Sukses

Potret Toleransi Indonesia, Saat Biksu Thailand Jalan Kaki 2.600 KM ke Candi Borobudur

suasana dan keramahan yang ditunjukkan masyarakat Jateng di beberapa daerah itu memberikan kenyamanan bagi para biksu hingga selesai menjalani ritual Thudong di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang

Liputan6.com, Magelang - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan antusiasme warga Jateng menyambut 32 biksu yang sedang melakukan ritual Thudong atau berjalan kaki dari Thailand ke Candi Borobudur itu merupakan cermin keramahan Indonesia.

“Hari ini mereka istirahat di musala, dan betapa sebenarnya cerminan yang sangat bagus ya masyarakat membantu, menyambut para biksu dari Thailand ini yang sudah berjalan sangat-sangat jauh,” kata Ganjar usai menyempatkan diri menyapa para biksu Kabupaten Semarang, Selasa.

Ia berharap suasana dan keramahan yang ditunjukkan masyarakat Jateng di beberapa daerah itu memberikan kenyamanan bagi para biksu hingga selesai menjalani ritual Thudong di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.

“Sebentar lagi mereka akan sampai di Borobudur, untuk memulai prosesi-prosesi ritual keagamaan. Ya tentu kita menyambut dengan senang tamu-tamu kita, mudah-mudahan ini cerminan keramahan Indonesia terhadap siapapun,” ujarnya, dikutip Antara.

Gubernur Jateng dua periode itu mengatakan bahwa sejak beberapa hari suasana toleransi tercermin saat masyarakat menyambut kehadiran biksu Thudong, terutama ketika mereka melintasi atau bermalam di daerahnya.

“Mereka sudah hampir sampai di Borobudur, mereka jalan kurang lebih 1.300 kilometer. Tentu saja sambutan masyarakat sangat bagus sekali,” kata Ganjar Pranowo.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 5 halaman

Sambutan Masyarakat yang Ramah

Saat menyapa para biksu di tengah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Magelang tersebut, Ganjar sempat berbincang dengan perwakilan mereka menggunakan Bahasa Inggris.

Ganjar dan dua biksu yang dituakan dalam rombongan itu nampak mengobrol.

Kerumunan warga menyesaki pinggir jalan memasuki Kota Magelang, Jawa Tengah, untuk menyambut puluhan biksu thudong atau ritual yang dilakukan dengan berjalan kaki menempuh ribuan kilometer.

Ribuan warga masyarakat antusias menyambut kedatangan mereka dengan berjejer di kanan dan kiri jalan antara batas Kota Magelang hingga Kelenteng Liong Hok Bio yang terletak di selatan Alun-Alun Kota Magelang.

Kelenteng Liong Hok Bio merupakan tempat istirahat dan bermalam bagi 32 biksu setelah menempuh perjalanan dari Ambarawa Kabupaten Semarang menuju Magelang.

Puluhan biksu mengenakan jubah warna cokelat terlihat berjalan di belakang para pengiring atau pendamping, yang beberapa di antara mereka membawa Bendera Merah Putih.

Para pengiring itu bukan saja aparat keamanan dari kepolisian dan TNI, melainkan juga dari beberapa organisasi kemasyarakatan (ormas) setempat.

Sambutan ramah dan spontan warga kepada para biksu yang telah menempuh perjalanan jauh itu menunjukkan sikap otentik masyarakat Indonesia kepada sesama.

 

3 dari 5 halaman

Tentang Ritual Jalan Kaki

Ketua Thudong Internasional Welly Widadi menuturkan ritual berjalan sudah dilakukan sejak Sang Buddha Gautama. Zaman dulu, Sang Buddha Gautama untuk menyampaikan ajarannya, berjalan kaki dari satu daerah ke daerah yang lain, dari satu kota ke kota yang lain, dan dari satu negara ke negara yang lain.

Thudong yang dilakukan oleh 32 biksu ini mengikuti ajaran Sang Buddha, mereka berjalan kaki dari Thailand menuju Malaysia, Singapura, dan Indonesia dengan tujuan ke Candi Borobudur untuk melaksanakan Tri Suci Waisak 2567 BE/2023.

Para biksu ini dari Thailand berjalan kaki menuju ke Malaysia--Singapura terus menuju ke Batam dengan kapal feri dan dari Batam dilanjut naik pesawat terbang menuju Ibu Kota Negara RI di Jakarta.

