Sukses

Top 3 Islami: Fenomena Kristen Muhammadiyah hingga Wanita Buka Cadar

Top 3 Islami: Fenomena Kristen Muhammadiyah hingga Wanita Buka Cadar di Depan Media

Liputan6.com, Jakarta - Sebutan unik, Kristen Muhammadiyah alias KrisMuha rupanya menarik minat pembaca dan memuncaki top 3 kanal Islami pada Minggu (29/5/2023).

Bagi pembaca, sebutan Kristen Muhammadiyah menimbulkan tanda tanya besar. Alasannya, tentu saja karena Muhammadiyah adalah ormas Islam.

Artikel ini membahas bedah buku mengenai di balik kemunculan fenomena Kristen Muhammadiyah.

Artikel berikut yang juga menyedot perhatian adalah Tanggapan Buya Yahya mengenai wanita yang melepas cadar di depan media. Sementara ketiga adalah kisah perjuangan Nenek Syafura yang berangkat haji tahun 2023 ini.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami, berikut ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

1. Di Balik Lahirnya Fenomena Kristen Muhammadiyah

Kiprah Muhammadiyah yang semakin kosmopolis melahirkan varian baru, yaitu Kristen Muhammadiyah alias KrisMuha. Varian baru ini merujuk pada orang Kristen yang menjadi simpatisan Muhammadiyah.

Mengutip laman muhammadiyah.or.id, fenomena unik ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq yang kemudian disusun dalam buku utuh dengan judul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tertarik dengan buku ini dan menggelar acara bedah buku. Bekerja sama dengan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, acara bedah buku ini digelar pada pada Senin (22/05) di Kantor Kemendikbudristek, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta. 

Menurut Ketua LKKS PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ulhaq, buku ini menggambarkan situasi toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Daerah-daerah pinggiran Indonesia yang dimaksud adalah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua; dan Putussibau, Kalimantan Barat (Kalbar).

Menurut Fajar, fenomena munculnya varian KrisMuha dapat dijelaskan oleh adanya interaksi yang intens antara siswa-siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Baca selengkapnya di sini

3 dari 4 halaman

2. Tanggapan Buya Yahya Soal Wanita Lepas Cadar di Depan Media

Beberapa waktu lalu publik dikejutkan dengan keputusan besar Inara Rusli. Selain disorot karena masalah rumah tangga, ibu tiga anak ini memutuskan untuk melepas cadar di hadapan media. 

“Boleh saya buka? Izin saya buka ya bismillah saya buka, saya pakai karena Allah, saya buka karena Allah untuk menghidupi anak-anak saya," kata Inara dikutip dari YouTube Intens Investigasi.

Terlepas dari kabar Inara yang memutuskan buka niqab di depan publik, seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya ihwal melepas cadar di depan media.

“Buya, bagaimana tanggapan buya terkait kasus lepas cadar di depan awak media?” tanya dia dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Senin (29/5/2023).

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Buya Yahya menyinggung terlebih dahulu soal hukum cadar dalam Islam. Ia mengatakan bahwa terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai cadar.

“Kebanyakan mengatakan menggunakan cadar adalah sebuah keharusan, wajib. Ada sebagian kecil dari ulama mengatakan menggunakan cadar di depan laki-laki tidak wajib,” katanya. 

Baca selengkapnya di sini

4 dari 4 halaman

3. Kisah Perjuangan Nenek Syafura yang Berangkat Haji Tahun Ini, Jualan Kue hingga Bakso

Beragam kisah inspiratif muncul dalam musim haji 2023 ini. Salah satunya perjuangan jemaah haji asal Pulau Tambelan, Kepulauan Riau, Nenek Syafura.

Syafura, nenek berusia 76 tahun asal Kecamatan Tambelan Pulau Tambelan menjadi salah satu jemaah haji yang diberangkatkan ke Tanah Suci tahun ini.

Pulau Tambelan adalah termasuk Provinsi Kepulauan Riau tepatnya Kabupaten Bintan yang terletak di daerah lepas pantai barat Provinsi Kalimantan Barat.

Sebagai salah satu yang tinggal di pelosok dan daerah perbatasan, perjalanan Syafura untuk bertamu ke rumah Allah dimulai tidak dari Embarkasi. Ia harus menempuh waktu 24 jam sebelum berkumpul dengan jemaah haji satu daerah di Bintan.

Ketika ditemui di kamarnya saat beristirahat di Gedung Shafa Asrama Haji Batam sebelum diberangkatkan ke Madinah, Nenek Syafura bercerita tentang dirinya yang sendiri tanpa ditemani keluarga, menempuh perjalanan 24 jam menggunakan Kapal Sabuk 48 untuk mengikuti Manasik Haji yang diadakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bintan sebelum ke Embarkasi Batam.

Baca selengkapnya di sini