Liputan6.com, Jakarta - Jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Tanah Suci kembali bertambah. Hingga hari ke-27 operasional haji, Senin (19/6/2023) pukul 8.00 Waktu Arab Saudi (WAS) atau 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), tercatat jumlah jemaah haji yang wafat mencapai 89 orang.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag), jemaah meninggal di tiga lokasi, yakni di Makkah 54 orang, di Madinah 32 orang, dan Jeddah tiga orang (satu di antaranya wafat di pesawat dalam perjalanan menuju Tanah Suci).
Baca Juga
Jemaah haji yang wafat di Tanah Suci ini masih didominasi kelompok lanjut usia (Lansia) yakni usia 65 tahun ke atas 50 orang dengan rincian 28 jemaah meninggal di Makkah, 19 di Madinah, dan 3 di Jeddah. Dari total 89 kasus kematian ini juga, 52 di antaranya merupakan jemaah dengan risiko tinggi (Risti) kesehatan, sementara 37 sisanya non-risti.
Advertisement
Sementara berdasarkan data Penyelenggaraan Kesehatan Haji Kemenkes RI di Arab Saudi, disebutkan bahwa penyebab kematian pada jemaah ini didominasi oleh penyakit jantung (infark miokard akut 28 kasus dan syok kardiogenik 17 kasus), serta penyakit stroke 5 kasus. Sedangkan sisanya tidak dirinci.
Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Edi Supriyatna menjelaskan, penyebab jemaah haji non-risti meninggal kebanyakan adalah penyakit jantung (syok kardiogenik dan infark miokard). Keduanya merupakan dua penyakit tertinggi yang menyebabkan kematian jemaah.
Menurut dia, penyakit jantung tersebut tidak serta merta muncul saat jemaah berada di Tanah Suci.
"Sebenarnya sudah memiliki penyakit jantung di Tanah Air. Banyak jemaah haji tidak menyadari telah memiliki penyakit jantung," kata Dokter Edi kepada tim Media Center Haji (MCH) di Makkah beberapa waktu lalu.
KKHI Minta Jemaah Jaga Kesehatan Jelang Puncak Haji
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh sumbatan pada arteri koroner. Sementara syok kardiogenik adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Kondisi ini sering kali dipicu oleh serangan jantung berat.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah KKHI Makkah, Aditya mengatakan, syok kardiogenik adalah salah satu fase akhir dari serangan jantung yang ditandai dengan kurangnya perfusi atau aliran darah ke organ tubuh akibat menurunnya curah jantung.
"Syok kardiogenik tidak terjadi dengan serta merta, ada beberapa faktor pemicu, terutama pada jemaah haji dengan risiko tinggi," katanya. Dokter Aditya mengatakan, faktor risiko tersebut antara lain penyumbatan pembuluh darah jantung, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi, dan perburukan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebelumnya, hingga stres emosional.
Karena itu, KKHI Makkah mengimbau kepada seluruh jemaah yang rentan terkena penyakit jantung untuk menjaga kesehatannya terutama menjelang puncak ibadah haji pada 9 Dzulhijjah 1444 H atau diperkirakan jatuh pada tanggal 27 Juni 2023 nanti.
Advertisement
Jangan Memaksakan Diri Umrah Sunnah
Jemaah diimbau tidak memaksakan diri melaksanakan ibadah-ibadah sunah, ziarah, dan kegiatan lain yang tidak penting.
"Jemaah haji agar tidak memaksakan diri melaksanakan sholat dan umrah di Masjidil Haram. Salat lima waktu dapat dilakukan di mushala hotelnya. Umrah sunnah memerlukan persiapan fisik dan merupakan aktivitas ibadah yang berat," ujar Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Edi Supriyatna.
Aktivitas fisik yang berat, tambahnya, dapat mengakibatkan kelelahan dan memicu kekambuhan dan komplikasi dari penyakit kronis, seperti penyakit jantung.
"Oleh karena itu, jamaah haji yang memiliki riwayat penyakit kronis agar menahan diri dari aktivitas ibadah yang berat di luar ruangan, seperti umrah sunnah dan salat di masjidil haram," tutur Edi.
Para jemaah diimbau menyimpan tenaga untuk mempersiapkan diri menghadapi puncak haji yang tinggal sekitar 10 hari lagi. Sebab, ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina nanti membutuhkan kesiapan fisik dan mental yang matang.