Sukses

Kisah Kakek Juhani Minta Turun Pesawat untuk Kasih Makan Ayam dan Fakta-Fakta Demensia

Kakek Juhani lupa, dia sedang naik pesawat. Yang dia ingat adalah rutinitasnya saat di rumah, memberi makan ayam. Kakek Juhani mengalami demensia atau penurunan daya ingat.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, beredar viral video jemaah haji lansia yang minta turun pesawat karena ingin kasih makan ayam. Belakangan diketahui, nama jemaah itu adalah Kakek Juhani, asal Majalengka, Jawa Barat.

Kakek Juhani lupa, dia sedang naik pesawat. Yang dia ingat adalah rutinitasnya saat di rumah, memberi makan ayam.

Ustaz Yuyud Aspiyudin, Petugas Haji Daerah Majalengka yang mendampinginya mengatakan, kakek Juhani ternyata tidak memiliki ayam. Hal ini berdasarkan keterangan dari anaknya.

“Yang punya ayam itu anaknya. Abah tidak punya ayam. Tapi, setiap hari yang memberi makan ayam-ayamnya itu ya si abah ini,” kata Yuyud di Madinah, Minggu (4/6/2023) sore waktu Arab Saudi.

Dia menjelaskan, Kakek Juhani mengalami demensia atau penurunan daya ingat. Sehingga, dia gampang lupa sekalipun baru saja melakukan kegiatan.

“Waktu penerbangan itu kemarin, abah sudah mulai gelisah sejak awal. Dia mulai bolak-balik dari depan ke belakang. Tidak mau diam duduk di kursinya,” ujar Yuyud.

Setelah tiba di Bandara Internasional Amir Mohammed bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, Kakek Juhani langsung meminta keluar untuk kasih makan ayam. Namun upayanya dicegah pramugari maskapai.

Momen yang mengundang tawa sejumlah jemaah ini lantas diabadikan Yuyud menggunakan ponselnya. Ia mengaku sudah izin ke pramugari dan diperbolehkan. Dia menyangka ternyata videonya viral di media sosial.

Rupanya, jemaah haji yang mengalami demensia bukan Kakek Juhani seorang. Maklum, musim haji 2023 ini Kemenag memprioritaskan keberangkatan lansia.

Lantas, apa itu demensia? Berikut ini fakta-fakta demensia, mulai dari definisi, pengobatan, hingga pencegahannya, mengutip halodoc.com.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 9 halaman

Pengertian an Gejala Demensia

Demensia adalah istilah untuk sekelompok gejala yang memengaruhi memori, kemampuan berpikir, dan kemampuan sosial, yang cukup parah dan mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Meskipun demensia umumnya ditandai dengan hilangnya ingatan, ini  berbeda dengan amnesia. Kehilangan ingatan saja tidak berarti seseorang mengidap demensia, meskipun sering kali merupakan salah satu tanda awal dari kondisi ini.

Gejala Demensia

Pada tahap awal, demensia dapat menimbulkan gejala seperti:

  • Sulit menghadapi perubahan. Misalnya, kesulitan menerima perubahan jadwal atau lingkungan.
  • Gangguan pada memori jangka pendek. Pengidap demensia dapat mengingat peristiwa 15 tahun yang lalu dengan baik. Namun, tidak dapat mengingat apa yang baru saja terjadi.
  • Sulit memilih kata-kata yang tepat. Ingatan atau asosiasi kata-kata jadi terasa lebih sulit.
  • Mengulang-ulang sesuatu. Misalnya menanyakan pertanyaan yang sama, menyelesaikan pekerjaan yang sama, atau menceritakan kisah yang sama berkali-kali.
  • Bingung dengan arah. Tempat-tempat yang dulu dikenal dengan baik mungkin sekarang terasa asing. Mereka mungkin juga kesulitan dengan rute mengemudi yang telah mereka ambil selama bertahun-tahun karena tidak lagi terlihat familiar.
  • Sulit mencerna kata-kata lawan bicara. Pengidap demensia dapat merasa sulit mengikuti cerita atau deskripsi seseorang.
  • Perubahan suasana hati. Depresi, frustrasi, dan kemarahan tidak jarang terjadi pada pengidap demensia.
  • Kehilangan minat. Misalnya kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang pernah mereka nikmati.
  • Kebingungan. Orang, tempat, dan acara mungkin tidak lagi terasa familiar. Pengidap demensia mungkin tidak mengingat orang yang mereka kenal.
  • Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari. Pengidap demensia dapat mengalami kesulitan melakukan tugas yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun.
3 dari 9 halaman

