Liputan6.com, Jakarta - Para waliyullah diberkahi karomah. Karomah, atau keramat, dalam bahasa Arab: كرامة. berarti, kemuliaan atau kehormatan.
Karomah adalah hal atau kejadian yang luar biasa di luar akal dan kemampuan manusia biasa yang terjadi pada diri seseorang yang berpangkat wali.
Baca Juga
Kisah Karomah Abah Guru Sekumpul dan Habib Habib Abdullah Barabah, Mimpi yang Jadi Kenyataan 10 Tahun Setelahnya
Banyak Amalan Guru Sekumpul di Internet, Bolehkah Diamalkan? Ini Kata Murid Habib Umar bin Hafidz
Top 3 Islami: Ajak Keluarga ke Mall itu Jihad Kata Gus Baha, Kunci Cepat Kaya dari Guru Sekumpul
Banyak kisah karomah kiai dan ulama Nusantara yang disaksikan oleh umat. Salah satunya adalah karomah Guru Sekumpul.
Advertisement
Abah Guru Sekumpul nama lengkapnya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani merupakan seorang ulama besar asal Kalimantan yang dikenal hingga penjuru negeri. Beliau lahir di Desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar pada 11 Februari 1942 atau 27 Muharram 1361 H.
Abah Guru Sekumpul adalah keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Yakni, KH. Muhammad Zaini Ghani bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Samman bin Saad bin Abdullah Mufti bin Muhammad Khalid bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan).
Guru Ijai, panggilan lain Abah Guru Sekumpul, dilahirkan dari pasangan keluarga sederhana. Ayahnya bernama Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman, dan ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.
Meski berlatar dari keluarga yang kekurangan, namun orangtuanya berhasil mendidik putranya hingga menjadi ulama terkenal. Kesuksesan Abah Guru Sekumpul juga tidak terlepas dari bimbingan para gurunya yang konon mencapai 200 orang.
Abah Guru Sekumpul benar-benar ulama yang khumul. Di suatu pengajian yang dihadiri oleh puluhan ribu orang, sebagian orang mengusulkan agar pengajian disiarkan secara langsung melalui radio dan televisi agar bisa disaksikan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan. Namun, keinginannya tidak dikabulkan.
Abah Guru Sekumpul wafat di Martapura pada 10 Agustus 2005 (usia 63 tahun) setelah mengalami sakit pada ginjalnya. Ulama kharismatik ini dimakamkan di kompleks keluarga di dekat Musala Ar-Raudhah, Kalimantan Selatan.
Sebagaimana waliyullah lainnya, Guru Sekumpul dianugerahi karomah. Dari berbagai karomah Guru Sekumpul, berikut ini adalah dua di antaranya.
Simak Video Pilihan Ini:
Uang di Kantong Guru Sekumpul Tak Pernah Habis
Mengutip laman Laduni.id, pada suatu hari, datang rombongan para Habaib dari berbagai daerah ke Kalimantan Selatan, tepatnya ke kediaman KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari (Abah Guru Sekumpul).
Sudah tradisi beliau untuk memuliakan tamu-tamu. Abah Guru apabila menerima tamu dari luar daerah, apalagi para Habaib, maka Abah Guru Sekumpul akan meminta tamu tersebut untuk menginap beberapa hari di kediaman beliau.
Beliau sendiri yang turun tangan untuk melayani para tamu tersebut, istilah "tamu adalah Raja" sangat terlihat dari sikap dan perilaku Abah Guru Sekumpul terhadap para tamu-tamu beliau.
Sampai pada akhirnya rombongan para Habaib itu akan pulang...Maka bergantianlah Abah Guru sekumpul menyalami satu persatu para Habaib tersebut yang jumlahnya puluhan orang.
Tapi ada yang aneh...
Sambil Abah Guru bersalaman dengan satu persatu dari para Habaib tersebut, sambil Abah Guru mengambil uang dari kantong baju beliau...dan memasukkan uang tersebut ke kantong baju satu persatu para Habaib tersebut.
Al-Habib Mukshin bin Al-Habib Agil bin Syahab yang berdiri didekat Abah Guru Sekumpul saat itu sangat mengetahui, bahwa di kantong baju Abah Guru tidak ada apa-apa ( kantong baju beliau kosong, dan tidak terlihat mengembung oleh jumlah uang yang banyak).
Sampai selesai semua para Habaib itu disalami oleh Abah Guru Sekumpul yang jumlahnya puluhan tersebut, terus-terusan Abah Guru juga mengambil uang dari kantong baju beliau, yang seperti tidak ada habisnya untuk beliau berikan kepada satu persatu dari mereka (para Habaib tersebut)
Tidak terasa, selesai Abah Guru menyalami dan memberikan uang tersebut kepada seluruh Habaib yang jumlahnya puluhan orang tersebut.
Lalu mendekat Habib Mukhsin muda kepada Abah Guru.
Berkata Abah Guru Sekumpul kepada Al-Habib Mukshin: "Behehinip aja nyawa Mukhsin ae" ( maksud Abah Guru, ngga usah terkejut. diam saja kalau engkau tahu )
Subhanallah...!
Advertisement
Pertemukan Habib dengan Rasulullah SAW
Di Tarim sana, Hadramaut, kota para Habaib dan banyak melahirkan para Quthub, ada seorang Habib Sepuh yang bernama Habib Ahmad Assegaf r.a yang mengarang qasidah "Baina katifaihi 'alaamah", sehingga di Martapura Beliau terkenal dengan sebutan Habib Baina Katipai.
Beliau ini seumuran dengan Habib Abdul Qadir Jeddah r.a. Beliau ini mempunyai kelebihan, malam-malam beliau terbiasa bermimpi dengan Baginda Rasulullah Saw. Habib-Habib zaman dulu walau sering bermimpi dengan Baginda Rasulullah Saw, masih sakit hati kalau belum bertemu secara jaga/yaqozhotan dengan baginda Saw. (Semoga kita mendapat mimpi bertemu Rasulullah Saw).
Akhirnya Beliau mendapat isyarat dari Rasulullah Saw dalam mimpi, "Ahmad, kalau kamu ingin bertemu Saya (Saw), maka temuilah Zaini (Guru Sekumpul) orang Martapura, Banjarmasin".
Maka bergegaslah Beliau menuju Indonesia, sesampainya di Jakarta, Beliau dihalang-halangi oleh orang yang dengki dengan Guru Sekumpul r.a, namun Beliau mampu menerobosnya, karena ingat dengan isyarat dari Baginda Rosulullah Saw.
Akhirnya bertemulah Beliau dengan Guru Sekumpul r.a. Beliau utarakan lah maksud kedatangan Beliau, kemudian oleh Guru Sekumpul r.a diberi amaliah-amaliah yang kemudian Beliau amalkan.
Tidak berapa lama setelah itu, Rosulullah Saw menemui Beliau di pagi hari. Segera setelah pertemuan yaqozhotan itu, Beliau melapor kepada Guru Sekumpul ra.
Oleh Guru Sekumpul r.a dijawab, "Sebelum ke tempat Sampean, Rasulullah Saw menemui saya terlebih dahulu".
Langsung seketika Habib Ahmad memeluk Guru Sekumpul r.a. Ya, Guru Sekumpul itu adalah Syekh Futuhnya atau Guru Murobbi Mursyidnya Habib Ahmad Assegaf.
Tim Rembulan