Sukses

Kenapa Gus Iqdam Dipanggil 'Gus'? Ternyata Cucu Ulama Mursyid Thoriqoh Blitar

Pendakwah muda asal Blitar, Jawa Timur Muhammad Iqdam Kholid atau akrab disapa Gus Iqdam tengah naik daun. Ia kerap menjadi perbincangan publik lantaran ceramah-ceramahnya yang khas dan mudah dipahami.

Liputan6.com, Jakarta - Pendakwah muda asal Blitar, Jawa Timur Muhammad Iqdam Kholid atau akrab disapa Gus Iqdam tengah naik daun. Ia kerap menjadi perbincangan publik lantaran ceramah-ceramahnya yang khas dan mudah dipahami.

Potongan video ceramah Gus Iqdam tersebar di berbagai platform media sosial. Tak heran jika nama dai muda Nahdlatul Ulama (NU) INI semakin populer dan digemari banyak orang.

Gus Iqdam lahir di Blitar, 27 September 1994. Ia merupakan anak terakhir dari pasangan KH Kholid dan Ny Hj Lanratul Farida. 

Dalam kanal YouTube Geger TV yang diunggah beberapa waktu lalu, Gus Iqdam menceritakan silsilahnya. Menjadi keturunan kiai ternama membuat ia semakin semangat untuk menimba ilmu agama.

"Latar belakang saya, saya itu sebenarnya orang biasa-biasa saja. Kebetulan saja saya itu dipanggil Gus karena saya itu memiliki kakek kiai," katanya dikutip Ahad (13/8/2023).

"Jadi Gus secara istilah saya itu belum mumpuni dan belum pantas. Tapi saya dipanggil Gus karena saya itu cucunya romo Kiai Zubaidi Abdul Ghofur," lanjut Gus Iqdam.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Alasan Mendalami Ilmu Agama

Gus Iqdam kemudian menceritakan silsilah sesungguhnya. Panggilan 'Gus' itu berawal dari ibunya yang merupakan putri dari kiai kharismatik di Kota Blitar yaitu almaghfurlah KH Zubaidi Abdul Ghofur. Beliau ini adalah mursyid thoriqoh yang mahsyur terutama di Blitar Barat. 

"Mbah Yai Ghofur ini siapa? Mbah Yai Ghofur ini adalah pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hikam, salah satu pesantren tua di Blitar Barat," ujarnya.

Karena cucu seorang kiai yang mahsyur dan kharismatik, akhirnya ia dipanggil dengan nama Gus Iqdam. Ia mengetahui seorang Gus harus memantaskan diri. Ia malu kalau seorang keturunan kiai ternama tapi tidak bisa mengaji.

"Kulo itu akhirnya mikir. Sedikit demi sedikit memantaskan diri. Akhirnya sedikit-sedikit saya ngaji," ucap Gus Iqdam.