Sukses

Perpecahan Antar-sesama Muslim Akan Melemahkan Islam

Pemimpin Dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad bicara tiga peristiwa yang menyasar komunitas muslim saat mengisi khutbah Jumat di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford pada 7 Juli 2023 lalu. Menurutnya, tiga peristiwa yang menjadi sorotan dunia ini dapat diselesaikan dengan bersatunya umat Islam di seluruh dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin Dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad bicara tiga peristiwa yang menyasar komunitas muslim saat mengisi khutbah Jumat di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford pada 7 Juli 2023 lalu. Menurutnya, tiga peristiwa yang menjadi sorotan dunia ini dapat diselesaikan dengan bersatunya umat Islam di seluruh dunia. 

Pertama, Hadhrat menyorot soal penindasan terhadap warga Palestina yang masih berlangsung. Menurut Hadhrat, penindasan terhadap warga Palestina telah mencapai tingkat ekstrem. Ketidakadilan yang dihadapi warga Palestina seakan tidak ada yang melindungi atau membimbing mereka. Mereka bisa saja terbebas dari cobaan dan kesengsaraan ini seandainya umat Islam di dunia mau bersatu.

“Kita harus berdoa untuk Palestina. Semoga Allah menciptakan kemudahan dan pertolongan bagi orang-orang yang tertindas. Semoga Allah memberi mereka pemimpin yang memenuhi hak-hak mereka, membimbing mereka dengan benar dan membebaskan mereka dari ketidakadilan yang dilakukan terhadap mereka,” kata Huzur, sapaan akrabnya dikutip dari wartaahmadiyah.org, Selasa (10/7/2023).

Huzur kemudian berbicara tentang insiden pembakaran Al-Qur’an di Swedia. Ia mengatakan, aksi tersebut dilakukan lantaran diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan apapun yang diinginkan termasuk membakar kitab suci umat Islam atas nama kebebasan berekspresi.

“Dengan dalih ini, mereka dengan kejam mempermainkan sentimen umat Islam melalui tindakan balas dendam yang menyebabkan penderitaan mendalam bagi umat Islam,” tuturnya.

Di balik insiden tersebut, Huzur menyayangkan sikap pemerintah muslim atas situasi mengerikan yang dihadapi umat Islam. Menurutnya, perpecahan merekalah yang memungkinkan kekuatan anti-Islam bertindak dengan cara-cara yang tidak dibenarkan.

“Jika umat Islam telah mengambil sikap atau bereaksi (terhadap pembakaran Al-Qur’an), itu hanya akan menjadi reaksi sementara yang tidak akan memiliki dampak yang langgeng. Oleh karena itu, kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh untuk para pemimpin muslim dan umat muslim. Ada kebutuhan yang sangat besar untuk doa,” imbuh dia.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Kerusuhan di Prancis

Muslim juga menjadi sasaran di Prancis. Terbaru adalah pembunuhan polisi terhadap remaja keturunan Aljazair, Nahel Merzouk. Aksi pembunuhan tersebut mengakibatkan demonstrasi besar-besaran dan kerusuhan di Prancis.

Pemimpin Dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah kelima ini menyorot ketidakadilan setelah insiden tersebut. Pelaku pembunuhan Nahel Merzouk mendapat dukungan keuangan dari warganet melalui platform online. Penggalangan dana kontroversial itu dinilai tidak adil, karena dana yang terkumpul untuk anak itu hanya sebagian kecil dari apa yang telah dikumpulkan untuk mendukung petugas polisi.

“Bagaimanapun, kita harus berdoa terutama untuk umat Islam dan dunia yang lebih luas agar Allah Ta’ala dapat melindungi semua orang dari ketidakadilan dan bahwa ada perdamaian di dunia dan bahwa setiap orang dapat memahami pentingnya memenuhi tanggung jawab seseorang terhadap satu sama lain. Jika tidak, dunia dengan cepat bergerak menuju bencana besar,” kata Hadhrat.

Berkaca dari tiga peristiwa yang menyasar umat Islam, Hadhrat telah menyatakan kesedihan dan penyesalannya atas kurangnya persatuan di antara dunia muslim. Kelemahan umat Islam memungkinkan para penentang Islam untuk menjadikan umat Islam sebagai sasaran.

Ia berpandangan bahwa satu-satunya cara bagi umat Islam untuk mengakhiri sasaran terhadap Islam yang tidak adil adalah agar komunitas muslim di seluruh dunia bersatu untuk mengakhiri semua bentuk kebencian dan perpecahan sektarian.