Liputan6.com, Jakarta - Mungkinkah kendaraan panser milik TNI yang diperkirakan beratnya 12 ton hingga 14 ton bisa diangkat dengan tangan kiri?
Secara logika memang tidak mungkin, tetapi ini benar terjadi dan banyak yang menyaksikan. Peristiwa ini juga sempat menjadi buah bibir.
Terlebih kejadian ini terjadi di Istana Negara, kejadiannya beberapa waktu silam.
Advertisement
Adalah Gus Muwafiq atau KH Ahmad Muwafiq yang dikabarkan mampu mengangkat panser TNI dengan tangan kirinya, saat pergolakan pelengseran Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kala itu.
Kisah Gus Muwafiq yang mengangkat panser itu sempat menjadi perbincangan di kalangan pengikut Gus Dur.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Tak Sadar Angkat Panser
Dalam beberapa kesempatan Gus Muwafiq mengaku bahwa ia tak menyangka yang diangkat merupakan sebuah panser, karena hal itu terjadi begitu saja.
"Jadi gini waktu Gus Dur mau dijatuhkan semua kan mau terlibat, yang datang ekstra parlementer, enggak tahu itu yang saya angkat panser atau enggak, kata orang si panser," kata Gus Muwafiq saat ditanya soal kisah pengangkatan panser tersebut.
Kala itu, yang ada di benak Gus Muwafiq, bahwa dirinya tak ingin panser memakan korban yang berasal dari para pendukung Gus Dur.
"Biar enggak nabrak ini orang kan, capek saya takut ada pembersihan di sekitar istana, jadi semua yang sudah harus bersih," tandasnya.
Gus Muwafiq sendiri merupakan kiai dari Sleman, Yogyarta. Ia sempat menjadi orang kepercayaan Gus Dur yang diminta untuk menjadi asisten 'dunia lain'.
Advertisement
Sekilas Tentang Gus Muwafiq
Gus Muwafiq adalah seorang pendakwah yang menyejukkan dan mendudukkan kembali logika keagamaan dan kebangsaan.
Gus Muwafiq yang lahir di Lamongan, Jawa Timur, ini telah melanglang-buana menuntut ilmu dari pesantren satu ke pesantren lain. Setelah itu, ia kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan aktif di organisasi kemahasiswaan. Puncaknya, adalah ketika ia di daulat menjadi Sekjend Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara.
Gus Muwafiq ini terkenal sebagai sosok yang low profile. Bahkan, di kediamannya, ia selalu makan bersama dengan beberapa santri dan aktivis NU yang sering mengunjunginya.
Ciri khas rambut gondrong, peci hitam dan pakaian serba putih ini menjadi dirinya sosok yang ikonik. Gus Muwafiq adalah sosok yang rajin menjalankan kesunnahan, seperti shalat sunah dan puasa.
“Untuk memperbaiki jiwa manusia, hampir tak ada yang seefektif puasa,” tutur Gus Muwafiq.
Gus Muwafiq adalah sosok kiai yang langka. Dia paham teks klasik (kitab kuning), dari nahwu-shorof, balaghoh, fiqih, ushul fiqih, sampai tafsir, tauhid dan juga isu-isu kontemporer.
Gus Muwafiq paham bagaimana sejarah Islam (Indonesia maupun dunia) terbentuk dari semenjak penciptaan semesta sampai hari ini. Agama Islam, jadi tak berdiri sendiri dalam pandangannya, namun dikelilingi oleh ragam konteks, sejarah, juga ekonomi, politik dan budaya.
Penulis Nugroho Purbo