Sukses

Peristiwa Muharram: Kisah Perjalanan Nabi Idris AS Menengok Surga dan Neraka Ditemani Malaikat Maut

Dikisahkan bahwa Nabi Idris AS diperkenankan oleh Allah untuk melihat surga dan negara setelah permintaan untuk dicabut nyawanya dikabulkan.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu dari sekian banyak kisah nabi dan rasul dalam sejarah Islam, kisah Nabi Idris AS ini cukup unik. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, salah satu dari empat bulan yang dimuliakan.

Disebutkan bahwa Nabi Idris AS diperkenankan oleh Allah untuk melihat surga dan neraka. Permintaan tersebut dikabulkan dan beliau diantar oleh malaikat menuju langit.

Malaikat yang menemaninya juga unik, bukan Jibril seperti lazimnya. Nabi Idris AS ditemani Malaikat Maut, Izrail.

Nabi Idris merupakan salah satu nabi yang memiliki kedudukan cukup tinggi. Pasalnya nabi yang ceritanya dikisahkan setelah Nabi Adam tersebut merupakan sosok yang sangat cerdas. Nabi Idris juga merupakan satu dari sekian Nabi yang Rasulullah jumpai kala perjalanan beliau ke sidratulmuntaha.

"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Quran). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi." (QS. Maryam: 56-57).

Nabi Idris AS diberikan oleh Allah kepandaian dalam berbagai bidang ilmu dan keterampilan. Beliau juga diberi kemampuan untuk menciptakan alat-alat dalam upaya mempermudah pekerjaan manusia. 

Menurut Ibnu Ishaq, Nabi Idris merupakan orang pertama yang mulai menulis dengan pena, menjahit baju dan memakainya (pada zamannya, orang lain masih memakai kulit binatang), dan manusia pertama  yang mengerti ilmu medis. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Bersahabat dengan Malaikat Izrail

Suatu ketika, Malaikat Izrail memohon kepada Allah untuk diizinkan turun ke bumi. Alasannya ingin menemui Nabi Idris. Namun bukan untuk memenuhi urusan mencabut nyawa, melainkan karena ingin berkunjung saja. Allah pun mengizinkan.

Malaikat Izrail pun turun ke bumi. Membawa beberapa makanan untuk diberikan kepada Nabi Idris. Nabi Idris pun awalnya mengira bahwa Malaikat Izrail adalah tamu biasa. Itulah kenapa Nabi Idris tidak curiga sama sekali dan menyambut tamunya tersebut dengan ramah tamah.

Bahkan Nabi Idris mengiyakan saat tamunya tersebut menyebut ingin menemaninya dalam menyebarkan ajarannya. Mereka pun selama beberapa hari berpergian bersama. Namun setelah empat hari, Nabi Idris merasakan ada yang tidak biasa dengan tamunya tersebut. Nabi Idris yang penasaran bertanya.

“Wahai fulan, sebenarnya siapa dirimu. Kenapa kau ingin menemaniku dalam menyebarkan ajaranku?” tanya Nabi Idris.

“Aku sebenarnya adalah malaikat maut.” Balas Izrail kepada pertanyaan Nabi Idris. 

Nabi Idris terkejut mendengarnya. Dia berprasangka bahwa alasan Izrail mendatanginya adalah karena waktu hidupnya sudah habis.

“Wahai malaikat Izrail, ada apakah gerangan kau datang? Apakah kau datang untuk mencabut nyawaku?” tanya Nabi Idris lagi.

Namun Izrail tidak mengiyakan.

“Sesungguhnya, aku hanya datang untuk mengunjungimu, dan Allah mengizinkan.” Lanjut Izrail lagi. 

Nabi Idris terdiam. Namun beliau memutuskan untuk menerima segala ucapan Malaikat Izrail dan melanjutkan kesehariannya. Nabi Idris dan Malaikat Izrail berkehidupan layaknya sahabat. Terkadang mereka mengobrol dan membicarakan sesuatu. Hingga pada suatu hari, Nabi Idris meminta Malaikat Izrail untuk mencabut nyawanya  dan menghidupkannya kembali.

