Sukses

Inilah Sunnah-Sunnah Haji Sebagai Penyempurna Pahala

Amalan sunnah yang dapat dilakukan selama melaksanakan ibadah haji.

Liputan6.com, Jakarta - Ibadah haji merupakan salah satu bagian dari rukun islam. Menurut istilah, haji artinya berkunjung ke baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula.

Perintah untuk melaksanakan haji terdapat dalam QS. Al-Hajj ayat 27 yang berbunyi:

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ 

Wa ażżin fin-nāsi bil-ḥajji ya'tūka rijālaw wa ‘alā kulli ḍāmiriy ya'tīna min kulli fajjin ‘amīq(in) 

Artinya: "Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS.Al-Hajj: 27).

Ibadah haji terdiri atas rukun haji, wajib haji, dan sunnah-sunnah haji. Semua ini yang membuat ibadah haji menjadi sempurna. Masing-masingnya memiliki konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagian berimplikasi serius bagi manasik haji jamaah yang bersangkutan.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 3 halaman

Sunnah Haji

Mengutip dari laman NU Online, Syekh Abu Syuja dari mazhab Syafi’i dalam Taqrib-nya menyebut tujuh hal yang menjadi sunnah-sunnah haji:

1. Ifrad, yaitu mendahulukan haji dibandingkan umrah.

2. Talbiyah, (membaca "Labbaik allahumma labbaik"). 

3. Thawaf qudum. 

4. Mabit di Muzdalifah.

5. Sholat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat. 

6. Mabit di Mina. 

7. Thawaf wada‘.

Namun demikian, pandangan Abu Syuja diberi catatan oleh para ulama Syafi'iyah sesudahnya. KH Afifuddin Muhajir mendokumentasikan catatan verifikasi para ulama Syafiiyah tersebut. Menurutnya, sebagian sunnah haji yang disampaikan Syekh Abu Syuja masuk ke dalam wajib haji, bukan sunnah haji.

 و) الرابعة (المبيت بمزدلفة) ليلة النحر. وعده من السنن مرجوح والمعتمد أنه واجب

Artinya: “Keempat (mabit di Muzdalifah) pada malam nahar (9 Dzulhijjah). Pendapat yang menganggap mabit di Muzdalifah ini lemah. Menurut pendapat yang muktamad, mabit di Muzdalifah itu masuk wajib haji,” 

Pendapat yang memasukkan mabit di Muzdalifah sebagai sunnah haji lemah. Pendapat yang dapat diandalkan menempatkan mabit di Muzdalifah sebagai wajib haji. Catatan ini juga dinyatakan perihal kesunnahan mabit di Mina pada malam-malam hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

 ـ (و) السادسة (المبيت بمنى) ليالي أيام التشريق الثلاثة والمعتمد أنه واجب 

Artinya: “Keenam (mabit di Mina) pada malam-malam Tasyriq. Menurut pendapat yang muktamad, mabit di Mina itu masuk wajib haji,” 

3 dari 3 halaman

Sunnah Haji Menurut Pendapat Ulama Syafi’iyah

Thawaf wada‘ merupakan wajib haji menurut pandangan ulama syafi’iyah yang lebih shahih.

ـ (و) السابعة (طواف الوداع) عند إرادة الخروج من مكة، والمعتمد أن طواف الوداع واجب 

Artinya: “Ketujuh (tawaf wada‘) ketika ingin meninggalkan Kota Makkah. Menurut pendapat yang muktamad, thawaf wada‘ itu masuk wajib haji,”

Jadi sunnah-sunnah haji menurut pendapat ulama Syafi’iyah yang muktamad adalah sebagai berikut: 

1. Ifrad, yaitu mendahulukan haji dibandingkan umrah. 

2. Talbiyah. 

3. Thawaf qudum. 

4. Sholat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat. 

Adapun sholat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat dilakukan setelah thawaf. Sholat ini dapat dilakukan di mana saja di tanah haram. Tetapi sedapat mungkin dilakukan di belakang maqam Ibrahim. 

 ـ (و) الخامسة (ركعتا الطواف) أي ركعتان بعد الفراغ من الطواف ويصليهما خلف المقام، فإن لم يتيسر ففي الحجر فإن لم يتيسر ففي المسجد فإن لم يتيسر فحيث شاء من الحرم 

Artinya: “Kelima (sholat dua rakaat thawaf), yaitu dua rakaat setelah selesai thawaf. Sholat sunnah thawaf dilakukan di belakang maqam Ibrahim. Kalau tidak mungkin, maka shalat sunnah thawaf dilakukan di Hijir Ismail. Kalau tidak mungkin, sholat sunnah thawaf dilakukan di masjid. Kalau tidak mungkin, maka sholat sunnah thawaf dilakukan di mana saja di tanah haram,” 

Adapun sholat sunnah thawaf dilakukan sebagaimana sholat sunnah pada umumnya. Pembacaan Al-Qur’an dalam sholat sunnah thawaf juga dilakukan sebagaimana sholat pada lazimnya.

ـ (ويسر بالقراءة فيهما نهارا) إلا ما بعد الفجر (ويجهر بها ليلا) وما بعد طلوع الفجر إلى طلوع الشمس

Artinya: “(Al-Quran dibaca perlahan (sirr) pada sholat sunnah thawaf di siang hari) kecuali setelah fajar. (Al-Quran dibaca lantang (jahar) di malam hari) dan setelah terbit fajar hingga terbit matahari,”. Wallahu a‘lam.