Sukses

Terlahir Istimewa, Tak Surutkan Semangat Pelukis dengan Mulut dan Kaki Menjemput Panggilan ke Tanah Suci

Terlahir dengan fisik yang tidak sempurna tak menyurutkan semangat Agus Yusuf (56) menjemput panggilan Allah ke Tanah Suci.

Liputan6.com, Madinah - Terlahir dengan fisik yang tidak sempurna tak menyurutkan semangat Agus Yusuf (56) menjemput panggilan Allah ke Tanah Suci. Pria berusia 56 tahun itu berangkat haji bersama sang istri, Sri Rohmatiah (46) yang selalu setia menemani.

Siang itu, Jumat 2 Juni 2023, laju kursi roda Agus yang didorong istrinya melaju cukup kencang menuju Masjid Nabawi. Bahkan sejumlah petugas Media Center Haji (MCH) yang ingin mengambil gambar dan mewancarainya tergopoh-gopoh mengejarnya.

Kedua jemaah haji dari Kloter 15 Embarkasi Surabaya (SUB-15) ingin segera tiba di Masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat Jumat. Maklum ini merupakan hari Jumat pertama bagi Agus dan istrinya setelah mendarat di Madinah pada Selasa, 30 Mei 2023 lalu. Selain itu, keduanya tidak ingin ibadah arbainnya di Nabawi terputus.

Setelah 13 tahun bersabar mengantre, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Agus dan Sri yang telah mendaftar haji sejak 2011 itu bersyukur bisa berangkat ke Tanah Suci sesuai estimasi waktunya.

"Alhamdulillah, meski nama saya ada pada nomor paling bawah sendiri, akhirnya 2023 bisa berangkat," kata Yusuf.

Agus merupakan jemaah haji yang terlahir istimewa, sebab kedua tangannya tidak sempurna. Ayah dua anak ini hanya memiliki lengan di atas siku. Begitu juga bagian kaki kanannya. Hanya kaki kiri yang terlihat sempurna.

Meski begitu, pria paruh baya ini mengaku tidak menemukan kendala apapun selama berada di Madinah. Bahkan perbedaan kamar dengan istrinya yang berada di lantai 10, sementara dirinya di lantai 7 tak mempengaruhi semangat keduanya beribadah di Masjid Nabawi.

"Saya sudah pasrah kepada Yang Maha Kuasa, sudah memiliki tekad bulat menjadi tamu Allah, bisanya ya berserah kepada Yang Kuasa. Wudlu dan lainnya dibantu istri. Kalau ke masjid, pakai kursi roda," katanya.

Agus mengaku, sebenarnya dirinya mandiri dan dapat beraktivitas sendiri meski lahir dengan keterbatasan. Dia baru memakai kursi roda sejak 2020 lantaran menderita radang sendi akibat pengapuran.

2 dari 3 halaman

Pelukis Mulut Kaki

Di balik keterbatasannya, Allah juga memberikan kelebihan kepada Agus Yusuf pandai melukis. Dia mulai menekuni seni lukis menggunakan mulut dan kaki sejak masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar (SD).

Bahkan saat kelas 5 SD, Agus kecil telah banyak memenangkan lomba melukis hingga kini bisa mengantarkan dirinya menjadi anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA), sebuah asosiasi pelukis mulut dan kaki level dunia.

"Proses sejak saya mendaftar dan mengumpulkan seluruh persyaratan seperti keterangan dokter dan menyerahkan enam lukisan asli, butuh waktu sembilan bulan. Tepat 9 September 1989 saya dipanggil AMFPA perwakilan di Jakarta untuk pembuktian," kata Agus mengenang.

Sebulan setelah itu, Agus diterima dalam AMFPA sebagai calon anggota. Karyanya dikirimkan untuk menjadi hak mereka, dan dia mulai mendapatkan upah. Dari hasil penjualan lukisan inilah, Agus dan istri bisa mendaftar haji.

"Untuk mendaftar haji, uang dari melukis saya buat pos-pos. Pos untuk naik haji, pos untuk biaya hidup sehari-hari, dan lain-lain," ujarnya.

Terkait profesinya, Yusuf berharap bisa terus menghasilkan karya yang berbobot. Meski telah menjadi anggota AMFPA, dia tetap berikhtiar dengan selalu belajar dan mengambil kursus ke sejumlah kampus.