Allah pun mengabulkan, hingga pada akhirnya Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris. Izrail bahkan merasa iba saat melihat  sahabatnya tersebut kesakitan. Saat Nabi Idris sudah meninggal, Izrail memohon kepada Allah untuk menghidupkannya kembali. Maka Allah menghidupkannya kembali.

Nabi Idris terbangun dengan tangisan sejadi-jadinya. Di benak beliau terus membayangkan tentang betapa sakitnya orang-orang yang dicabut nyawanya. Hingga atas kejadian tersebut, beliau semakin gencar dalam menyebarkan ajarannya dan kebaikan antara satu sama lain.

3 dari 3 halaman

Perjalanan Nabi Idris Melihat Surga dan Neraka

Pada suatu hari, Nabi Idris dan Malaikat Izrail sedang beribadah bersama. Kala itu, Nabi Idris mengajukan suatu permintaan tidak biasa lagi kepada malaikat Izrail.

“Wahai Izrail, bisakah kau memperlihatkan surga dan neraka kepadaku?” tanya Nabi Idris.

Malaikat Izrail terkejut lagi mendengar permintaan Nabi Idris.

“Wahai Nabiyullah, lagi-lagi engkau meminta sesuatu yang aneh. Mengapa Engkau meminta hal semacam itu? Bahkan dari para golongan malaikat pun takut melihat neraka.” Izrail mempertanyakan.

“Jujur saja, Aku sungguh takut dengan azab Allah. Namun semoga Iman ku menjadi lebih tebal setelah melihatnya,” jawab Nabi Idris. 

Nabi Idris pun berdoa kepada Allah untuk memohon restu, setelah diizinkan maka berangkatlah Malaikat Izrail bersama Nabi Idris ke neraka. Malaikat Malik yang bertugas sebagai penjaga pintu neraka pun mempersilahkan mereka berdua masuk.

Di dalam, saking tidak kuatnya melihat berbagai siksaan dan kepedihan yang diberikan kepada manusia-manusia yang melanggar perintah Allah, Nabi Idris langsung pingsan. Sesungguhnya itu adalah pemandangan paling mengerikan yang tidak bisa dibayangkan manusia manapun. 

Tujuan kedua mereka adalah menuju surga. Setelah dipersilahkan oleh malaikat Ridwan mereka pun masuk. Di sana, reaksi Nabi Idris juga hampir pingsan, namun bukan karena takut, melainkan karena tidak kuasa menyaksikan kemegahan dan keindahan surga.

Pandangan Nabi Idris terpaku kepada sungai-sungai yang airnya begitu jernih seperti kaca. Pinggiran sungai terdapat pohon-pohon yang bagian batangnya terbuat dari  emas. Lalu ada juga istana-istana yang telah disediakan untuk para penghuni surga. Seluruh penjuru terdapat pohon pohon yang berbuah begitu segar, harum dan terlihat enak.

Kala tiba masanya pulang. Nabi Idris menolak untuk pulang dan ingin tetap berada di surga. Namun Malaikat Izrail meyakinkan dengan berucap:

“Wahai Nabiyullah, engkau boleh tinggal di sini setelah hari kiamat nanti, setelah semua amal ibadahmu dihisab oleh Allah. Saat itulah engkau bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang beriman lainnya,” ujar Malaikat Izrail.

Mendengar itu, Nabi Idris merasa damai.

“Yah, Aku ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti.” 

Sesungguhnya apa yang dikisahkan di atas merupakan pengingat kita untuk lebih taat kepada Allah dan setiap apa yang kita lakukan akan ada balasan yang setimpal, baik itu kebaikan maupun keburukan. Demikianlah kisah Nabi Idris yang diangkat ke langit dan persahabatannya dengan Malaikat Izrail. Semoga dapat menjadi pengingat kita dan menuntun ke jalan yang benar.