Sukses

Melihat Peningkatan Layanan Katering Jemaah Haji di Makkah dari Tahun ke Tahun

Katering atau konsumsi menjadi salah satu layanan penting yang disiapkan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di setiap musim haji. Namun layanan katering ternyata awalnya hanya bisa diberikan kepada jemaah saat berada di Madinah dan ketika puncak ibadah haji.

Liputan6.com, Jakarta Katering atau konsumsi menjadi salah satu layanan penting yang disiapkan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di setiap musim haji. Namun layanan katering ternyata awalnya hanya bisa diberikan kepada jemaah saat berada di Madinah dan ketika puncak ibadah haji.

Saat di Madinah, jemaah mendapat 18 kali makan dalam rentang waktu sekitar sembilan hari. Artinya, rata-rata makan dua kali sehari. Sementara layanan katering diberikan pada fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) sebanyak 15 kali makan.

Saat di Makkah, jemaah diminta membeli makanan sehari-harinya secara mandiri, berbekal uang saku (living cost) sebesar 1.500 riyal Arab Saudi yang diberikan sejak mereka masuk asrama haji embarkasi jelang keberangkatan ke Tanah Suci.

Baru pada operasional haji 1436 H / 2015 M, layanan katering diberikan juga kepada jemaah Indonesia ketika berada di Makkah. Meski sudah ada layanan katering di Makkah, living cost tetap diberikan kepada jemaah.

Ketua PPIH Arab Saudi 1444 H / 2023 M, Subhan Cholid, menjelaskan kebijakan penyediaan layanan katering mulai 2015 ini tidak terlepas juga dari perubahan kebijakan yang diberlakukan Pemerintah Arab Saudi. Sejak 2015, katering menjadi salah satu syarat dalam pelaksanaan elektronik haji (e-hajj), selain akomodasi dan transportasi.

Lantas, seperti apa perkembangan layanan katering jemaah haji di Makkah dari tahun ke tahun?

Terhitung sejak 2015, layanan katering bagi jemaah haji Indonesia di Makkah sudah berjalan dalam tujuh kali musim haji. Sebab Indonesia tidak memberangkatkan jemaah haji pada dua tahun masa pandemi, yakni 2020 dan 2021.

"Dalam rentang tujuh tahun itu, jumlah layanan katering di Makkah tidak selalu sama setiap musimnya," ujar Subhan di Makkah, Minggu (18/6/2023).

Menurut Subhan, pada tahun pertama pemberian layanan katering di Makkah, jemaah haji Indonesia saat itu hanya mendapatkan 15 kali layanan katering yang didistribusikan sebagai makan siang. Layanan itu diberikan sejak kedatangan pertama jemaah di Makkah.

Namun, pada enam hari sebelum puncak haji, layanan katering di Makkah dihentikan sementara dan baru dibuka setelah puncak haji.

"Jadi, bagi jemaah yang datang ke Makkah menjelang puncak haji, layanan katering diberikan pada fase sebelum dan sesudah Armina," kata Subhan.

Layanan katering di Makkah, lanjut Subhan, bertambah pada 2016 menjadi 24 kali berupa makan siang dan malam. Setahun kemudian, layanan konsumsi jemaah di Makkah bertambah menjadi 25 kali. Selain makan siang dan malam, ada penambahan satu kali pemberian snack berat untuk bekal sarapan jemaah.

Pada 2018 dan 2019, layanan katering di Makkah diberikan sebanyak 40 kali, dalam bentuk makan siang dan malam. Adapun pada 2020 dan 2021, Indonesia tidak memberangkatkan jemaah haji karena pandemi Covid-19.

Dijelaskan Subhan, sejak 2015 sampai 2019, selalu saja ada penghentian sementara layanan katering jelang dan setelah puncak haji. Hanya saja, rentang masa penghentiannya berbeda-beda.

