian Jemaah Haji di Arab Saudi Amanah

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjamin layanan pemondokan dan makanan jemaah haji di Madinah, Arab Saudi memenuhi syarat kesehatan.

Kepastian itu didapat dari penilaian tim sanitasi dan pengawasan makanan yanh dikirim Kemenkes pada penyelenggaraan ibadah haji 1444 H/2023 M ini.

"Kami berupaya mendekatkan jemaah haji pada pelayanan yang sifatnya tidak hanya kuratif dan rehabilitatif, namun juga yang sifatnya preventif. Harapannya jemaah haji kita sehat dan dapat beribadah dengan lancar," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo dalam keterangan tertulis, Sabtu 27 Mei 2023.

Tim sanitasi dan pengawasan makanan ini bertugas melakukan inspeksi kesehatan lingkungan (IKL) baik di katering maupun pemondokan jemaah haji. Inspeksi kesehatan ini merupakan bentuk upaya preventif atau pencegahan penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

IKL berupa pengamatan dan pemeriksaan langsung terhadap media lingkungan meliputi standar suhu, udara, pencahayaan ruangan, kebersihan lingkungan, dan pengolahan limbah.

 

3 dari 4 halaman

Memastikan Makanan untuk Jemaah Haji Layak Konsumsi

Pemondokan jemaah haji diperiksa dari segi bangunan dan fasilitasnya, pencahayaan dan ventilasi, penyediaan air bersih, air limbah dan tempat sampah, toilet, serta pengendalian vektor.

"Seluruh hotel kami periksa dengan mengambil beberapa sampel kamar jemaah. Temuan dari inspeksi akan kami laporkan kepada pimpinan penyelenggaraan haji untuk dievaluasi," kata Liliek.

Selain tempat tinggal, pengawasan terhadap makanan yang dikonsumsi jemaah haji Indonesia juga sangat penting. Jika penyediaan makanan tidak diperhatikan dengan baik, maka bisa membuat jemaah haji berisiko mengalami gangguan kesehatan.

Pengawasan makanan jemaah haji dilaksanakan untuk memastikan makanan yang didistribusikan laik dikonsumsi. Sampel makanan yang akan dikonsumsi jemaah haji juga dilakukan beberapa uji yaitu pertama uji organoleptik yang meliputi pengujian rasa, bau, tekstur, dan warna.

Dengan uji ini akan dipastikan mutu makanan melalui penerimaan indra atau uji sensori. Dalam pengujian ini dapat mendeteksi risiko kerusakan makanan, sehingga bisa dihindari sebelum dikonsumsi oleh jemaah haji 2023.

Kedua, uji secara kimia untuk mendeteksi adanya kandungan formaldehyde dalam makanan yang dapat membahayakan konsumen. Selanjutnya dilakukan juga pengukuran asam-basa.

 

4 dari 4 halaman

Inspeksi Kesehatan Lingkungan pada Penyedia Katering

Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, tim ini juga membentuk bank sample yang memungkinkan sampel makanan diperiksa ulang di laboratorium.

Selain pada sampel makanan, dilakukan pula inspeksi kesehatan lingkungan pada penyedia katering.

Pengawasan dilakukan sejak penerimaan bahan baku, bahan baku disimpan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan, hingga distribusi apakah sudah sesuai dengan standar apa tidak.

"Selain rasa makanan, kebersihan dan keamanan kandungan dari makanan tersebut juga sangat penting. Oleh karenanya kami melakukan pengawasan mulai dari penyiapan makanan hingga distribusi," tutur Kapus Liliek.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.