Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan Idun Rohim Zen, jemaah haji asal embarkasi Palembang hingga saat ini masih misterius. Idun hilang usai izin ke Toilet pada puncak haji di Arafah, sebulan lalu.
Idun menjadi salah satu dari delapan jemaah haji hilang. Akan tetapi, tujuh lainnya telah ditemukan, meski ada yang ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia.
Penyisiran terus dilakukan. Menag Yaqut Cholil Qoumas juga menyatakan akan terus melakukan pencarian Idun Rohim.
Advertisement
Artikel mengenai pencarian Idun Rohim Zen ini menjadi salah satu dari tiga artikel paling menyita perhatian pembaca kanal Islami Liputan6.com, Sabtu (29/7/2023).
Sementara, dua artikel lainnya yakni puasa tanggal 11 Muharram dan Karomah Mbah Arwani Kudus. Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
1. Hilang Usai Izin ke Toilet Saat di Arafah, di Mana Jemaah Haji Idun Rohim Zen?
Keberadaan jemaah haji yang hilang, Idun Rohim Zen, masih misterius. Jemaah haji asal kelompok terbang (kloter) 20 Embarkasi Palembang (PLM 20) ini sudah dinyatakan hilang sejak satu bulan lalu.
Terkait hal ini, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan pencarian jemaah haji hilang atas nama Idun Rohim Zen terus dilakukan.
"(Pencarian) masih, masih terus dilakukan," ujar Menag Yaqut kepada awak media di Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten, dikutip dari laman Kemenag, Jumat (8/7/2023)."Saya sudah perintahkan kepada para petugas, terutama bagian linjam (perlindungan jemaah) yang masih ada di sana, untuk terus mencari jemaah kita yang masih hilang ini tanpa batas waktu," imbuhnya.
Pencarian akan terus dilakukan dengan berkerja sama dengan otoritas Arab Saudi. "Sampai kemudian pihak otoritas Arab Saudi yang menyatakan bahwa memang yang bersangkutan sudah tidak bisa ditemukan, baru dihentikan," ujar Menag.
Sebelumnya, terdapat delapan orang jemaah Indonesia yang dinyatakan hilang. Tujuh di antaranya sudah ditemukan. "Tiga orang dinyatakan wafat, dan satu orang masih hilang," tutur Menag.
"Jadi kita terus berikhtiar, berkoordinasi dengan pihak otoritas kerajaan Saudi baik dengan kepolisian, SAR mereka jadi saya minta dicari sampai ketemu," sambungnya.
Menag berharap segera ada kabar keberadaan Idun Rohim. "Mudah-mudahan masih hidup. Kalaupun harus terima kenyataan misalnya dalam kondisi wafat, kita harus perlakukan dengan baik saya kira itu," imbuhnya.
Advertisement
2. Apa Ada Puasa Tanggal 11 Muharram Setelah Asyura, Bagaimana Hukum dan Lafal Niatnya?
Mayoritas umat Islam tahu bahwa muslim dianjurkan melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Sebagian juga paham, sebelum puasa Asyura ada puasa Tasu'a tanggal 9 Muharram.
Lantas apakah pada 11 Muharram atau setelah setelah puasa Asyura masih ada puasa lain. Puasa 11 Muharram disebut apa dan apa hukumnya?
Pertama, puasa Asyura dan Tasu'a adalah sunnah. Puasa Tasu'a diadakan agar umat Islam tidak identik dengan Yahudi yang juga berpuasa pada 10 Muharram atau hari Asyura.
Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan puasa setelah Asyura masih dengan maksud yang sama, yakni membedakan dari puasa kaum Yahudi.
Namun begitu, ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa dalil puasa tanggal 11 Muharram sebagai pendamping puasa Asyura Dha'if atau lemah.
Jika hadis yang menjadi dalil itu dinilai lemah, lantas apakah pada tanggal 11 Muharram tidak diperbolehkan berpuasa?
Jawabannya adalah boleh. Sebab, umat Islam bisa berniat puasa Muharram atau dengan niat puasa sunnah di bulan Muharram.
3. Kisah Karomah Mbah Arwani Kudus: Ke Madinah dalam Sekejap hingga Air Jadi BBM
Indonesia memiliki banyak ulama yang menjadi kebanggaan. Melalui didikannya, lahir santri-santri yang lantas menjadi ulama berpengaruh dan alim.
Salah satunya adalah KH M Arwani Amin Said atau Mbah Arwani Kudus. Mbah Arwani adalah salah satu ulama ilmu Al-Qur'an yang kerap menjadi rujukan.
Mbah Arwani lahir pada hari Selasa Kliwon pukul 11.00 siang tangga l5 Rajab 1323 H bertepatan dengan 5 September 1905 M di kampung Kerjasan, Kota Kudus, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Amin Said dan Hj Wanifah.
Mbah Arwani menekuni Al-Qur'an sejak kecil. Ada pula saudaranya yang menekuni Al-Qur'an, dan sama-sama jenius dan bahkan hafal Al-Qur'an (hafidz) dalam usia kanak-kanak.
Sebagian guru yang mendidik KH. M. Arwani Amin di antaranya adalah KH. Abdullah Sajad (Kudus), KH. Imam Haramain (Kudus), KH. Ridhwan Asnawi (Kudus), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Muhammad Manshur (Solo), KH. M. Munawir (Yogyakarta) dan lain-lain.
Beliau mengajarkan al-Qur’an pertama kali sekitar tahun 1942 di Masjid Kenepan Kudus yaitu setamat nyantri dari Pesantren al-Munawir Krapyak, Yogyakarta. Pada periode ini santri-santri beliau kebanyakan berasal dari luar kota Kudus.
Advertisement