Liputan6.com, Jakarta - Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Arab kuno, Muharram juga merupakan bulan haram.
Pada bulan ini, suku-suku dilarang berperang. Muharram adalah waktunya berniaga dan membangun kota serta sumber daya lainnya.
Ada benang merah pemuliaan bulan Muharram, baik dalam tradisi Arab kuno maupun masa Islam. Hal ini bisa diruntut dari pandangan mayoritas agama Samawi yang meriwayatkan bahwa pada bulan itu terjadi peristiwa bersejarah di masa nabi dan rasul, sebelum nabi akhir zaman, Muhammad SAW diutus.
Advertisement
Baca Juga
Penghormatan terhadap bulan Muharram juga masih berlangsung pada zaman Rasulullah SAW hingga masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.
Hanya saja, pada bulan Muharram, terjadi tragedi memilukan. Yakni, pembunuhan biadab cucu Nabi Muhammad SAW, Husein RA atau Husein bin Ali bin Abi Thalib RA.
Tragedi berdarah pembunuhan cucu Nabi SAW tersebut tersebut terjadi di Karbala, pada 10 Muharram. Hingga kini, sebagian umat Islam memperingati hari Asyura tersebut sebagai hari kesedihan.
Karena peristiwa , bulan Muharram, selain statusnya sebagai bulan mulia dan bulan kemenangan, diperingati pula sebagai bulan kesedihan.
Simak Video Pilihan Ini:
Wafatnya Husein bin Ali Cucu Nabi di Karbala
Peristiwa tragis itu terjadi pada hari kesepuluh Muharram Tahun 61 Hijriyah. Husein bin Ali cucu Nabi dikepung oleh pasukan atas perintah Ubaidillah bin Ziyad. Husein dipaksa mengakui kekuasaan Khalifah Yazid bin Mu’awiyah.
Mengutip NU Online via kanal Jateng Liputan6.com, Ibn Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah bercerita bagaimana Sayidina Husein terbunuh di Karbala pada 10 Muharram (asyura).
Peristiwa tragis itu terekam dengan detail, bagaimana pasukan menganiaya Husein bin Ali hingga wafat. Mereka menyerang dari segala penjuru. Pasukan biadab itu bahkan tega memenggal kepala Husein bin Ali.
Ibn Katsir menulis: “Yang membunuh Husein dengan tombak adalah Sinan bin Anas bin Amr Nakhai, dan kemudian dia menggorok leher Husein dan menyerahkan kepala Husein kepada Khawali bin Yazid.” (Al-Bidayah, 8/204).
Anas melaporkan bahwa ketika kepala Husein yang dipenggal itu dibawa ke Ubaidullah bin Ziyad, yang kemudian memainkan ujung tongkatnya menyentuh mulut dan hidung Husein, Anas berkata:
“Demi Allah! sungguh aku pernah melihat Rasulullah mencium tempat engkau memainkan tongkatmu ke wajah Husein ini,”.
Ibn Katsir juga mencatat sebanyak 72 orang pengikut Husein yang terbunuh hari itu.
Advertisement
Langit Memerah 6 Bulan
Imam Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa mencatat 4.000 anggota pasukan yang mengepung Husein, dibawah kendali Umar bin Sa’d bin Abi Waqash.
Pada hari terbunuhnya Husein, Imam Suyuthi mengatakan dunia seakan berhenti selama tujuh hari. Mentari merapat laksana kain yang menguning. Terjadi gerhana matahari di hari itu. Langit terlihat memerah selama 6 bulan.
Imam Tirmidzi meriwayatkan kisah dari Salma yang menemui Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad SAW, yang saat itu masih hidup (Ummu Salamah wafat pada tahun 64 H, sementara Husein terbunuh tahun 61 H).
Salma bertanya: “Mengapa engkau menangis?” Ummu Salamah menjawab: “Semalam saya bermimpi melihat Rasulullah yang kepala dan jenggot beliau terlihat berdebu. Saya tanya ‘mengapa engkau wahai Rasul?’ Rasulullah menjawab: “saya baru saja menyaksikan pembunuhan Husein.’”.
Tim Rembulan