Sukses

Khutbah Jelang Bulan Haji: Menjaga Keselamatan dengan Sifat Tawadhu

Khutbah Jumat Dzulqa'dah Jelang Haji: Menjaga Keselamatan dengan Sifat Tawadhu

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam dianjurkan untuk bersikap tawadhu atau rendah hati. Rendah hati adalah lawan kata dari sombong, sebuah sifat yang amat dibenci Allah SWT.

Tawadhu adalah sifat baik yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, sikap rendah hati ini akan membuat orang lebih mudah bersyukur dan menerima apapun yang digariskan Allah SWT.

Menjaga sikap tawadhu bukan persoalan mudah. Karena itu, salah satunya adalah dengan saling mengingatkan, melalui khutbah Jumat.

Teks khutbah Jumat ini dinukil dari laman nu.or.id, dengan judul 'Khutbah Jumat Bulan Dzulqa'dah: Menjaga Keselamatan dengan Sifat Tawadhu'.

Semoga menjadi amal untuk penyusun teks khutbah, pemublikasi dan juga bermanfaat untuk masyarakat luas. Amin.

 

2 dari 3 halaman

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشَّرَائِعِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

 Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT

Syukur harus selalu kita lakukan dengan memperbanyak mengatakan alhamdulillah karena di hari istimewa ini masih diberikan kesehatan dan kurnia yang demikian agung. Salah satunya bisa dipertemukan dengan saudara seiman yang selama sepekan tidak bisa bersua lantaran kegiatan masing-masing.

Demikian pula marilah kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT karena, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Dan salah satu bentuk ketakwaan itu adalah tawadhu atau sikap rendah hati.

Tawadhu berarti menempatkan kita lebih rendah daripada berbagai kalangan. Hal ini guna mengubur sifat sombong yang kerap kali bergelora dalam diri kita. Tawadhu penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan kepada Allah SWT maupun kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, meliputi manusia, hewan, tetumbuhan, dan sebagainya. Lawan dari tawadhu adalah sombong.

Sombong adalah pangkal berbagai macam sifat tercela lainnya. Kita tentu hafal betul kisah iblis yang menolak bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam AS. Itu tidak lain karena kesombongan makhluk terlaknat tersebut. Pasalnya, iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam AS diciptakan dari tanah.

Imam al-Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menegaskan bahwa merasa lebih baik dari makhluk lain adalah bentuk kesombongan. Karenanya, kita harus meyakini bahwa sesungguhnya yang terbaik di sisi Allah SWT itu adanya di akhirat kelak. Hal demikian tentu saja tidak berada dalam jangkauan kita sebagai manusia biasa.  

Hadirin Rahimakumullah

Kita harus memiliki keyakinan bahwa orang lain itu lebih baik dari kita. Jika dalam pandangan mata terlihat buruk, kita tidak dapat menganggap keseluruhannya demikian. Setiap manusia pasti memiliki sisi yang baik. Imam al-Ghazali memberikan tips bagaimana kita menggunakan kacamata tawadhu dalam melihat siapa saja, anak kecil, orang tua, orang bodoh, atau kafir sekalipun.

Anak kecil tentu belum dihukumi taklif sehingga tidak bermaksiat kepada Allah SWT, sedangkan hari-hari kita tidak pernah lepas dari bermaksiat kepada-Nya. Dengan begitu, kita tidak perlu ragu untuk mengakui bahwa anak kecil itu lebih baik dari diri kita. Orang yang lebih tua dari kita seyogianya dipandang lebih baik dari kita. Sebab, mereka lebih dahulu daripada kita dalam beribadah kepada Allah SWT. Karenanya, tak ada halangan lagi untuk meyakini bahwa mereka lebih baik daripada kita.

Sekalipun ada orang yang tampak, mohon maaf, bodoh, kita juga harus meyakini kebaikan mereka. Sebab, jika pun mereka melakukan maksiat, tentu itu didasari atas ketidaktahuannya, sedangkan kita tetap bermaksiat, meskipun kita tahu bahwa hal tersebut salah dan dilarang Allah SWT.  

Bahkan, terhadap orang kafir pun kita tidak boleh merasa lebih baik. Sebab, mungkin saja di suatu saat nanti, atau mungkin di akhir hayatnya kelak, ia mengucapkan syahadat dan wafat dalam membawa keislaman dan keimanan. Hal demikian bukanlah hal yang mustahil dan memang banyak terjadi.  

Dengan keyakinan demikian, perasaan tidak lebih baik dari orang lain, maka kita akan berusaha untuk terus memperbaiki diri, berintrospeksi, mencari kesalahan diri agar tidak lagi mengulanginya di kemudian hari dan menggantinya dengan sikap dan laku yang baik. Kita juga tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru mencari dan menemukan kebaikannya untuk kita tiru, kita teladani sebaik mungkin sehingga kita bukan saja terhindari dari laku buruk, tetapi justru melampaui hal tersebut, yakni dengan berlaku baik.  

Oleh karena itu, jamaah Jumat sekalian, penting bagi kita untuk menerapkan sikap tawadhu dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, orang tawadhu adalah hamba Allah SWT yang utama. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 63 sebagai berikut:

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

Artinya: Adapun hamba-hamba (utama) Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam”.  

Imam Abu Ishaq ats-Tsa’labi dalam kitabnya, Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril Qur’an menjelaskan bahwa hamba yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hamba utama, yakni orang yang tawadhu, rendah hati. Bahkan, jika ada orang yang ‘mengkhutbahi’, menasihati dengan kata-kata yang justru tidak membuatnya nyaman, orang tersebut tetap menjawabnya dengan doa keselamatan. Dalam tafsir lain, Ibnu Hayyan mengatakan bahwa hamba utama itu menjawab dengan perkataan yang menyelamatkannya dari dosa.  

Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, sikap tawadhu menghindarkan kita dari dosa-dosa berupa laku buruk yang serupa atau bahkan lebih sebagai balasan kepadanya. Kita justru akan menjawab perlakuan itu dengan kebalikannya, yaitu dengan mendoakan keselamatan, tetap menjaga etika dan akhlak kita, baik secara perbuatan ataupun perkataan, sebagaimana disebutkan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyairi dalam kitab tafsirnya, Lathaiful Isyarat. 

Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT

Nabi Muhammad SAW bersabda sebagaimana dicantumkan Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Lubabul Hadits sebagai berikut:

 التَّوَاضُعُ مِنْ أَخْلَاقِ الْأَنْبِيَاءِ وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلَاقِ الْكُفَّارِ وَالْفُرَاعِنَةِ

 Artinya: Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para nabi, sedangkan sombong adalah akhlaknya orang-orang kafir dan para Firaun.  

Oleh karena itu, dengan kita bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan salah satu akhlaknya para nabi. Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan sikap demikian ini. Meskipun mungkin akan sulit diterapkan karena beragam hal, mulai merasa diri pintar karena berprestasi, merasa lebih dekat dengan Allah karena selalu berjamaah di masjid, misalnya, dan sebagainya, tawadhu haruslah kita latih. Sedikit demi sedikit, insyaallah, kita akan terbiasa bersikap demikian.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

3 dari 3 halaman

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْاِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَاإِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْن

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا إِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Tim Rembulan

Simak Video Pilihan Ini: