Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak lima calon jemaah haji Indonesia ditolak masuk ke Arab Saudi lantaran pernah dideportasi. Lima jemaah tersebut pun terpaksa dipulangkan kembali ke Indonesia setelah sempat mendarat di Arab Saudi.
"Dalam catatan kita ada lima calon jemaah yang terpaksa dipulangkan ke Tanah Air begitu tiba di bandara," ujar Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Jeddah Eko Hartono usai menyambut kedatangan jemaah haji kloter terakhir di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Sabtu (24/6/2023).
Baca Juga
Menurut dia, kelima calon jemaah haji Indonesia itu sebelumnya pernah dideportasi oleh pemerintah Arab Saudi karena berbagai sebab. Sementara dalam ketentuan pemerintah Arab Saudi, seseorang yang pernah dideportasi tidak boleh masuk ke negara tersebut hingga 10 tahun.
Advertisement
"Nah ini kita sudah sampaikan jauh hari sebelum musim haji. Mungkin yang bersangkutan kurang memperhatikan, jadi terpaksa setelah sampai sini mereka harus kembali ke Tanah Air," kata Eko.
Oleh karena itu, dia kembali mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia calon jemaah haji yang pernah dideportasi dari Arab Saudi untuk memperhatikan masa sanksinya tersebut.
"Jika belum 10 tahun sejak masa deportasi jangan coba-coba masuk ke sini. Karena sayang uang dan tenaganya. Karena kemarin ada yang dideportasi, yang bersangkutan juga membawa orangtuanya (jemaah lansia), ini kan kasihan. Mudah-mudahan tidak terulang," jelas Konjen RI Jeddah menandaskan.
Closing Date, Total Jemaah Haji Indonesia 209.782 Orang
Sebelumnya diberitakan, fase kedatangan jemaah haji Indonesia gelombang dua ke Tanah Suci telah berakhir. Hal ini ditandai dengan kedatangan jemaah haji kuota tambahan yang tergabung dalam Kelompok terbang (Kloter) 34 Embarkasi Batam (BTH-34).
Kloter terakhir jemaah haji Indonesia ini mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Sabtu (24/6/2023) sekitar pukul 03.46 Waktu Arab Saudi (WAS).
Kedatangan 165 jemaah Kloter BTH-34 ini disambut langsung oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) di Jeddah, Eko Hartono didampingi Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi, Haryanto dan jajaran.
"Kami menyambut jemaah kloter terakhir dari Batam sebanyak 165 jemaah. Alhamdulillah tiba dengan selamat," ujar Eko Hartono di Bandara Jeddah.
Setelah istirahat sejenak di Plaza B3 Terminal Haji Bandara Jeddah, para jemaah ini kemudian diangkut ke Makkah menggunakan bus. Mereka akan langsung melaksanakan ibadah umrah sekaligus persiapan menghadapi puncak haji.
Eko mengingatkan para jemaah untuk menjaga stamina dan kesehatan, apalagi operasional puncak ibadah haji tinggal tiga hari. Belum lagi cuaca di Kota Makkah sangat panas.
"Silakan melakukan ibadah sunah tapi jangan berlebihan," ujarnya.
Hingga closing date, total ada 558 kloter dengan jumlah 209.782 jemaah haji reguler yang telah tiba di Tanah Suci. Adapun rinciannya 276 kloter dengan 103.809 jemaah mendarat di Bandara Madinah, sementara 282 kloter dengan 105.973 jemaah mendarat di Bandara Jeddah.
Advertisement
Jemaah Perlu Tahu, Ini Jadwal Layanan Katering yang Dihentikan Jelang dan Pasca-Puncak Haji
Selain bus sholawat, layanan katering juga akan berhenti sementara jelang operasional puncak ibadah haji 1444 H/2023 M. Hal ini lantaran distribusi makanan sulit dilakukan seiring semakin padatnya Kota Makkah oleh jemaah haji dari berbagai penjuru dunia.
