Liputan6.com, Jakarta - Kewalian atau kemampuan supranatural KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sudah kondang. Banyak yang menyaksikan atau menjadi saksi karomah Presiden Indonesia ke 4 ini.
Gus Dur, dikenal karena kebijaksanaan, toleransi, dan pandangan moderatnya dalam Islam. Dia adalah seorang pemimpin agama, politik, dan sosial yang dihormati karena kontribusinya pada kehidupan beragama dan masyarakat di Indonesia.
Banyak pengikut Gus Dur percaya bahwa dia memiliki "karomah" atau kemampuan supranatural karena ketaatannya kepada Allah, dan beberapa kisah tentang peristiwa-peristiwa luar biasa yang terkait dengannya dapat ditemukan dalam cerita-cerita dan tradisi lisan.
Advertisement
Namun, seperti halnya dengan karomah atau kewalian tokoh-tokoh spiritual dalam tradisi Islam lainnya, ini adalah hal yang terkait dengan keyakinan dan iman individu, dan tidak selalu dapat diukur atau dijelaskan secara ilmiah.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Dur dan Makam Surya Memesa dan Syekh Ali Uraidi
Mengutip beritasantri.net, berikut ulasan fakta karomah Gus Dur yang diambil dari berbagai sumber terpercaya:
1. Kisah Makam Surya Memesa dan Ziarah Syekh Ali Uraidi bin Imam Ja’far Shadiq
Di sela-sela acara tahlilan hari ke-7 wafatnya Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, KH Said Agil bercerita, dirinya pernah diajak ziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan. Gus Dur membawanya ke sebuah kuburan yang sepi. Untuk mencapai lokasi saja, harus menyebrang sebuah situ (danau).
Saat tiba, Gus Dur menuju sebuah makam. Saat ditanya Said Agil, siapa jenazah yang telah dikebumikan di tanah ini? Gus Dur tidak langsung menjawab. “Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan,” ujar Said Agil meniru ucapan Gus Dur.
Orang sakti yang dimaksud Gus Dur, sambung Said Agil, ternyata bernama Surya Mesesa, seorang penyebar agama Islam di pulau Jawa. Gus Dur memberitahukan kepada Said Agil, mengapa Surya Mesesa bisa masuk Islam.
“Untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syeikh Ali. Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujarnya.
Ceritanya, Gus Dur bersama Said Aqil ingin membacakan surat Al-Fatihah untuk Syekh Ali sebanyak seribu kali. Namun ketika mereka baru membacakan al-Fatihah sebanyak 30 kali tiba-tiba seorang polisi datang mengusir mereka dan mengatakan, “Musyrik, haram!”
Untung saja mereka bukan penduduk setempat, sehingga tidak dihukum berat, karena bagi mereka ziarah kubur adalah larangan berat. Namun Gus Dur sempat marah kepada polisi itu, “Kamu musuh Allah, Wahabi,” kata Gus Dur seperti dikutip Said Aqil saat memberikan testimoninya usai memimpin tahlilal di Ciganjur.
Said Aqil bercerita, Gus Dur berziarah ke makam Syekh Ali al-Uraidhi karena Syekh ini konon sempat mengalahkan seorang yang hebat bernama Surya Mesesa. Ia merasa tak terkalahkan. Bahkan untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syekh Ali al-Uraidhi.
“Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujar Said Aqil. Cerita ini diperolehnya dari Gus Dur saat ia diajak berziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan.
Said Aqil bertanya, “Makam siapa Gus?” Gus Dur menjawab, “Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan.” Karena itulah Gus Dur berziarah ke makam tersebut dan kemudian ke makam Syekh Ali al-Uraidhi.
Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siradj, Gus Dur memang gemar berziarah ke makam para ulama dan sesepuh. Selain mendoakan mereka, dengan cara itu Gus Dur merangkai sejarah peristiwa yang terjadi beberapa ratus tahun yang lalu, yang bahkan tidak tertulis dalam buku-buku sejarah.
Namun ada yang yang menarik ketika Gus Dur berziarah kesuatu makam, kata Kang Said. ”Kalau ada makam yang diziarahi Gus Dur, pasti kemudian makam itu ramai diziarahi orang. Gus Dur memang tidak hanya memberkahi orang yang hidup, tapi juga orang yang sudah mati,” katanya disambut tawa hadirin.
Advertisement
2. Bertemu dan Didoakan Wali di Madinah
Setelah berziarah Gus Dur berdoa di Raudah, malamnya Gus Dur ngajak Kiai Agil jalan-jalan ke masjid untuk mencari seorang wali.Setelah muter masjid, Kiai Agil bertemu orang pakai surban tinggi, sedang ngajar santrinya banyak, lalu tanya sama Gus Dur:
"Apa ini walinya Gus ?’Gus Dur bilang, ‘bukan’Akhirnya mencari lagi, ketemu sama orang yang pakai surban dengan jidat hitam, Gus Dur bilang ‘bukan ini’
Kemudian Gus Dur menghentikan langkah di dekat orang yg pake surban kecil biasa, duduk di atas sajadah, baru Gus Dur bilang, ‘ini adalah wali’.
Kemudian Kiai Agil memperkenalkan pada wali tersebut, dalam bahasa arab, dan terjemahannya seperti ini
‘Syekh, ini saya perkenalkan namanya ustad Abdurrahman Wahid, Ketua Organisasi Islam Terbesar di Asia’,
Kiai Said Agil menceritakan, tujuan dari mencari wali ini ialah ingin didoakan oleh seorang wali. Akhirnya wali ini berdoa untuk Gus Dur semoga diridhoi, diampuni, dan hidupnya sukses.
Setelah itu, wali tersebut pergi sambil menyeret sajadahnya dan mengatakan "dosa apa saya? sampai2 maqom kedudukan saya diketahui oleh orang…"
Dalam sebuah atsar (perkataan ulama) menyatakan bahwa ‘yang mengetahui kedudukan seorang wali adalah sesama wali itu sendiri’.
3. Pilot Takjub, Langit Sangat Gelap Tiba-tiba Terbuka
Semasa menjadi Presiden Indonesia, Gus Dur sangat rajin menjalin silaturrahmi dengan pemimpin negara lain, satu kebiasaan baik yang telah dikembangkan sejak sebelum ia menjadi presiden kepada masyarakat.
Salah satu lawatan pentingnya adalah ke India di awal Februari 2000, setelah perjalanan panjang dari Eropa. Di negeri yang dialiri sungai Gangga ini, Gus Dur bertemu dengan PM Atal Behari Vejpaye dan Sonia Gandhi dan menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas Jawaharlal Nehru.
Perjalanan panjang keliling Eropa dan pulangnya melewati India dan dilanjutkan ke Korea Selatan ini menggunakan pesawat kepresidenan, yang tentu saja memiliki standar keamanan dan pelayanan yang terbaik untuk orang paling penting di Indonesia.
Pada kunjungan tersebut, ketika pesawat udara mendekati New Delhi, terdapat awan yang sangat gelap yang menutupi bandar udara sehingga tidak mungkin untuk mendarat di bandara Internasional Indira Gandhi New Delhi, sehingga direncanakan mendarat di bandara lain terdekat sebagai alternatif.
Bagi seorang presiden dengan jadwal yang sudah diatur secara ketat karena terbatasnya waktu, kondisi ini tentu akan membuat rencana kegiatan menjadi berantakan. Ditengah-tengah situasi seperti itu, tiba-tiba terjadi sebuah fenomena alam yang sangat ajaib, tiba-tiba saja langit terbuka dan sehingga pesawat bisa melewati awan dan begitu bisa mendarat, langit kembali tertutup awan hitam kembali.
Kisah ini disampaikan oleh pilot pesawat kepresidenan yang sedang bertugas kepada adik Gus Dur, Umar Wahid yang merasa takjub dengan kejadian tersebut.
“Ini kebetulan atau tidak, tapi pilot tersebut mengatakan dalam karirnya sebagai pilot, ia tidak pernah mengalami kondisi seperti itu,” katanya.
Sebagai pilot kepresidenan, tentu saja telah dipilih orang dengan jam terbang tinggi dan kemampuan terbaik, kondisi seperti itu merupakan fenomena alam aneh yang baginya juga luar biasa dan tak terlupakan.
Advertisement
4. Gus Dur dan Mahfud MD
Kisah tentang Gus Dur kali ini dituturkan Mahfud MD , mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ( MK ). Sebagai orang dekat Gus Dur, Mahfud tentu memiliki kenangan-kenangan kisah yang masih menancap, misalnya dalam bentuk humor atau dalam bentuk karomah.
