Sukses

Surat Thaha dan Fatimah, Jalan Hidayah Umar bin Khattab

Kisah masuknya Islamnya Umar bin Khattab mengandung banyak hikmah dan pelajaran. Ia memutuskan menjadi seorang mualaf tanpa ada bujuk rayu orang, harta, ataupun diiming-imingi oleh kedudukan tinggi. Tetapi karena kebenaran, hidayah menembus hatinya melalui wasilah ayat dalam surat Thaha yang dibacanya melalui suhuf yang dipegang oleh adiknya sendiri, Fatimah.

Liputan6.com, Jakarta - Kisah Umar bin Khattab masuk Islam merupakan peristiwa yang menarik. Pada suatu hari dengan pedang terhunus, Umar bin Khattab menuju Darul Arqam tempat dimana baginda Nabi Muhammad biasa berkumpul dengan para sahabat. Melihat mukanya yang beringas, matanya yang nanar, orang sudah menyangka dan mengerti, ini tentu akan terjadi pembunuhan. 

Dalam perjalanan menuju Darul Arqam, Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah. Nu’aim bertanya, “Ya Umar, mau kemana engkau?” Umar berkata, “Mau membunuh itu, si murtad itu.” “Si murtad yang mana?” “Yang mana lagi? Itu. Yang memecah belah kita. Yang menghina berhala-berhala kita. Yang menjelek-jelekkan nenek moyang dan keturunan kita. Siapa lagi kalau bukan Muhammad.”

Kata Nu’aim, “Umar, tidak salah engkau?” “Tidak salah lagi.” “Salah Umar.” “Salah kenapa?” “Apa kamu tidak malu? Kamu mau pergi membunuh Muhammad, sementara adikmu sendiri Fatimah, dia sudah termasuk salah seorang pengikut Muhammad.”

Mendengar ini, muka yang memang tadinya sudah marah dan merah, tambah jadi kelam. Bukan main mangkelnya Umar bin Khattab. Orang lain dia musuhi, orang lain dia kejar-kejar, ini malah adiknya sendiri menjadi pengikut dari Baginda Nabi Muhammad SAW. Tidak jadi menuju Darul Arqam, dia berangkat ke rumah adiknya Fatimah.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 3 halaman

Umar Hendak Membunuh Fatimah

Di rumah Fatimah sedang berkumpul, Fatimah, suaminya Sa’id bin Zaid dan seorang sahabat Khabbab bin Arats. Mereka sedang membaca Al-Qur’an.

Diketuk pintu oleh Umar, dan dijawab dari dalam, “Siapa di luar?” “Umar!” mendengar suaranya saja, sahabat Khabbab bin Arats sudah lari ke belakang pintu. Adapun Fatimah yang sedang memegang suhuf, lembaran tulisan Al-Qur'an itu, menyembunyikan suhuf itu di belakang bajunya.

Saat Umar masuk, tidak sengaja suhuf lembaran yang tersembunyi di belakang baju Fatimah tersembul, Umar pun bertanya, “Apa yang kau sembunyikan di balik bajumu itu?” Fatimah berkata “Suhuf” “Apa suhuf itu?” “Lembaran Al-Qur’an”

Maka dibacalah lembaran tersebut:

طه . مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى

Artinya: “Thaha, Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah"

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي . إِنَّ السَّاعَةَ آَتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى

Artinya: “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku. Sungguh, hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan."

3 dari 3 halaman

Hidayah Umar Masuk Islam

Setelah membaca ayat tersebut tangan Umar bergetar. Dalam hati Umar tidak main-main, belum pernah ia membaca ajaran yang seperti ini. Tidak patut orang yang mempunyai kitab suci semacam ini dimusuhi. Ini sesuatu yang benar. Bergetar jiwanya.

“Hai, Fatimah beritahu aku dimana keberadaan Muhammad?” “Saya tidak akan memberitahu kamu.” “Dimana?” kata Umar lagi. “Saya tidak akan memberi tahu,” kata Fatimah. “Lebih baik kamu bunuh saya kalau memang maksudmu mau mencelakakan Muhammad,” kata Fatimah lagi. “Sama sekali saya tidak akan mencelakakan dia, Fatimah. Kasih tau saja dimana dia?” ujar Umar. “Darul Arqam,” kata Fatimah. Umar kemudian bergegas menuju Darul Arqam.

Saat di dalam Darul Arqam, Nabi Muhammad memang sedang berkumpul dengan para sahabat. Termasuk ada Sayidina Hamzah yang juga terkenal sebagai jawara juga. Umar mengetuk pintu. “Siapa di luar?” “Umar”.

Geger semua sahabat yang ada di dalam Darul Arqam, mereka sudah menduga kedatangan Umar pasti membawa bencana. Tapi baginda Nabi menenangkan mereka, “Tenang, mudah-mudahan ada hikmahnya.” Sayyidina Hamzah tampil, “Bukakan dia pintu. Kalau niatnya baik kita terima, kalau niatnya tidak baik, saya paling depan”. 

Begitu dibukakan pintu, Umar masuk merangkul baginda Nabi Muhammad. Kemudian dengan tersendat, Umar mengucapkan dua kalimat syahadat, memeluk Islam.

Kegembiraan meliputi suasana ketika itu karena sebelumnya dikala Umar belum masuk Islam, dia merupakan ganjalan yang paling dikhawatirkan oleh umat Islam. Namun, setelah dia masuk Islam, jelas merupakan suatu keuntungan yang sangat besar.

Umar memeluk Islam bukan karena bujuk rayu orang, tidak karena diberikan harta, tidak karena diiming-imingi oleh kedudukan tinggi. Tetapi karena kebenaran, hidayah menembus hatinya melalui wasilah ayat dalam surat Thaha yang dibacanya melalui suhuf yang dipegang oleh adiknya sendiri, Fatimah.