"Di AMFPA ada beberapa jenjang keanggotaan mulai dari calon, anggota, dan full member. Sekarang masih anggota. Inginnya ke depan jadi full member yang keanggotaannya terbatas hanya 40 orang," kata Yusuf sembari menceritakan dengan menjadi full member memiki benefit jauh lebih banyak.

Meski saat ini masih level anggota, Agus tidak hanya mendapatkan upah dari hasil karyanya. Dia juga mendapatkan jaminan saat sakit, meskipun tidak bisa mengirimkan karya atau lukisan.

3 dari 3 halaman

Doa di Tanah Suci

Keinginan mendaftar haji sangat kuat karena bekal agama yang tertanam sejak kecil. Agus meyakini bahwa dunia hanya sementara dan tempatnya ujian. Sementara ibadah haji sangat penting sebagai bekal kembali kepada Sang Khalik.

"Haji adalah ibadah istimewa. Saya sudah dikasih kenikmatan dari Allah begitu banyak. Di dunia banyak dosa, usia mulai tua, maka harus meminta ampunan agar mendapatkan kenikmatan di akhirat," ucap Agus.

Dia dan istri pun mengaku sudah menyiapkan sejumlah doa yang akan dipanjatkan selama di tanah haram. Salah satunya ingin ibadah hajinya diterima Allah SWT.

"Semoga saya menjadi haji mabrur, anak saya, generasi penerus, menjadi anak yang solih solihah," ujarnya.

Lebih lanjut, Agus berharap semangatnya menjemput panggilan Allah ke Tanah Suci bisa menginspirasi masyarakat, khususnya para penyandang disabilitas. Dia pun mengajak masyarakat untuk berikhtiar menabung dan selalu optimistis bahwa siapapun bisa dipanggil Allah ke tanah suci.

Menjelang persipan puncak haji di Makkah, dia mengaku akan memprioritaskan menjaga kesehatan, agar saat puncak haji di Arafah nanti tidak sakit. Dia pun berterima kasih kepada para petugas yang telah melayani para jemaah dengan baik.

"Alhamdulillah pelayanan baik, ada tim yang membantu terus mulai naik bus sampai pesawat dibantu. Terima kasih," katanya.

Kebahagiaan Istri Melayani Suami

Sri Rohmatiah mengaku terharu sekaligus senang bisa berkesempatan mendampingi dan melayani suami beribadah di tanah suci.

"Senang bisa melayani suami beribadah, mendorong kursi roda. Dan alhamdulillah dari KBIHU (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah) Multazam serta pemerintah, membantu sekali," katanya.

Sri menjelaskan, kesetiaannya, kesabarannya membantu suami selama ini merupakan bagian dari ibadah. "Ibadah saya pribadi, tidak terganggu karena sudah diatur atau ada caranya. Di masjid Nabawi misalnya, perempuan kan beda tempat, bapak saya minta jangan ke mana-mana, sebelum saya datang," paparnya.

Selama di Madinah, Sri selalu memprioritaskan kebutuhan suami mulai dari membantu mandi, makan, wudlu, berpakaian, dan lainnya. "Sempat was-was, beda lantai hotel bagaimana. Alhamdulillah dari teman-teman saling memahami," katanya.

Dia berprinsip datang ke tanah suci untuk beribadah. Karena itu dia berkomitmen bisa menghindari emosi dan berusaha tetap sabar. "Yakin selalu akan ada yang membantu, dari awal mulai urusan koper, semua dibantu, Alhamdulillah," ungkap ibu rumah tangga yang juga seorang bloger ini.

Sementara itu, KH Mustaqim Basyari, pembimbing ibadah dari KBIHU Multazam Kabupaten Madiun menjelaskan, dirinya selalu meminta Agus Yusuf bersyukur dan meminta kepada jemaah yang lebih muda ikut membantu.

"Karena bisa jadi kemabruran berasal dari langkah menolongnya itu. Ahamdulillah, haji ramah lansia banyak perhatiannya," kata pengasuh Ponpes Al Basyariyah Pilangkenceng, Madiun itu.

Kiai Mustaqim bangga karena istri Agus Yusuf begitu perhatian. "Alhamdulillah istrinya sangat perhatian, dan sehat semua. Semangatnya juga luar biasa, ini kenikmatan yang harus disyukuri bersama-sama," ungkapnya.