Ditemui saat dalam acara deklarasi Mahfud MD sebagai Capres 2014 di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (Ponpes API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, politisi asal Madura itu antusias bercerita soal Gus Dur . Misalnya kisah ketika dia diangkat menjadi Menteri Pertahanan.
“Saya cerita pada suatu hari Presiden Abdurrahman Wahid memanggil saya dan mengatakan, ‘Pak Mahfud saya perlu tiga ahli tata negara. Saya sudah punya dua tapi kurang satu’. Pertama ahli yang dimiliki Yusril. ‘Yusril akan saya angkat kembali jadi Menkumham. Yang kedua Marsilam Simanjuntak akan saya angkat menteri sekretaris kabinet. Lalu yang ketiga antum’,” kata Gus Dur .
Mahfud pun merasa tidak percaya dengan apa yang dilakukan Gus Dur tersebut. Bahkan dia langsung menawar beberapa kali supaya tidak dijadikan menteri pertahanan. Namun beberapa kali penolakan tidak digubris sama sekali oleh Gus Dur .
“Saya tidak percaya. Saya kira saat itu bukan menteri pertanahan. Ternyata menteri pertanahan. Saya lalu bilang, tidak pernah belajar ketahanan. Gus Dur menjawab, ‘saya saja tidak belajar jadi presiden, bisa jadi presiden, politik itu sifatnya umum,” kata Mahfud menirukan Gus Dur .
Mahfud lalu menawar, bagaimana kalau menteri kehakiman? Gus Dur mengatakan tidak bisa karena Yusril senang berada di situ. Bagaimana kalau menteri sekretaris kabinet? Tidak bisa, karena Marsilam orangnya teliti. Saya perlukan tenaganya urus surat biar tidak salah.
“Saya tawar, bapak presiden, saya urus Deputi Kemenkumham gantikan Pak Hasbalah M Sa’ad? Tidak bisa besok saya bubarkan,” tutur Mahfud.
Mahfud kemudian keluar dan langsung diberi masukan oleh salah seorang temannya supaya tidak menolak permintaan Gus Dur menjadi menteri pertahanan. Namun, Mahfud menganggap penunjukan Gus Dur itu lucu dan aneh.
“Saya keluar, salah satu rekan saya bilang, antum (kamu) jangan tawar terus kalau tidak mau tidak jadi menteri. Siap saya terima dan laksanakan. Itu pengangkatan lucu dan aneh. Ketika jabatan itu saya terima besok jam 8 malam rencana akan diumumkan. Lalu saya disuruh berikan kartu nama. Tidak punya kartu nama, akhirnya saya tulis di kertas. Saya tidak bawa kartu nama,” ucapnya.
Begitu pulang ke rumah, Mahfud langsung mengatakan ke keluarganya bahwa dirinya ditunjuk sebagai menteri. Namun, istrinya tidak percaya dengan pengumuman yang disiarkan televisi dan dipercepat pengumumannya.
“Saya bilang sama anak-anak dan keluarga kumpul. Tapi tiba-tiba pengumuman menteri dimajukan. Diumumkan jam empat sore. Anak-anak saya pada main. Ketika diumumkan hanya ada istri, istri saya tidak percaya. ‘Bukan! Masak kamu jadi menteri’. Kemudian saya yakinkan, terus telepon berdering di tengah malam,” ungkapnya.
Bahkan, penunjukan Mahfud sebagai Menhan oleh Gus Dur saat itu mendapatkan banyak protes dari berbagai kalangan. Di antaranya, tokoh reformasi saat itu Amien Rais bahkan Wakil Presiden Megawati juga memprotes rencana Gus Dur itu.
“Yang mengagetkan banyak komentar sinis. Amien Rais marah. Amien ngomong, ‘itu salah itu, Gus Dur pilih teman jadi menteri’. Di mana-mana Menhan orangnya harus kelas dunia. Affan Gaffar bilang, Mahfud jadi Menhan dia gali kuburnya sendiri. Megawati di berita gak setuju. Gus Dur bilang kemana Wapres gak ada? Biasa kalau perempuan mandi ya pulang mandi. Menkeu Priyadi dan Mahfud MD yang diejek dua hari. Gus Dur disalah-salahkan,” ujar Mahfud mengenang.
Penulis: Nugroho Purbo