Dari Jakarta dilepas dari kantor Kementerian Agama langsung menuju ke Magelang dengan berjalan kaki melewati beberapa provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ritual Biksu Thudong berakhir di Candi Borobudur untuk mengikuti perayaan Tri Suci Waisak bersama pada 4 Juni 2023.

Perjalanan dari Thailand ke Magelang kurang lebih menempuh jarak 2.600 kilometer dengan waktu kurang lebih sekitar 3 bulan.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat menghadiri bakti sosial kesehatan dalam rangkaian Waisak pada perjalanan dari Semarang, sempat menyaksikan rombongan biksu tersebut beristirahat di salah satu mushala.

"Saya bangga, terharu, banyak orang di pinggir jalan, ternyata mereka menunggu biksu yang berjalan. Mereka berjalan dan alhamdulillah sambutan masyarakat luar biasa. Tadi diiringi ormas, TNI, Polri, disediakan makanan. Dan, pemandangan yang menarik (ketika) mereka istirahat di mushala," katanya.

Hal itu menunjukkan suatu pemandangan yang indah sekali, yang menggambarkan bagaimana hubungan antaragama dan antarmanusia itu baik sekali.

 

4 dari 5 halaman

Warga Bawa Minuman untuk Biksu

Warga Getasan Kabupaten Semarang, Ita Sri utami (41), yang tidak sempat menyambut biksu thudong di Ambarawa menyempatkan hadir di Kota Magelang bersama keluarganya dengan membawa beberapa botol minuman untuk diberikan kepada biksu.

"Kami menyempatkan waktu untuk menyambut kedatangan biksu karena kemarin waktu di Ambarawa tidak bisa ikut. Ini sebuah berkah, karma baik, kami dapat bertemu biksu thudong yang belum tentu seumur hidup kami ada acara seperti ini," katanya.

Ketika mereka beristirahat di kompleks Kelenteng Liong Hok Bio, disiapkan puluhan terapis yang tergabung dalam Perkumpulan Penyehat Tradisional Indonesia (PPTI). Mereka secara suka rela melakukan terapi kepada para biksu yang telah melakukan perjalanan jauh.

Anggota PPTI ini bukan hanya dari Kota Magelang, melainkan juga dari luar kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang, yang bergabung dalam rangka bakti sosial.

"Kegiatan kami membantu menerapi para biksu maupun pendamping yang telah melakukan perjalanan jauh. Dalam pemijatan, kami menggunakan alkohol dan minyak zaitun" kata Koordinator PPTI Hendri Kauman.

Peserta thudong Biksu Kantadhammo sangat terkesan dengan sambutan yang luar biasa dari masyarakat di Kota Magelang ini.

"Ternyata sambutan di Kota Magelang juga antusias, sungguh luar biasa," katanya.

Ia mengaku dalam perjalanan dari Thailand, Malaysia, dan Singapura bisa melakukan meditasi. Akan tetapi setelah sampai di Indonesia, sedikit sekali waktu untuk meditasi karena harus banyak menyapa masyarakat.

"Saling bertegur sapa, selain meditasi. Ini bagian kami dari para biksu untuk berbagi kasih. Ini tidak mengganggu meditasi, justru menandakan adanya toleransi," katanya.

 

5 dari 5 halaman

Perjalanan Toleransi

Perjalanan para biksu dari Thailand ke Borobudur berjalan kaki baru kali pertama dilakukan. Mereka sering melakukan perjalanan toleransi di setiap negara, namun belum pernah melakukan di Indonesia.

Sebagai biksu yang membawakan misi cinta kasih, pihaknya berharap toleransi di Indonesia terus dipertahankan. Apalagi masyarakat Indonesia terkenal ramah tamah, murah senyum, dan rukun.

Menurut dia, pengalaman di negara-negara lain yang dilalui hampir sama, tetapi untuk Indonesia luar biasa karena saling menyapa, toleransi di Indonesia luar biasa.

Keramahtamahan masyarakat Indonesia menunjukkan tidak ada persoalan apa pun terkait dengan etnis, agama, maupun latar belakang lainnya.

Sambutan warga masyarakat tersebut menjadi cermin yang memantulkan realitas sosial betapa toleransi sesungguhnya menjadi keseharian bangsa Indonesia.

Setelah bermalam di Kelenteng Liong Hok Bio, rombongan biksu akan melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur yang diawali dengan ritual pindapata di Jalan Pemuda Kota Magelang.

Tim Rembulan