Sukses

5 Masjid Megah Tanpa Kubah di Indonesia, Mana Saja?

Masjid identik dengan kubah, tetapi bagaimana keindahan dan kemagahan masjid tanpa kubah di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Umumnya sebuah bangunan masjid terdapat kubah yang menjadi ciri khasnya. Tetapi di Indonesia ada lima masjid megah yang berdiri tanpa kubah.

Menurut kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) kubah adalah lengkung (atap) atau atap yang melengkung merupakan setengah bulatan (kupel). Kubah masjid adalah elemen arsitektur yang umumnya digunakan dalam desain masjid di seluruh dunia.

Kubah memiliki peran penting dalam estetika masjid dan sering menjadi salah satu ciri khas yang mengidentifikasikan sebuah bangunan sebagai masjid.

Kubah masjid biasanya memiliki bentuk setengah bola atau hemisfer, meskipun ada variasi bentuk lainnya seperti kubah oval atau poligonal. Bentuk setengah bola adalah yang paling umum dan ikonik.

Masjid tanpa kubah adalah sebuah keunikan tersendiri. Meski tanpa kubah, kemagahannya masijid-masjid ini bisa disejajarkan dengan masjid di belahan dunia lain.

Berikut ini adalah beberapa masjid tanpa kubah yang ada di penjuru Nusantara, mengutip Islampos.com.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 6 halaman

1. Masjid Agung Sumatera Barat, Masjid Megah Gaya Minang

Masjid Agung Sumatera Barat di Padang menampilkan sisi lain dari budaya mereka melalui arsitekturnya yang unik.

Sebagai pengganti kubah khas, masjid mengadopsi atap gaya Minang yang dikenal sebagai gonjong mirip dengan Rumah Gadang tradisional mereka . Fasadnya juga dihiasi dengan ukiran tradisional Minang yang dihiasi dengan berbagai karya kaligrafi Islami.

Interiornya juga sama indahnya, dengan mihrab, ceruk di dinding kiblat yang dihadapi umat Islam saat berdoa, yang dibentuk seperti Hajar Aswad Mekkah . Terbentang dari mihrab adalah banyak karya kaligrafi emas yang menunjukkan 99 Asmaul Husna yang menjangkau sampai ke langit-langit masjid.

 

3 dari 6 halaman

2. Masjid Muhammad Cheng Hoo, Masjid Nuansa China

Masjid yang terletak di Jawa Timur ini juga termasuk salah satu masjid unik tampa kubah yang justru terlihat seperti rumah ibadah agama Hindu. Namun setelah ditelusuri lebih dalam dan jauh, arsitektur di dalamnya kental dengan arsitektur kebudayaan Islam.

Atapnya dirancang mengikuti pagoda China dan warna merah, kuning, dan hijau, yang dalam budaya China mewakili keberuntungan, mendominasi bangunan.

Dibandingkan dengan masjid-masjid lain dalam daftar ini, Masjid Cheng Hoo agak kecil tapi tetap menakjubkan di dalamnya. Langit-langit delapan sisi sekali lagi mewakili keberuntungan dan masing-masing sisi dihiasi dengan kaligrafi Islam, membuktikan bahwa dua identitas budaya yang berbeda dapat hidup berdampingan secara damai.

 

4 dari 6 halaman

3. Masjid Tubaba, Masjid Super Unik

Dirancang oleh arsitek terkenal Indonesia Andra Matin, Masjid Tubaba di Islamic Center Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung mengadopsi desain yang sangat tidak konvensional. Tidak ada menara, tidak ada kubah, beton ekspos terlihat agak tidak menarik, dan sama sekali tidak ada yang menunjukkan bahwa bangunan itu sebenarnya adalah masjid pada pandangan pertama.

Di dalam, itu adalah cerita yang berbeda, karena lantai kayu keras, desain udara terbuka, dan udara sejuk dari kolam sebelah menyatu menjadi satu ruang yang nyaman dan tenang. Setelah selesai berdoa, luangkan waktu untuk mendinginkan diri di tepi kolam dimana dapat melihat dan memberi makan ikan-ikan yang hidup di kompleks tersebut.

Langit-langit setinggi 30 meter khususnya cukup menarik untuk dilihat, dengan 99 bukaan di bagian atas yang, ketika matahari berada pada sudut yang tepat, memproyeksikan cahaya ke lantai kayu keras. Jumlah bukaan itu sendiri melambangkan 99 Nama Tuhan, yang juga diukir di langit-langit bawah masjid.

 

5 dari 6 halaman

4. Masjid Al Safar, Masjid Segitiga

Masjid kedua yang dibangun oleh Ridwan Kamil ini pernah dituding dengan tudingan yang tidak sedap, hanya karena desain masjid yang lain dari umumnya. Padahal masjid yang diapresiasi oleh dunia Internasional ini mempunyai tiap makna dalam sudut bangunannya.

Kang Emil menuturkan bahwa apa yang ada dalam desain bangunan masjid tersebut adalah sebuah inspirasi dari geometri. Sedangkan ilmu geometri sendiri merupakan kekhasan seni dalam peradaban Islam.

Kang Emil menjelaskan, desain Al Safar terinspirasi dari bentuk alam yang tidak beraturan. Untuk membangun bentuk tidak beraturan, dia menggunakan teknik lipatan seperti origami Jepang. Masjid yang terletak di rest area KM 88B di Tol Cipularang. Masjid yang diresmikan pada 19 Mei 2017 ini mempunyai bentuk bangunan yang unik dan modern menyerupai topi adat Sunda.

 

6 dari 6 halaman

5. Masjid Al-Irsyad, Gunakan Batu Tumpuk

Hal pertama yang mungkin menarik perhatian seseorang tentang masjid di Kota Baru Parahyangan (KBP) ini adalah tidak adanya kubah, yang hampir selalu menjadi ciri khas masjid. Namun, para arsitek telah menginformasikan bahwa kubah bukanlah identitas budaya atau agama, sehingga bukan keharusan dalam mendesain tempat ibadah Islam.

Arsitektur masjid KBP tergolong unik karena menggunakan batu tumpuk sebagai fasad utama untuk menciptakan efek tektonik, serta menyematkan teks/kaligrafi Islam pada fasad sebagai elemen grafis dan pengingat shalat.

Bentuk utama masjid berbentuk persegi, yang tampaknya paling efisien karena umat Islam berdoa dalam barisan lurus menghadap ke arah tertentu atau kiblat. Kolom struktural disusun sedemikian rupa sehingga fasad seolah-olah tidak didukung oleh bingkai apa pun. Bentuk ini juga menyinggung Ka’bah, struktur terpenting di dunia Islam, yang menjadi tujuan doa semua Muslim.

Dengan daya tampung kurang lebih 1.000 orang, masjid ini juga didesain ‘blend in’ dengan alam. Batu-batu yang ditumpuk memungkinkan ventilasi alami tanpa perlu AC. Dikelilingi oleh air, suhu lingkungan di sekitar masjid akan lebih rendah selama musim panas. Begitu masuk, orang-orang dapat melihat keluar dan menghargai pemandangan luar.

Penulis: Nugroho Purbo