Sukses

Karomah Gus Dur Usai Wafat, Bukti Tak Terbantahkan Seorang Wali

Bagi umat Islam di Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bukanlah sosok ulama biasa. Diyakini, dia adalah seorang wali

Liputan6.com, Jakarta - Bagi umat Islam di Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bukanlah sosok ulama biasa. Diyakini, dia adalah seorang wali.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Presiden ke-4 RI ini adalah seorang wali. Misalnya, kecerdasannya. Kedua, pandangannya yang melampaui zamannya.

Gus Dur juga memiliki karomah yang langka. Banyak kisah yang menunjukkan bahwa maqam Gus Dur adalah waliyullah, meski dikenal pula dengan gayanya yang humoris.

Namun begitu, banyak pula yang mempertanyakan atau setidaknya, ingin membuktikan bahwa Gus Dur seorang wali. Itu termasuk adiknya, Gus Sholah atau KH KH Salahuddin Wahid.

Fakta-fakta yang ditemukan ternyata sungguh menakjubkan. Bahkan, karomah Gus Dur makin kentara usai wafatnya. Berikut kisahnya, sebagaimana ditulis oleh Syarif Abdurrahman, Kontributor NU Online di Jombang.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Lautan Manusia dalam Pemakaman Gus Dur

KH Salahuddin Wahid atau akrab disapa Gus Sholah pernah mempertanyakan apakah benar bahwa Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) itu seorang wali? Pertanyaan tersebut muncul setelah Gus Sholah melihat fakta pasca-wafatnya Gus Dur tahun 2009 silam.

"Ketika Gus Dur wafat, Gus Sholah menjadi salah satu bagian dari keluarga yang paling sibuk. Hal ini dikarenakan saat itu Gus Dur akan dimakamkan di Pesantren Tebuireng. Sementara Gus Sholah sebagai pengasuhnya. Selain itu, Gus Dur adalah kakak kandung dari Gus Sholah," tulis Syarif, dikutip dari laman nu.or.id, Senin (4/9/2023).

Dalam buku Memadukan Keislaman dan Keindonesiaan, Esai-Esai Kebangsaan halaman 33 dituliskan alasan Gus Sholah bertanya apakah betul Gus Dur seorang wali. Alasan utamanya karena ia melihat begitu antusiasme para peziarah berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir Gus Dur.

Menurut Gus Sholah, wali itu mengandung dua aspek, yaitu keagamaan dan sosial. Secara sosial, tidak bisa dibantah bahwa Gus Dur sudah dianggap sebagai seorang wali.

Indikasinya bisa dilihat dari adanya peziarah yang mengambil tanah makam Gus Dur untuk tujuan mendapatkan barakah. Hal ini menunjukkan adanya anggapan bahwa Gus Dur sebagai seorang wali.

Upacara kenegaraan saat Gus Dur dikebumikan di pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng dipadati sekitar 50 ribu orang. Para peziarah terus datang setiap harinya, diperkirakan ada 7-8 ribu peziarah yang berkunjung.

Pada tahlilan malam ketujuh wafatnya Gus Dur, jumlah tamu mencapai 30 ribu orang. Keluarga besar Pesantren Tebuireng tidak menduga dan mengira sebelumnya bahwa para pencinta Gus Dur bisa datang sebanyak itu ke Tebuireng.

 

3 dari 3 halaman

Pemimpin yang Hidup di Hati Masyarakat

Dalam kesaksian Gus Sholah, setelah tiga minggu Gus Dur wafat, para peziarah masih berada pada angka 2.500 perhari. Khusus akhir pekan, bisa mencapai delapan ribu orang. Para peziarah kembali membludak saat 40 hari wafatnya Gus Dur.

Kedatangannya para peziarah membuat kegiatan belajar mengajar (KBM) santri Tebuireng libur sebulan. Kondisi Pesantren Tebuireng penuh peziarah dan belum mungkin mengadakan kegiatan belajar.

Sebagai pengasuh, Gus Sholah juga menerima tamu tanpa henti dari berbagai daerah. Bahkan, Gus Sholah sampai kelelahan menerima tamu yang tidak berhenti berdatangan.

Gus Sholah sempat bertanya ke tamu yang berasal dari Banyumas dan Kalimantan, jawabannya peziarah rela datang jauh-jauh karena mereka mencintai, menghormati dan merasa kehilangan sosok Gus Dur.

Alasan kedua kenapa seseorang bisa dikatakan wali dilihat dari aspek keagamaan. Dalam aspek ini, Gus Sholah mengatakan manusia tidak mungkin mengetahui sejauh mana Gus Dur dapat disebut sebagai wali. Itu adalah rahasia Allah swt.

Namun, kesimpulan dari Gus Sholah melihat penghormatan yang ia saksikan secara langsung setelah Gus Dur wafat menunjukkan bahwa Gus Dur adalah pemimpin yang hidup di hati rakyat.

Kini, Gus Dur dan Gus Sholah sudah wafat. Keduanya dimakamkan di area pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng. Al-Fatihah.

Tim Rembulan