Komplikasi Demensia

Demensia dapat memengaruhi banyak sistem tubuh, dan penurunan kemampuan untuk berfungsi. Pada beberapa kasus, demensia dapat menyebabkan:

  • Gizi buruk. Banyak pengidap demensia mengurangi atau berhenti makan, dan memengaruhi asupan nutrisi mereka. Ini pada akhirnya membuat mereka tidak dapat mengunyah dan menelan dengan baik.
  • Radang paru-paru. Kesulitan menelan meningkatkan risiko tersedak atau menyedot makanan ke paru-paru. Ini dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
  • Tidak bisa merawat diri. Saat demensia berkembang, ini dapat membuat pengidapnya sulit mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi, dan menggunakan toilet secara mandiri dengan baik.
  • Risiko kecelakaan. Beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan masalah keamanan bagi pengidap demensia. Termasuk mengemudi, memasak, berjalan dan hidup sendiri.
4 dari 9 halaman

Penyebab Demensia

Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu, sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.

Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demensia yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.

Demensia progresif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas. 

Beberapa jenis demensia progresif meliputi penyakit Alzheimer, demensia vaskuler, lewy body dementia, demensia frontotemporal, dan demensia campuran.

5 dari 9 halaman

Faktor Risiko Demensia

Faktor-faktor risiko demensia yang di luar kendali dan tidak bisa diubah adalah: 

  • Pertambahan usia. 
  • Riwayat kesehatan keluarga (genetik).
  • Gangguan kognitif ringan.
  • Sindrom Down. 

Sementara itu, faktor-faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau dihindari adalah:

  • Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.
  • Depresi.
  • Sleep apnea.
  • Diabetes.
  • Obesitas.
  • Kolesterol tinggi.
  • Hipertensi.
  • Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri).
6 dari 9 halaman

Diagnosis

Demensia tidaklah mudah untuk didiagnosis dikarenakan banyaknya gejala yang dapat mengindikasikan penyakit sejenis. 

Selain menanyakan riwayat penyakit dan kesehatan pasien serta keluarga, dilakukan juga pemeriksaan fisik dan serangkaian tes lanjutan, yang meliputi:

Tes kognitif dan neuropsikologis.

  • Pemeriksaan neurologi.
  • Pemindaian.
  • Pemeriksaan darah.
  • Pemeriksaan cairan tulang belakang.
  • Tes psikiatri.
7 dari 9 halaman

Pengobatan

Saat ini, tidak ada obat untuk sebagian besar jenis demensia, karena belum mungkin untuk membalikkan kematian sel otak. Namun, pengobatan dapat membantu mengelola gejala.

Beberapa obat dapat membantu mengurangi gejala penyakit Alzheimer. Misalnya donepezil, galantamine, dan rivastigmine. Lebih lanjutnya, bisa dibicarakan pada dokter.

Selain pengobatan medis, ada juga beberapa perawatan rumahan yang dapat membantu mengelola demensia, yaitu:

  • Menerapkan pola makan sehat.
  • Olahraga teratur.
  • Rutin memeriksakan kesehatan.
  • Minum obat sesuai resep.
  • Tidur yang teratur.
8 dari 9 halaman

Pencegahan

Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan risikonya, seperti:

  • Berhenti merokok.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
  • Kurangi asupan alkohol.
  • Menjaga berat badan.Meningkatkan asupan vitamin D.
  • Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
  • Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol.
  • Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.
9 dari 9 halaman

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan solusi terbaik jika mengalami gejala-gejala demensia yang tadi dijelaskan. Agar lebih mudah, kamu bisa download Halodoc untuk bicara dengan dokter kapan saja.

Tim Rembulan