Liputan6.com, Makkah - Jumlah jemaah haji Indonesia yang dirawat karena sakit pneumonia atau radang paru melonjak. Peningkatan kasus pneumonia ini terjadi terutama pasca-fase puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada 27 Juni-1 Juli 2023 lalu.
Hingga Jumat kemarin 14 Juli 2023, tercatat jumlah jemaah haji Indonesia yang sakit dirawat karena pneumonia mencapai 584 orang, kemudian penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) berjumlah 335 orang, 184 orang dirawat karena demensia, dan 81 dirawat karena dipsnea atau sesak napas.
Baca Juga
Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi M Imran mengatakan, pneumonia bisa menyerang siapa saja, terutama yang memiliki daya tahan tubuh rendah akibat kelelahan.
Advertisement
Oleh karena itu, kata dia, jemaah lanjut usia (lansia) yang memiliki daya tahan tubuh rendah serta yang memiliki komorbid rentan terkena pneumonia.
"Kondisi ini dipicu oleh kelelahan terutama fase puncak ibadah haji di Armuzna. Oleh karenanya kasus pneumonia pasca Armuzna meningkat drastis," ujar Imran saat ditemui di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.
Imran menjelaskan, pneumonia atau radang paru ini umumnya diawali dengan gejala batuk dan pilek. Sementara gejala khas pada kasus pneumonia adalah demam dan sesak napas.
Sedangkan pada lansia, lanjut dia, gejala pneumonia yang timbul biasanya tidak khas sesak napas dan demam, namun hanya batuk, pilek, dan penurunan nafsu makan.
"Pada lansia gejala khas ini sering tidak muncul. Beberapa pasien lansia yang kami terima dengan penyakit pneumonia memiliki keluhan batuk pilek yang disertai hilangnya napsu makan," tutur Imran.
Tidak spesifiknya gejala yang timbul pada jemaah haji lansia perlu dijadikan kewaspadaan bagi tenaga kesehatan dan lingkungan sekitarnya.
"Jika tidak segera ditangani, jemaah haji sakit pneumonia dapat berkembang infeksinya ke arah sepsis hingga menyebabkan kematian. Apalagi sepsis saat ini menjadi penyebab tertinggi kematian jemaah haji, mencapai 152 kasus," terang Imran.
Â
Cegah Penularan Pneumonia
Penularan pneumonia berasal dari droplet atau percikan cairan saat batuk atau bersin. Oleh karena itu, Imran mendorong jemaah haji untuk menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, serta tidak melakukan kontak fisik seperti berjabat tangan dan berpelukan.
Dia juga mengingatkan jemaah yang menderita batuk dan pilek agar selalu memakai masker serta menerapkan etika batuk, yakni menutup mulut dengan lengan bagian atas, bukan dengan telapak tangan.
Sementara terkait penanganan, Imran menyampaikan bahwa pihaknya telah memasok obat-obatan antibiotik hingga oksigen ke setiap kloter jemaah, pos kesehatan, dan KKHI. Pihaknya juga menyiapkan mekanisme rujukan ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) bila terjadi perburukan.
Selain kuratif, tim promosi kesehatan juga aktif mengedukasi mengenai protokol kesehatan dan mengimbau jemaah haji untuk tidak beraktivitas fisik yang berlebihan, khususnya bagi lansia. Upaya promotif preventif juga aktif diberikan oleh tenaga kesehatan haji di setiap kloter.
"Bidang kesehatan telah melakukan beberapa antisipasi dan upaya baik kuratif maupun promotif dan preventif. Harapannya angka kesakitan dan angka kematian karena pneumonia atau sepsis yang disebabkan karena poneumonia dapat ditekan," ujar Imran menandaskan.
Â
Advertisement
663 Jemaah Haji Lansia dan Risti Dipulangkan Lebih Cepat Lewat Skema Tanazul
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) mengambil kebijakan memprioritaskan pemulangan lebih cepat bagi jemaah haji Indonesia yang lanjut usia (lansia) dan risiko tinggi (risti) kesehatan. Mereka dipulangkan lebih cepat lewat skema tanazul.
