Sukses

Benarkah Suro Bulan Keramat dan Penuh Sial? Ini Kata Buya Yahya

Benarkah Suro yang bertepatan dengan Muharram adalah bulan sial?

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam menjadikan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Sementara, Suro adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Meski namanya beda, namun kedua bulan itu berada di waktu yang sama.

Seorang peserta kajian Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya soal Suro yang disebut bulan keramat dan penuh sial, terutama yang diyakini oleh masyarakat Jawa. 

“Buya, sudah menjadikan keyakinan bagi sebagian masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa bahwa bulan Muharram atau Suro dalam istilah Jawa adalah bulan keramat,” katanya dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Selasa (18/7/2023).

“Pada tanggal-tanggal tertentu mereka menghentikan aktivitas-aktivitas yang bersifat hajatan besar, menghindari perjalanan jauh, sebab hari itu mereka anggap hari nahas atau hari sial,” lanjutnya.

Lantas, benarkah Suro yang bertepatan dengan Muharram adalah bulan sial

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Penjelasan Buya Yahya

Buya Yahya mengatakan, semua hari Allah termasuk pada Muharram atau Suro adalah baik. Hari jelek hanya satu yakni ketika seseorang melakukan maksiat dan melanggar Allah.

Buya Yahya membantah bahwa Muharram atau Suro adalah bulan penuh kesialan dan malapetaka. Justru sebaliknya, bulan tersebut sangat dimuliakan. Apalagi Muharram merupakan salah satu bulan haram dalam Islam.

“Semua bulan itu adalah bulan baik, bulan mulia. Jangan percaya yang demikian itu. Itu kan bulannya dukun. Semua hari adalah baik untuk ibadah dan sebagainya. Hari jelek adalah hari kita melakukan kemaksiatan,” tutur Buya Yahya.

Buya Yahya mengatakan, Muharram adalah bulan istimewa. Pada bulan tersebut umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan amalan sunnah.

Salah satu amalan di bulan Muharram adalah puasa. Dalam hadis nabi disebutkan bahwa sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram.