Sukses

Top 3 Islami: Amalan 10 Hari Pertama Dzulhijah hingga Besaran Asuransi Jemaah Haji Meninggal

Top 3 Islami: Amalan 10 Hari Pertama Dzulhijah, Puasa Qadha hingga Besaran Asuransi Jemaah Haji Meninggal

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Dzulhijah adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan, atau bulan haram. Pada bulan-bulan ini umat Islam dianjurkan melakukan berbagai ibadah, utamanya pada awal bulan antara tanggal 1-9 Dzulhijah.

Menjadi istimewa karena pada bulan ini terjadi berbagai peristiwa besar. Ada pula hajat besar umat Islam, puncak haji Armina. Dan satu lagi, tentu saja Hari Raya Idul Adha.

Artikel mengenai amalan-amalan 10 hari pertama Dzulhijah ini menuai perhatian pembaca sehingga menjadi pemuncak top 3 kanal Islami Liputan6.com, pada Senin (19/6/2023).

Berikutnya ada artikel puasa qadha yang bisa dilakukan pada Dzulhijah. Seseorang akan mendapatkan pahala dan keutamaan dobel.

Sementara, artikel ketiga adalah besaran asuransi jiwa yang diterima keluarga jemaah haji meninggal.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

1. Amalan 10 Hari Pertama Dzulhijah: Puasa Sunnah hingga Ibadah Kurban

Umat Islam harus memanfaatkan keutamaan bulan Dzulhijah. Dzulhijah adalah bulan terakhir dalam penanggalan kalender Hijriah yang di dalamnya terdapat banyak kemuliaan.

Disebutkan dalam hadis nabi bahwa 10 hari pertama Dzulhijah sangat istimewa. Menurut ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya, seandainya tidak ada Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, maka keutamaan 10 hari Dzulhijah bisa melebihi 10 hari terakhir Ramadhan.

“Karena ini mutlak. Nabi menyebutkan tidak ada hari-hari yang lebih bagus hari secara umum, 10 hari Ramadhan itu adalah keutamaan malamnya, tapi kalau hari secara umum hari-hari terbagus adalah 10 (hari) awal Dzulhijah. Tidak boleh dikalahkan dengan yang lainnya. Jadi, 10 (hari) awal bulan Dzulhijjah sangat istimewa,” katanya dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV.

Pada 10 hari pertama Dzulhijah umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh. Buya Yahya menyebut takbir, tahlil, dan tasbih dapat diperbanyak pada awal Dzulhijah sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan Bukhari. Amalan lain seperti membaca Al-Qur’an juga dapat ditingkatkan.

“Amal saleh jangan dibatasi. Bukan urusan puasa, baca Al-Qur'an juga seperti Anda menghidupkan malam-malam Ramadhan,” tutur Buya Yahya.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Niat Qadha Puasa Ramadhan di Bulan Dzulhijah, Pahalanya Dobel

Seorang muslim yang memiliki utang puasa Ramadhan wajib mengqadhanya di bulan lain sebelum berjumpa dengan Ramadhan berikutnya. Qadha puasa Ramadhan dilakukan sebanyak jumlah yang sama dengan hari yang ditinggalkan.

Bagi yang belum mengganti puasa Ramadhan, momentum Dzulhijah dapat dimanfaatkan sebagai bulan untuk mengganti puasa wajib. Misalnya, qadha puasa tersebut dilakukan pada pada awal bulan Dzulhijah bersamaan dengan puasa sunnah dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijah.

Sehari puasa yang dilakukan di antara tanggal 1 sampai 9 Dzulhijah pahalanya seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Keutamaan ini sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut.

“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi). 

Mengutip NU Online, qadha puasa Ramadhan diperbolehkan bersamaan dengan puasa Dzulhijah. Tentu saja niat yang dilafalkannya adalah puasa qadha Ramadhan, bukan puasa sunnah.

Menurut Sayyid Bakri Syatha dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, meski niatnya puasa qadha Ramadhan, tapi jika dilaksanakan bertepatan dengan waktu puasa sunnah Dzulhijah, maka secara otomatis ia akan mendapat pahala keduanya. (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, h. 224).

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. 77 Jemaah Haji Indonesia Meninggal, Segini Besaran Asuransi Jiwa yang Diterima

Kementerian Agama menyiapkan asuransi jiwa bagi jemaah haji Indonesia yang wafat. Disiapkan juga asuransi bagi jemaah haji yang mengalami kecelakaan.

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H/2023 M Subhan Cholid mengatakan, Kemenag telah menjalin kerja sama dengan perusahaan asuransi sebagai upaya pelindungan jemaah.

"Untuk memudahkan, pengurusan asuransi sepenuhnya dilakukan oleh Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah," tegas Subhan di Jeddah, Sabtu (17/6/2023), dikutip dari siaran pers Kemenag, Minggu (18/6/2023).

"Nantinya, pihak perusahaan asuransi akan membayar klaim melalui transfer ke rekening jemaah. Jadi keluarga hanya perlu melakukan proses pencairan di bank penerima setoran awal jemaah penerima asuransi, dan itu bisa mulai dilakukan setelah selesainya operasional penyelenggaraan haji pada awal Agustus 2023," lanjutnya.

Sampai hari ini, tercatat ada 77 jemaah haji meninggal. Mereka wafat di Madinah, Makkah, Jeddah, dan di pesawat dalam perjalanan dari Tanah Air menuju Arab Saudi.

Selengkapnya baca di sini