Sukses

UAS Ungkap 3 Jimat Kebal Senjata Andalan Jenderal Soedirman

Beredar luas kabar tentang kesaktian Panglima Besar Jenderal Soedirman, sang pahlawan nasional Republik Indonesia. Konon kebal senjata, disiksa musuh tidak meninggal dunia, bahkan ditembak sekalipun, Sang Jenderal Besar ini tidak tumbang.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang kesaktian Panglima Besar Jenderal Soedirman, sang pahlawan nasional Republik Indonesia telah beredar luas.

Konon sang jenderal kebal senjata, disiksa musuh tidak meninggal dunia. Bahkan ditembak sekalipun, sang Jenderal Besar ini tidak tumbang.

Pada masa mempertahankan kemerdekaan (Agresi Militer Belanda-red), bahkan Jenderal Soedirmah diburu. Namun, dia tak pernah tertangkap.

Apakah sebenarnya yang dimiliki oleh Jenderal Soedirman, benarkah memiliki pegangan atau jimat?

Untuk diketahui, Jenderal Soedirman, adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang sangat dihormati dan diingat karena peran pentingnya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ia merupakan panglima besar pertama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan memimpin perlawanan melawan pasukan Belanda selama Revolusi Nasional Indonesia.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Berikut Tiga Jimat Jenderal Soedirman

Mengutip beritasantri.net, Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam sebuah kesempatan menyebutkan kenapa Panglima Besar Jenderal Soedirman tidak meninggal meskipun disiksa dan ditembak Belanda?

“Jenderal Soedirman ditembak Belanda, diserang macam-macam. Ditangkap, disiksa, tidak juga mati. Sehat. Ditandu di dalam hutan. Tengok foto-foto Jenderal Sudirman. Menggigil dalam hutan karena serangan demam malaria, tetap juga tidak mati,” kata Ustadz Abdul Somad.

Orang bertanya, “Jenderal punya jimat, enggak?”

Kata Jenderal Sudirman, “Saya punya jimat.”

“Mana jimatnya?”

“Tiga.”

Apa itu jimatnya? Ustadz Abdul Somad menerangkan: Pertama, wudhunya tidak putus (Panglima Besar Jenderal Sudirman selalu menjaga wudhu’). Kedua, sholatnya tak pernah ditinggal. Ketiga, lidahnya senantiasa basah oleh dzikir.

“Panglima Besar Jenderal Sudirman, orangnya sangat relijius. Itu yang membuat negeri ini merdeka!” tegas Ustadz Abdul Somad.

“Jenderal bintang lima, panglima besar, sholat tak pernah ditinggal, dzikir tidak putus, wudhunya senantiasa suci di hadapan Allah.”

3 dari 3 halaman

Profil Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman lahir pada 24 Januari 1916 di Purbalingga, Jawa Tengah, dari keluarga petani. Ia belajar di Sekolah Pertanian di Bogor sebelum bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian menjadi cikal bakal TNI.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Soedirman menjadi panglima Tentara Keamanan Rakyat, kemudian dikenal sebagai TNI. Ia memainkan peran kunci dalam mengkoordinasikan perlawanan melawan tentara kolonial Belanda yang mencoba untuk merebut kembali wilayah Indonesia.

Dalam perang gerilya melawan Belanda, Jenderal Soedirman menggunakan strategi perang gerilya yang efektif dan mengandalkan dukungan rakyat. Ia mengorganisir dan memimpin gerakan perlawanan rakyat yang kuat, meskipun TNI pada saat itu memiliki keterbatasan persenjataan dan logistik.

Jenderal Soedirman mengidap tuberkulosis (TBC) dan kondisinya semakin memburuk karena tekanan fisik dan stres dalam perjuangan melawan Belanda. Beliau berjuang dengan gigih meskipun dalam kondisi kesehatan yang memprihatinkan.

Jenderal Soedirman wafat pada 29 Januari 1950 di Magelang, Jawa Tengah, pada usia yang masih muda, yaitu 34 tahun, akibat komplikasi TBC. Meskipun beliau wafat pada usia muda, warisannya sebagai pahlawan dan pemimpin militer tetap dikenang dan dihormati hingga saat ini.

Jenderal Soedirman diakui sebagai salah satu pahlawan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau dipandang sebagai simbol keteguhan, keberanian, dan kepemimpinan yang berdedikasi untuk kemerdekaan Indonesia. Nama dan perjuangan Jenderal Soedirman diabadikan dalam berbagai bentuk, termasuk nama jalan, monumen, dan tempat peringatan di seluruh Indonesia.

Penulis: Nugroho Purbo