Pada 2015, penghentian sementara bahkan sudah dilakukan sejak enam hari sebelum puncak haji. Sementara pada 2016 hingga 2019, penghentian sementara dilakukan sejak tiga hari sebelum fase puncak haji. Layanan katering haji pada masa itu baru diberikan kembali tiga hari setelah puncak haji, tepatnya mulai 16 Zulhijjah.

2 dari 3 halaman

Alasan Katering Disetop Jelang dan Sesudah Puncak Haji

Ada dua alasan penghentian katering jelang dan setelah puncak haji. Pertama, menjelang wukuf, seluruh jamaah haji dari berbagai negara di dunia sudah terkonsentrasi di Makkah sehingga jalanan mulai padat dan akses menuju ke pemondokan jemaah juga sering ditutup saat menjelang sholat.

"Kondisi seperti ini menyulitkan dalam proses distribusi makanan karena kepadatan lalu lintas di Kota Makkah," jelas Subhan.

"Kita sih maunya memberikan layanan makanan terus menjelang hari H-nya. Tapi kondisi di Makkah memang berbeda karena kepadatan lalu lintas. Seluruh bus transportasi juga dihentikan dua hari menjelang Arafah karena seluruhnya dikonsentrasikan untuk Armina," tambahnya.

Alasan kedua, sebut Subhan, tenaga kerja penyedia layanan katering, misalnya juru masak, menjelang puncak haji ikut dikonsentrasikan ke dapur-dapur di Armuzna. Sebab, layanan katering selama fase puncak haji dimasak di dapur-dapur yang disiapkan di tenda jemaah haji Indonesia di Arafah dan Mina.

"Jadi mereka sudah terkonsentrasi untuk Armina. Sehingga, layanan katering pada masa-masa itu dihentikan sementara," ujar Subhan.

 

3 dari 3 halaman

Titik Awal Layanan Katering 3 Kali Sehari

Pada 2022, pandemi Covid-19 mulai mereda. Indonesia kembali memberangkatkan jemaah haji. Namun, saat itu kuota yang diberikan tidak mencapai 50 persen, hanya 100.050 jemaah haji saja. Pengurangan kuota juga terjadi untuk semua negara.

Secara keseluruhan, berdasarkan data yang dirilis Arab Saudi, total jemaah haji 2022 hanya pada kisaran 800.000. Jumlah ini terbilang kecil. Sebab saat normal, jumlah jemaah haji dari seluruh dunia bisa mencapai 2,5 juta orang.

"Kondisi Makkah yang lengang, mendorong PPIH atas arahan Gus Men Yaqut Cholil Qoumas untuk memberikan layanan katering secara penuh. Saat itu, jemaah haji Indonesia mendapatkan 75 kali makan selama di Makkah berupa sarapan, makan siang, dan makan malam," paparnya.

"Kondisi 2022 yang relatif lengang, memungkinkan layanan katering diberikan hingga menjelang puncak haji," sambung Subhan.

Untuk 2023, kuota jemaah haji Indonesia kembali normal, bahkan mendapat tambahan 8.000 orang sehingga totalnya menjadi 229.000 jemaah. Kuota haji dunia juga kembali normal. Kota Makkah pada hari ini sudah sangat padat dan akan terus bertambah menjelang puncak haji.

"Tahun ini, PPIH memberikan layanan katering jemaah selama di Makkah sebanyak 66 kali berupa sarapan, makan siang, dan makan malam," tutur Subhan.

Jemaah Haji Indonesia selama di Makkah masih tetap mendapatkan jatah makan tiga kali sehari. Hanya saja, layanan katering dihentikan sementara selama tiga hari jelang dan sesudah puncak haji.

"Karena kondisi lalu lintas yang sangat padat dan para juru masak juga sudah dikonsentrasikan ke Armina, maka layanan katering di Makkah dihentikan sementara pada sehari sebelum puncak haji dan dua hari setelah Armina," ucap Subhan.

Â