Sukses

Ingin Berakhlak Mulia? Simak Penjelasan Singkat Buya Yahya

Hidup dalam masyarakat luas harus berakhlak mulia agar bisa selalu hidup berdampingan dan harmonis. Dengan memiliki akhlak yang baik, tentu seseorang tidak akan berani berbuat kerusakan. Akhlak yang baik akan menjadi benteng, akan menjadi perisai atau pelindung dalam setiap langkah kehidupan.

Liputan6.com, Jakarta - Hidup dalam masyarakat luas harus berakhlak mulia agar bisa selalu hidup berdampingan dan harmonis. Dengan memiliki akhlak yang baik, tentu seseorang tidak akan berani berbuat kerusakan.

Akhlak yang baik akan menjadi benteng, akan menjadi perisai atau pelindung dalam setiap langkah kehidupan.

Akhlak mulia adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan seseorang. Memiliki akhlak yang baik tidak hanya membuat diri sendiri merasa damai, tetapi juga memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar.

Pendakwah KH Yahya Zainul Maarif Buya Yahya yang juga Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon mengupas trik bagaimana menjadi seorang yang berakhlak mulia.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Memberikan Ketenangan Batin

Buya Yahya mengatakan orang yang memiliki akhlak mulia adalah mereka yang pandai menahan emosi dan amarah.

"Tentunya menahan amarah ketika diganggu ini," kata Buya Yahya, dikutip dari tayangan Youtube Buya Yahya Official, Kamis (29/6/2023).

Ia menyebutkan ciri akhlak mulia ketika tidak mudah marah-marah dan tetap menjaga ketenangan batin. Kemampuan ini menunjukkan kehebatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi sulit.

"Ketika diolok-olok, diganggu, namun bisa menahan amarahnya, ini orang hebat, pemuda hebat," katanya.

Berikutnya adalah mampu untuk memafkan. Menurutnya memaafkan merupakan ilmu yang cerdas. "Memaafkan itu ilmu cerdas, ciri akhlak mulia," ujarnya.

Ketika seseorang melakukan kesalahan atau melukai kita, kita harus mampu memaafkannya. Memiliki akhlak mulia berarti kita mampu memaafkan orang lain dengan tulus.

3 dari 3 halaman

Tidak Ada Pertikaian dan Rebutan Waris

Buya Yahya dalam video tersebut menyebutkan, perlu merenung panjang dan menyadari bahwa meskipun orang tersebut berbuat salah kepada kita, dia juga adalah saudara dalam umat manusia. "Siapa dia, dia sama sama umat Nabi Muhammad SAW," ujarnya.

Buya Yahya memastikan dengan penggunaan ilmu ini dengan bijak, dapat dipastikan dapat menghindari pertikaian dan konflik yang tidak perlu. Termasuk didalamnya tidak ada rebutan waris. "Tidak boleh dendam dan tidak mencaci, memaafkan kesalahan, jangan mendendam," tegasnya.

Ciri akhlak mulia yang ketiga adalah memberikan kebaikan meskipun kita diperlakukan dengan buruk. Buya Yahya mengungkapkan bahwa ada tiga model manusia yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW terkait sikap dalam menghadapi perlakuan orang lain. Model pertama adalah jika kita diperlakukan dengan kejahatan, apakah boleh kita membalas dengan kejahatan? Nabi menjawab bahwa tidak ada kelebihan dalam membalas kejahatan.

Model kedua adalah jika kita diperlakukan dengan kebaikan, maka sebaiknya kita membalas dengan kebaikan. Jika seseorang berbuat baik kepada kita, sudah seharusnya kita memberikan balasan yang baik pula. Hal ini merupakan tindakan yang adil dan benar.

Namun, ciri akhlak mulia yang paling istimewa adalah model ketiga. Model ketiga mengajarkan kita untuk memberikan kebaikan meskipun kita diperlakukan dengan buruk. Ketika seseorang menjahili kita atau berbuat tidak baik, sikap yang mulia adalah tetap menjaga silaturahmi dan memberikan kebaikan.

Buya Yahya menjelaskan bahwa penyambung silaturahmi sejati bukanlah orang yang hanya membalas kebaikan orang lain. Lebih dari itu, penyambung silaturahmi sejati adalah orang yang diputuskan silaturahminya malah menyambungkan kembali hubungan tersebut. Bahkan saat ia mendapat perlakuan buruk, ia tetap memperbaiki dan memperkuat ikatan silaturahmi tersebut.

Secara tegas Buya Yahya menyatakan, memiliki kemampuan untuk memberikan kebaikan kepada orang yang berbuat jahat kepada kita adalah tanda akhlak yang mulia. Ini adalah langkah yang tidak mudah dilakukan, namun ketika kita mampu mencapainya, kita mencapai derajat yang tinggi dalam menjaga silaturahmi dan hubungan dengan sesama. Walahu A'lam.

 Penulis: Nugroho Purbo