Meski begitu, jemaah Indonesia tetap akan mendapatkan layanan konsumsi sebanyak 16 kali selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Penghentian sementara hanya terjadi pada satu hari jelang ke Arafah dan dua hari setelah dari Mina.
"Layanan katering jemaah haji agar ini jadi pengetahuan, layanan katering di Makkah itu sampai tanggal 6 Dzulhijjah (24 Juni) sebelum masa operasional haji. Tanggal 7 zulhijah (25 Juni) tidak ada layanan katering, sehingga para jemaah menyiapkan diri menyiapkan konsumsi di tanggal 7 tersebut," ujar Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Subhan Cholid di Makkah.
Jemaah Indonesia akan mulai diberangkatkan secara bergelombang ke Arafah pada 8 zulhijah (26 Juni) sejak pukul 07.00-24.00 Waktu Arab Saudi. Pada tanggal ini, layanan katering untuk sarapan pagi masih belum tersedia. Layanan konsumsi baru ada pada jam makan siang dan makan malam.
"Tanggal 8 makan siang jemaah akan terima konsumsi di Arafah, kemudian makan malam. Tanggal 9 pagi sarapan, 9 siang, 9 sore hari jelang keberangkatan ke Muzdalifah jemaah akan dapat layanan konsumsi. Tanggal 10 pagi sarapan jemaah akan terima layanan konsumsi di Mina sampai tanggal 13 sarapan (pagi)," ucap Subhan membeberkan.
Sementara, tanggal 13 (1 Juli) makan siang dan malam tidak ada layanan konsumsi hingga tanggal 15 zulhijah (3 Juli).
"Jadi yang tidak ada layanan konsumsi itu tanggal 7 full dan 8 sarapan pagi. Tanggal 8 makan siang sampai sarapan pagi. Tanggal 13 itu jemaah dapat layanan konsumsi di Armuzna." Nah makan siang dan malam tanggal 13 jemaah tidak dapat layanan, pagi siang malam tanggal 14 dan 15 tidak ada layanan. Mulai layanan lagi tanggal 16 sarapan pagi dan seterusnya," ujar Subhan menandaskan.
Alasan Layanan Katering Dihentikan Sementara
Sebelumnya, Direktur Bina Haji Kementerian Agama (Kemenag) Arsad Hidayat mengungkapkan alasan penghentian sementara layanan katering sehari menjelang pergerakan ke Arafah dan dua hari setelah rangkaian puncak haji di Mina.
Menurutnya, penghentian sementara layanan katering pada tanggal-tanggal tersebut dikarenakan kondisi di Makkah sudah sangat padat. Jemaah dari seluruh dunia sudah berada di Kota Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan haji. Kondisi ini menyebabkan kepadatan, sehingga tidak memungkinkan dilakukan proses distribusi katering.
"Jangankan wilayah yang jauh, kawasan yang dekat hanya sekitar dua kilometer pun harus ditempuh dalam waktu lama. Kalau ada katering, kemungkinan akan terlambat sampai jemaah,” katanya.
Dalam fase penghentian sementara layanan katering ini, jemaah haji Indonesia diimbau membeli bekal makanan ke sejumlah pedagang yang berjualan di dekat hotel.
Meski begitu, Arsad memastikan pada fase puncak haji, yakni tanggal 8 sampai 13 zulhijah, jemaah tetap mendapatkan layanan katering. Layanan itu diberikan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
"PPIH telah bekerja sama dengan muassasah/masyariq untuk menyiapkan 16 kali layanan katering pada fase Armuzna," ucapnya.
Khusus untuk jemaah yang mengambil nafar awal dan kembali ke Makkah pada 12 zulhijah, mereka juga belum bisa mendapat layanan katering di hotelnya. Sebab, saat itu layanan katering masih dipusatkan di Mina.
"Layanan katering pada hotel di Makkah akan mulai diberikan kembali pada 16 zulhijah 1444 H. Layanan ini akan diberikan kepada jemaah yang belum habis paket kateringnya yang sebanyak 66 kali makan di Makkah," ucap Arsad Hidayat menandaskan.
Advertisement