Sukses

Contoh Materi Khutbah Jumat Mengisi Kemerdekaan, Disampaikan di Masjid Istiqlal

Khutbah Jumat ini disampaikan oleh khatib Laksamana Pertama TNI (Pur) Asep Saepudin, Ketua Bidsosdaum BPMI, Mantan Kapusbintal TNI AU, dan Mantan Ketua BPPMI di Masjid Istiqlal

Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2023 ini, masyarakat Indonesia berada di alam kemerdekaan 78 tahun. Nyaris 8 dasawarsa lalu, tepatnya 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Hidup di alam merdeka tentu harus sesuai dengan norma negara dan agama. Salah satu media yang efektif untuk saling mengingatkan adalah momen khutbah Jumat.

Khatib bisa menyampaikan kepada jamaah sholat Jumat untuk senantiasa mengisi kemerdekaan dengan baik dan penuh dedikasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini redaksi menyajikan contoh materi khutbah Jumat yang sekiranya dapat disampaikan pada momen menjelang hari kemerdekaan.

Seperti diketahui, tahun ini masyarakat Indonesia memperingati HUT ke-78 RI.

Contoh khutbah Jumat jelang momen peringatakan kemerdekaan ini dinukil dari Istiqlal.or.id, dengan judul 'Khutbah Jumat: Memaknai Kemerdekaan Dalam Bingkai Ketauhidan'

Khutbah Jumat ini disampaikan oleh khatib Laksamana Pertama TNI (Pur) Asep Saepudin, Ketua Bidsosdaum BPMI, Mantan Kapusbintal TNI AU, dan Mantan Ketua BPPMI di Masjid Istiqlal pada 19 Agutsus 2022, atau 21 Muharram 1444 Hijriyah.

Semoga bermanfaat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Contoh Materi Khutbah: Mengisi Kemerdekaan dalam Bingkai Ketauhidan

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Puji dan syukur kita persembahkan kehadapan Allah subhanahu wata'ala yang telah memberi kenikmatan berupa kesehatan dan kesempatan serta izin-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menunaikan kewajiban shalat Jumat di Masjid Istiqlal.

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para Sahabatnya. Sebagai khatib Jum’at hari ini, saya mengajak kepada Jamaah sekalian, marilah kita memelihara dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga dengan ketakwaan yang kita jalani setiap hari, akan mendatangkan keberkahan Allah subhanahu wata'ala kepada kita. Aamiin.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Judul khutbah Jum’at hari ini adalah "Memaknai Kemerdekaan dalam Bingkai Ketauhidan" tentu kita maklumi bersama bahwa judul ini berkaitan dengan baru dua hari yang lalu, kita memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia yang mengambil tema secara Nasional adalah "Pulih lebih cepat, Bangkit lebih Kuat".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2018) makna kemerdekaan adalah keadaan (hal) berdiri sendiri, bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan kebebasan, contohnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, artinya suatu bangsa yang merdeka adalah bangsa yang bebas dari penjajahan.

Bangsa Indonesia pernah mengalami penjajahan selama 350 tahun oleh Belanda dan 3 ½ tahun oleh Jepang, melalui perjuangan yang gigih dan pengorbanan rakyat Indonesia yang luar biasa berupa jiwa raga dan harta benda yang dimilikinya pada saat itu, akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 atau 77 tahun yang lalu, Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945 Asli, sebelum di Amandemen) sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia.

Bingkai Ketauhidan dalam UUD Tahun 1945 terdapat pada Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” kalimat atas berkat rahmat Allah subhanahu wata'ala tersebut mengandung makna bahwa kalau bukan rahmat Allah subhanahu wata'ala kepada bangsa Indonesia sulit Indonesia meraih kemerdekaan.

