Sukses

Dianjurkan Ziarah Kubur di Bulan Muharram, Ini Panduan dan Doa-doanya

Mau ziarah kubur tetapi terganjal tidak tahu bagaimana caranya? Sebaiknya setiap individu bisa dan tidak bingung saat ziarah kubur. Ada beberapa tujuan ziarah kubur diantaranya sebagai bentuk penghormatan, mengenang, dan mendoakan orang yang telah meninggal.

Liputan6.com, Jakarta - Mau ziarah kubur tetapi terganjal tidak tahu bagaimana caranya? Sebaiknya setiap individu bisa dan tidak bingung saat ziarah kubur.

Ada beberapa tujuan ziarah kubur diantaranya sebagai bentuk penghormatan, mengenang, dan mendoakan orang yang telah meninggal.

Terlebih, di antara 12 amalan yang dianjurkan pada bulan Muharram, terdapat ziarah kubur ke makam ulama, orangtua, atau lainnya.

Sayang sekali jika sebagai muslim, saat ziarah kubur tidak tahu tata cara dan doa-yang harus dipanjatkan.

Jadi kedepan, bila telah berhadapan dengan makam orang yang kita ziarahi, kita tidak akan bingung hendak membaca apa.

Berikut tata cara dan doa ziarah kubur yang bacakan:

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Doa Ziarah Kubur Tuntunan Imam an-Nawawi

Mengutip mui.or.id, berikut doa ziarah kubur sesuai tuntunan Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam kitabnya al-Adzkar:

Pertama, sesuai dengan tuntunan Nabi SAW. kita dianjurkan mengucap salam terlebih dahulu ketika memasuki kompleks pemakaman.

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَأَتَاكُمْ مَا تُوعَدُونَ غَدًا مُؤَجَّلُونَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ…

(Assalaamu’alaikum daara qaumin mu’miniin, wa ataakum ma tuu’adun godaan mu’ajjaluun, wa inna insya-Allahu bikum laahiqun…)

“Semoga keselamatan atas kalian wahai para penghuni (kuburan) dari kaum mukminin. Apa yang dijanjikan Allah kepada kalian niscaya akan kalian dapati esok (pada hari kiamat), dan kami Insya Allah akan menyusul kalian…” (HR Muslim no 1618)

Kemudian, kata Imam an-Nawawi peziarah dianjurkan memperbanyak bacaan Alquran, dzikir, dan mendoakan ahli kubur.

ويُستحب للزائر الإِكثار من قراءة القرآن والذكر، والدعاء لأهل تلك المقبرة وسائر الموتى والمسلمين أجمعين

“Para peziarah dianjurkan memperbanyak bacaan Alquran, dzikir, dan doa untuk para ahli kubur, semua orang yang telah meninggal dunia, dan umat Islam secara keseluruhan.” (Abu Zakariya an-Nawawi, al-Adzkar, hal. 168)

Anjuran Imam an-Nawawi di atas sebenarnya telah lazim dipraktikkan masyarakat kita.

Biasanya ketika ziarah kubur masyarakat melantunkan surat al-Fatihah, al-Baqarah ayat 1-5, 163, ayat kursi, al-Baqarah ayat 284 sampai 286.

Kemudian dilanjut dengan surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas. Bahkan beberapa di antaranya membaca surat Yasin. Lalu memperbanyak dzikir seperti membaca istighfar dan tahlil.

 

3 dari 3 halaman

Doa Ini Seperti saat Mendoakan Jenazah

Dilanjutkan dengan doa untuk orang meninggal seperti halnya mendoakan jenazah ketika menshalatinya:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِههِ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ

(Allahummaghfirlahu war hamhu wa ‘aafìhii wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzuulahu wawassi’ madkholahu, waghsilhu bil maa’i wats-tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathaaya kamaa yunaqqatssaubul abyadhu minad danasi. Wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan hhairan min zaujihi. Wa qihi fitnatal qabri wa ‘adzaban naar)

Artinya: “Ya Allah, berilah ampunan dan rahmat kepadanya. Berikanlah keselamatan dan berikanlah maaf kepadanya. Berikanlah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di dunia), istri yang lebih baik dari isterinya. Dan jagalah ia dari fitnah kubur dan azab neraka.” (HR Muslim no 963). Wallahu A'lam.

Penulis: Nugroho Purbo