Direktur Bina Haji Kemenag, Arsad Hidayat, mengatakan hingga Kamis 13 Juli 2023 sore Waktu Arab Saudi (WAS), jemaah haji yang telah diusulkan untuk tanazul atau mutasi dengan kelompok terbang (kloter) yang pulang lebih awal ke Tanah Air sebanyak 663 orang.
Jumlah tersebut terdiri dari jemaah yang sudah diterbangkan ke Indonesia maupun yang masih menunggu jadwal kepulangan. Sebab, pemulangan lewat skema tanazul juga harus memerhatikan seat atau kursi yang tersedia pada pesawat yang ditumpangi.
"Kita fokus bagaimana mengisi seat (kursi pesawat) yang kosong, baik karena (jemaah/penumpang sebelumnya) meninggal dunia ataupun pada saat kedatangan ada beberapa kursi pesawat yang tidak terisi, ini kita akan coba isi," ujar Arsad di kantor Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Bandara Internasional King Abdul Azis Jeddah, Arab Saudi, Kamis.
Dengan cara tersebut, kata Arsad, diharapkan dapat membantu mempercepat pemulangan jemaah-jemaah haji lansia. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan para jemaah tersebut.
"Saya rasa ini konsen kita karena tahun ini kita mengusung tema Haji Ramah Lansia," kata Arsad.
Â
Keputusan Diambil dari KKHI
Sementara itu, Kepala Seksi Pelayanan Kedatangan dan Kepulangan (Yanpul) PPIH Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Bandara, Sri Darfatihati menjelaskan keputusan seorang jemaah haji lansia dan risti bisa ditanazulkan atau tidak merupakan wewenang dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) yang akan berkoordinasi dengan maskapai penerbangan, baik Garuda Indonesia maupun Saudia Airlines.
"Syaratnya harus ada medical record (jemaah). Dokter KKHI menghubungi dokter maskapai, kemudian KKHI berkoordinasi dengan Yanpul (bandara) untuk tanazul," ujar Sri di kantor PPIH Arab Saudi Daker Bandara.
Pemulangan lewat mekanisme tanazul juga harus satu maskapai yang sama. Misal ketika berangkat jemaah haji tersebut menggunakan pesawat Garuda, maka saat ditanazulkan juga harus menggunakan pesawat Garuda.
Sejauh ini, kata Sri, paling banyak tanazul dalam satu penerbangan berjumlah mencapai 7 orang.
"Sebagian besar karena sakit," ucapnya.
Â
Advertisement
Prioritas Tanazul untuk Jemaah Haji Lansia dan Risti
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas meminta jajarannya memprioritaskan jemaah haji lanjut usia (Lansia) dan risiko tinggi (Risti) untuk segera dipulangkan ke Tanah Air. Pemulangan dilakukan melalui skema tanazul atau mutasi dari kelompok terbang (kloter) asal ke kloter lain.
"Kita perintahkan untuk memprioritaskan jemaah yang risti lansia bisa dipulangkan lebih dulu atau tanazul," ujar Menag di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah saat hendak kembali ke Tanah Air, Kamis (6/7/2023).
Menurutnya, layanan tanazul ini sangat baik diberikan kepada jemaah haji lansia dan risti dengan alasan untuk menjaga kesehatan mereka. Sehingga jemaah haji lansia dan risti ini tidak perlu menunggu terlalu lama jadwal kepulangan setelah selesai melaksanakan ibadah haji.
"Karena kita tahu di sini cuacanya sangat ekstrem dan berbeda dengan situasi di Indonesia," kata Menag.
Menteri yang akrab disapa Gus Men ini memastikan, jemaah haji lansia dan risti yang ditanazulkan tetap akan mendapatkan perhatian dari petugas kloter dan kesehatan di pesawat. Kendati mereka dipulangkan bersama kloter lain, namun masih satu embarkasi yang sama.
"Jadi saya kira tak perlu dikhawatirkan, keluarga di rumah tak perlu khawatir, didoakan saja supaya jemaah yang nanti akan kita bawa pulang terlebih dulu sehat dan selamat di Tanah Air," Gus Men menandaskan.