Sukses

Layanan Haji Lambat di Muzdalifah dan Mina, Kemenag Protes Keras ke Mashariq

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief protes keras terhadap Mashariq atas lambatnya pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia di Muzdalifah dan Mina.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief protes keras terhadap Mashariq atas lambatnya pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia di Muzdalifah dan Mina.

Setelah proses pemberangkatan jemaah haji dari Muzdalifah ke Mina mengalami keterlambatan. Kini, layanan konsumsi jemaah di Mina juga tidak terdistribusi dengan baik dan lancar. Potensi lainnya adalah ketersediaan kasur yang tidak sesuai jumlah jemaah.

"Kita sudah sampaikan protes keras ke Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina," ujar Hilman di Mina, Rabu (27/6/2023).

"Kita akan terus kawal ini agar Mashariq bergerak lebih cepat dalam penyiapan layanan bagi jemaah haji," lanjutnya.

Protes keras disampaikan ke Mashariq karena penyediaan layanan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka. Mekanisme semacam ini juga dilakukan oleh semua negara pengirim jemaah haji.

"Jadi di Armina, sepenuhnya penyediaan layanan dilakukan Mashariq. Karenanya, kita minta agar semua hak jemaah haji Indonesia bisa diberikan dengan baik," ucap Hilman.

Dia minta Mashariq dapat mengambil keputusan cepat dalam mengantisipasi setiap potensi munculnya masalah. Sehingga, potensi yang ada bisa segera diselesaikan dan tidak merugikan jemaah.

"Mashariq tentu tahu kalau Indonesia adalah jemaah haji terbesar. Mestinya ada skema mitigasi yang lebih komprehensif dan cepat," kata Hilman.

 

2 dari 2 halaman

Terbatas

Hilman mengakui ruang yang tersedia di Mina bagi jemaah haji sangat terbatas. Setiap jemaah, hanya mendapat ruang pada kisaran 0,8 m2. Namun, kondisi yang semacam ini memang terjadi setiap musim haji, sejak puluhan tahun lalu.

"Bahkan, ijtihad ulama dalam menetapkan Mina Jadid menjadi bukti bahwa sempitnya ruang Mina sudah dirasakan dan menjadi diskursus sejak dulu," sebut Hilman.