Liputan6.com, Jakarta - Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Arbi bin Ali Al-Tanara Al-Jawi Al-Bantani atau dikenal dengan nama Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan salah satu ulama besar Nusantara di abad 14 H/19 M. Ia lahir di Kampung Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten pada 1230 H/1815 M.
Syekh Nawawi adalah ulama keturunan Sunan Gunung Jati. Nasabnya bersambung dengan Rasulullah SAW melalui Imam Ja’far Assidiq, Imam Muhammad Al-Baqir, Imam Ali Zain Al-Abidin, Sayyidina Husain, Fatimah Al-Zahra.
Syekh Nawawi sudah mulai belajar ilmu agama Islam sejak berusia lima tahun dari ayahnya. Ia mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, Al-Qur’an, dan tafsir bersama saudara-saudara kandungnya.
Advertisement
Baca Juga
Menginjak usia delapan tahun, ia bersama kedua adiknya, Tamim dan Ahmad berguru ke salah satu ulama terkenal di Banten kala itu, yakni KH Sahal. Kemudian ia menimba ilmu kepada Syekh Baing Yusuf Purwakarta.
Syekh Nawawi sudah mengajar sejak muda. Saking banyak muridnya, ia mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa mengajar. Masih di usia muda, Syekh Nawawi menunaikan haji dan berguru ke sejumlah ulama ternama di Makkah saat itu.
Karomah-karomah Syekh Nawawi sudah terlihat sejak muda. Atas izin Allah SWT, Syekh Nawawi mampu melihat Ka’bah dari salah satu masjid di Jakarta.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Mengoreksi Arah Kiblat Masjid
Kisah karomah Syekh Nawawi Al-Bantani muda yang melihat Ka’bah langsung dari Jakarta bermula saat ia sholat di Masjid Pekojan Jakarta Kota. Masjid ini lokasinya berdekat dengan kediaman Habib Utsman bin Yahya.
Setelah sholat, Syekh Nawawi menghampiri Habib Utsman dan mengatakan jika arah kiblat masjid tersebut kurang tepat dengan nada lemah lembut dan penuh hormat.
“Wahai Habib yang saya hormati. Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,” kata Syekh Nawawi dikutip dari Laduni.id, Selasa (1/8/2023).
“Ya, ada apa anak muda?” jawab Habib Utsman.
“Begini Habib, masjid ini kurang ngiblat dan kurang menyerong ke sebelah kanan (ke arah utara),” terang Syekh Nawawi.
Habib Utsman yang merupakan seorang pakar ilmu falak heran dan menyanggah Syekh Nawawi.
“Masjid ini sudah saya ukur dengan alat kompas dan berdasarkan ilmu falak,” katanya.
Dengan penuh sopan santun, Syekh Nawawi Al-Bantani menunjuk ke arah kiblat. Seketika itu juga Ka’bah terlihat sangat jelas di hadapan mereka berdua.
Habib Utsman langsung terperanjat setelah menyaksikan karomah Syekh Nawawi. Ia kemudian langsung menubruk ingin mencium tangan ulama asal Banten itu. Namun, Syekh Nawawi menarik dan menolak tangannya untuk dicium oleh Habib Utsman.
“Wahai Habib yang mulia. Saya tidak pantas untuk dicium tangani oleh habib. Karena, habib adalah orang mulia dan keturunan Rasulullah, sedangkan saya adalah orang kampung biasa,” tuturnya.
Habib Utsman langsung merangkul badan Syekh Nawawi. Keduanya saling berpelukan sambil menangis bercucuran air mata.
Masya Allah, itulah salah satu karomah Syekh Nawawi. Dari kisah ini kita belajar tentang sopan santun dan menghormati orang yang pandai sesuai bidang ilmunya. Wallahu’alam.
Advertisement