Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 15 jemaah haji Indonesia dilaporkan sakit saat tiba di Makkah Al-Mukarromah, Arab Saudi. Mereka adalah para jemaah haji Indonesia gelombang I yang didorong dari Madinah ke Makkah secara bertahap sejak Kamis, 1 Juni 2023 lalu.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) per hari ini, Sabtu (3/6/2023) pukul 10.00 Waktu Arab Saudi (WAS), tercatat ada 15 jemaah haji yang sakit dan dirawat.
Baca Juga
Dari jumlah tersebut, 13 jemaah yang sakit di antaranya dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah dan 2 lainnya dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
Advertisement
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah, A Ardjuna mengatakan, jemaah yang mengalami masalah kesehatan saat tiba di tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW ini kemungkinan terjadi akibat faktor kelelahan di perjalanan.
Bisa pula akibat jemaah haji beraktivitas berlebihan selama di Madinah. Sebab, para jemaah haji gelombang I yang didorong ke Makkah ini sebelumnya sudah berada di Madinah selama sembilan hari.
Selama itu, mereka melakukan ibadah arbain di Masjid Nabawi dan berziarah ke sejumlah tempat bersejarah di Madinah.
"Jemaah yang saat ini masih di Madinah diharapkan memperhatikan betul waktu istirahat. Harus ada jeda yang cukup sebelum menunaikan aktivitas lain. Juga jangan memaksakan diri," kata Ardjuna saat ditemui di Makkah.
Menurutnya, manajemen istirahat sangat krusial karena berpengaruh pada ritme kerja fisik. Jamaah yang tak pandai mengatur jeda aktivitas dikhawatirkan mengalami gangguan kesehatan sebelum puncak haji tiba.
"Bagi jamaah yang sudah tiba di Makkah, tolong perhatikan timing (waktu istirahat). Jangan buru-buru menunaikan umrah wajib bila merasa kondisi belum prima," terang Ardjuna.
Â
Manfaatkan Bus Sholawat
Mereka yang telah sembilan hari berada di Madinah ini diberangkatkan ke Makkah untuk beribadah umrah dan haji. Setelah menempuh perjalanan darat sejauh 453 km dengan waktu sekitar 6 jam, para jemaah langsung diantar ke pemondokannya masing-masing.
Petugas memberikan kesempatan jemaah beristirahat sejenak di pemondokannya sebelum melaksanakan ibadah umrah wajib di Masjidil Haram.
Para jemaah haji Indonesia bisa memanfaatkan bus sholawat yang siaga 24 jam untuk mengantarkan ke Masjidil Haram dan pulang kembali ke pemondokan.
Sebelumnya, jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat di tanah suci kembali bertambah. Hingga hari ke-10, Jumat 2 Juni 2023 kemarin, total jemaah haji meninggal dunia di Kota Madinah berjumlah 9 orang.
Hal ini berdasarkan update data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) yang dikutip per Sabtu pagi waktu Arab Saudi (WAS).
Â
Advertisement
Akumulasi Jemaah Haji Indonesia yang Wafat
Akumulasi ini setelah ada penambahan satu jemaah haji yang wafat yakni Tasmi Kasan Mukrim pada Jumat, 2 Juni 2023 pukul 09.44 WAS atau 13.44 WIB di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah.
Tasmi Kasan Mukrim tercatat sebagai jemaah haji asal kelompok terbang (Kloter) 5 Embarkasi Solo-Yogyakarta (SOC-15). Dia tiba di Madinah pada Senin pagi 29 Mei 2023 lalu.
Hingga Sabtu pagi (3/6/2023) waktu Arab Saudi, tercatat sudah ada 167 kloter dengan 63.453 jemaah haji Indonesia yang tiba di tanah suci. Dari angka tersebut, 19.336 di antaranya merupakan jemaah lanjut usia (lansia).
Mereka adalah para jemaah haji gelombang I yang diberangkatkan ke Madinah terlebih dulu. Setelah selama sembilan hari berada di Madinah, jemaah akan didorong ke Makkah untuk ibadah umrah dan dilanjutkan dengan haji. Nantinya, jemaah gelombang I akan dipulangkan secara bertahap melalui Bandara Jeddah usai puncak haji.
Â
Jemaah yang Wafat Akan Dibadalhajikan
Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Suratman menyatakan, semua jemaah haji Indonesia yang wafat di tanah suci akan dibadalhajikan.
"Almarhum akan dibadalhajikan. Ini bagian dari program pemerintah," ujar Suratman di Madinah, Kamis 25 Mei 2023 lalu.
Menurutnya, pemerintah menyiapkan program badal haji di setiap operasional penyelenggaraan ibadah haji. Program ini menjadi bagian dari layanan yang disiapkan bagi jemaah yang memenuhi kriteria.
Secara regulasi, ada tiga kelompok jemaah yang bisa dibadalhajikan. Pertama, jemaah yang meninggal dunia di asrama haji Embarkasi atau Embarkasi Antara, saat dalam perjalanan keberangkatan ke Arab Saudi, atau di Arab Saudi sebelum wukuf di Arafah.
Kedua, jemaah yang sakit dan tidak dapat disafariwukufkan. Ketiga, jemaah yang mengalami gangguan jiwa.
Advertisement