Sukses

Penyebab Banyak Jemaah Haji Wafat di Tanah Suci, Meski Bukan Kategori Risti

Jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci sudah mencapai 68 orang. Angka ini berdasarkan data terbaru Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) pada Jumat (16/6/2023) pukul 09.28 Waktu Arab Saudi (WAS).

Liputan6.com, Jakarta Jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci sudah mencapai 68 orang. Angka ini berdasarkan data terbaru Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) pada Jumat (16/6/2023) pukul 09.28 Waktu Arab Saudi (WAS).

Dari jumlah tersebut, 44,1 persen atau 30 jemaah haji yang meninggal ternyata di luar kategori jemaah dengan risiko tinggi (risti) kesehatan. Sementara itu, 55,9 persen sisanya atau 38 jemaah yang wafat merupakan kategori risti.

Sebagai informasi, Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun ini mengategorisasikan jemaah menjadi dua kelompok yakni risti dan non-risti. Dari total 210.680 jemaah haji reguler, 73,72 persen di antaranya masuk kategori risti, yaitu lansia (di atas 60 tahun) dan atau pengidap penyakit bawaan (komorbid) sejak dari Tanah Air.

Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr Edi Supriyatna menjelaskan, penyebab jemaah haji non-risti wafat kebanyakan adalah penyakit jantung (syok kardiogenik dan infark miokard). Berdasarkan data, keduanya merupakan dua penyakit tertinggi yang menyebabkan kematian jemaah.

Lantas, apakah jemaah haji non-risti tersebut mendadak sakit jantung ketika berada di Arab Saudi?

"Sebenarnya sudah memiliki penyakit jantung di Tanah Air. Banyak jemaah haji tidak menyadari telah memiliki penyakit jantung," kata Edi kepada tim Media Center Haji (MCH) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Makkah.

Menurut data Puskes Haji 2023, ada tiga penyakit penyebab banyaknya jemaah haji meninggal di Tanah Suci, antara lain penyakit infark miokard akut (20 kasus), syok kardiogenik (16 kasus), dan stroke (5 kasus) dari total 66 kematian yang terhitung per Kamis, 15 Juni 2023 pukul 24.00 WAS.

Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh sumbatan pada arteri koroner. Sementara, syok kardiogenik adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Kondisi ini sering kali dipicu oleh serangan jantung berat.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah KKHI Makkah, Aditya mengatakan, syok kardiogenik adalah salah satu fase akhir dari serangan jantung yang ditandai dengan kurangnya perfusi atau aliran darah ke organ tubuh akibat menurunnya curah jantung.

"Syok kardiogenik tidak terjadi dengan serta merta, ada beberapa faktor pemicu, terutama pada jemaah haji dengan risiko tinggi," kata Aditya. Dokter Aditya mengatakan, faktor risiko tersebut antara lain penyumbatan pembuluh darah jantung, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi, dan perburukan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebelumnya, hingga stres emosional.

Karena itu, KKHI Makkah mengimbau kepada seluruh jemaah yang rentan terkena penyakit jantung untuk selalu menjaga kesehatannya, terutama menjelang puncak ibadah haji pada 9 Dzulhijjah 1444 H atau diperkirakan jatuh pada tanggal 27 Juni 2023 nanti.

2 dari 2 halaman

Jangan Memaksakan Diri Umrah Sunnah

Jemaah diimbau tidak memaksakan diri melaksanakan ibadah-ibadah sunah, ziarah, dan kegiatan lain yang kurang penting.

"Jemaah haji agar tidak memaksakan diri melaksanakan salat dan umrah di Masjidil Haram. Salat lima waktu dapat dilakukan di musala hotelnya. Umrah sunnah memerlukan persiapan fisik dan merupakan aktivitas ibadah yang berat," ujar Edi Supriyatna.

Aktivitas fisik yang berat, tambahnya, dapat mengakibatkan kelelahan dan memicu kekambuhan dan komplikasi dari penyakit kronis, seperti penyakit jantung.

"Oleh karena itu, jemaah haji yang memiliki riwayat penyakit kronis agar menahan diri dari aktivitas ibadah yang berat di luar ruangan, seperti umrah sunnah dan salat di Masjidil Haram," tutur Edi.

Para jemaah diimbau menyimpan tenaga untuk mempersiapkan diri menghadapi puncak haji yang tinggal sekitar 10 hari lagi. Sebab, ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina nanti membutuhkan kesiapan fisik dan mental yang matang.