Demikian pula bingkai ketauhidan dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, kini Belanda dan Jepang menjadi negara sahabat negara Indonesia bersama-sama membangun peradaban dunia yang damai dan sejahtera.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, Umat Islam yang dipimpin oleh para Ulama Islam saat itu, selain berjuang secara fisik, juga berjuang secara non fisik yaitu dengan berdoa, berdzikir kepada Allah subhanahu wata'ala memohon pertolongan agar dapat mengatasi dan mengalahkan penjajah saat itu, berjuang meraih kemerdekaan dengan bingkai Ketauhidan yakni meyakini akan kekuasaan dan kekuatan adalah milik Allah subhanahu wata'ala, Laa Quwwata illa Billah, tiada kekuatan kecuali kekuatan dari Allah subhanahu wata'ala, tiga bulan setelah proklamasi kemerdekaan RI, terjadi lagi pertempuran hebat di Surabaya, tanggal 10 November 1945 antara pasukan Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) dibawah Komandan dari Inggris dan Pasukan Belanda yang tergabung dalam Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Namun rakyat Indonesia di Surabaya tidak menyerah dan dengan berbekal binkai ketauhidan yaitu Resolusi atau Fatwa Jihad yang dikeluarkan tanggal 22 Oktober 1945 dan dipelopori oleh Hadratus Syeh K.H. Hasyim Asy’ary yang subtansi isinya penolakan kembalinya kekuasaan kolonial (Penjajah) dan mengakui kekuasaan Republik Indonsia yang baru merdeka sesuai hukum Islam dan memerangi penjajah hukum wajib, kemudian dinyatakan dalam fatwa tersebut bahwa yang gugur dalam melawan penjajah hukumnya syahid karena berjuang fi sabilillah melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan.

Kemudian bingkai ketauhidan berupa Gema Takbir Allahu Akbar yang dikumandangkan oleh Bung Tomo pada saat pidatonya tanggal 10 November 1945 menjadi penyemangat arek arek Suroboyo khususnya yang tidak gentar oleh serangan 30,000 pasukan Inggris di Surabaya. Bung Tomo mengatakan “Andai tidak dengan kalimat Allahu Akbar, saya tidak tahu dengan apa membakar semangat para pemuda melawan penjajah”, sebagai penghormatan atas perjuangan mempertahankan kemerdekaan, maka tanggal 10 November dinyatakan sebagai hari Pahlawan dan diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Alhamdulillah, kini Indonesia memperingati hari kemerdekaannya yang ke-77 dengan mengusung tema besar secara Nasional “Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat” maka untuk meraih apa yang diusung oleh tema tersebut, maka kita perlu memaknai kemerdekaan dengan bingkai ketauhidan, sebagaimana para pejuang dahulu berjuang dengan bingkai ketauhidan seperti kumandang kalimat tasbih, tahmid, dan takbir serta yakin akan kekuatan yang dimiliki Allah subhanahu wata'ala akan diberikan kepada orang-orang yang bertauhid, meyakini bahwa tiada kekuatan kecuali dari Allah subhanahu wata'ala, tidak ada pemberi keselamatan dan keamanan kecuali Allah subhanahu wata'ala, tidak ada pelindung kecuali Allah, tidak ada pemberi rezeki kecuali Allah dan seterusnya hanya kepada Allah subhanahu wata'ala kita beribadah dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan.

 

3 dari 3 halaman

Lanjutan Contoh Materi Khutbah

Hal yang Perlu Ditingkatkan Dalam Memaknai Kemerdekaan dengan Bingkai Ketauhidan

Dalam memaknai kemerdekaan dengan bingkai ketauhidan di alam kemerdekaan ini beberapa hal yang perlu kita tingkatkan yaitu:

1. Rasa syukur kepada Allah subhanahu wata'ala atas nikmat kemerdekaan ini, semoga dengan rasa syukur yang ikhlas, Allah subhanahu wata'ala akan menambah kemerdekaan dan membantu kita untuk memertahankannya. Firman Allah subhanahu wata'ala:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya : “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatku) maka pasti adzab-Ku sangat berat” (QS. Ibrahim/14 : 7).

2. Meningkatkan Iman dan Takwa kepada Allah subhanahu wata'ala agar kemerdekaan yang kita nikmati menjadi Berkah untuk bangsa Indonesia, firman Allah subhanahu wata'ala:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (QS. al-Araf/7 : 96).

3. Mengisi Kemerdekaan dengan membangun keseimbangan antara kepentingan akhirat dan dunia, dengan berbuat berbagai kebaikan dan yang bermanfaat bagi umat manusia.

Di antaranya turut melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta tidak membuat kerusakan di muka bumi ini karena Allah subhanahu wata'ala tidak suka kepada orang yang suka berbuat kerusakan.

Firman Allah subhanahu wata'ala:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya: ”Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupa bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (QS. al-Qashash/28 : 77).

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Demikianlah khutbah Jumat ini, semoga menjadi tadzkirah bagi kita yang sedang menikmati suasana Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia, dan semoga Allah subhanahu wata'ala menolong kita agar dapat mengisi kemerdekaan dengan bingkai ketauhidan.

Tim Rembulan