Liputan6.com, Jakarta - Pendakwah NU KH Ahmad Muwaffiq dikenal sebagai penceramah yang adem dalam menyampaikan materinya. Gaya dakwahnya ringan, dan kadang dikemas dengan candaan.
Gaya dakwah ini rupanya digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Tak heran jika kiai yang kemudian populer dengan panggilan Gus Muwafiq ini cepat populer.
Gus Muwafiq kerap melontarkan joke-joke yang mewarnai pelajaran agama itu. Pengajiannya selalu dihadiri ribuaan jemaah.
Advertisement
Baca Juga
Ada satu kekhasan Gus Muwafiq, yakni pandangannya soal keindonesiaan dan toleransi. Di berbagai forum pengajian, Gus Muwafiq menyerukan kebangsaan dan kerukunan.
Pesan dalam dakwahnya soal Islam inklusif ini barangkali banyak dipengaruhi oleh Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid. Gus Muwafiq pada masa muda, pernah menjadi asisten pribadi Gus Dur.
Ada pengalaman berkesan Gus Muwafiq ketika diperintahkan Gus Dur untuk berziarah dan tirakat di makam syekh Ismail di Malaka. Peristiwa ini terjadi sebelum pendirian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pasca-reformasi 1998.
Kala itu, Gus Muwafiq masih mahasiswa. Sementara, Gus Dur adalah Ketua Umum PBNU.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Dur Bertemu Mbah Hasyim Melalui Mimpi
Ketika Gus Dur masih menjadi Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Asy'ari menemui dalam sebuah mimpi untuk membentuk sebuah badan khusus warga NU agar bisa berperan aktif dalam arena politik praktis. Lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa era Gus Dur adalah atas perintah ini.
Sebelum membentuk partai tersebut, Mbah Hasyim memerintahkan Gus Dur agar menemukan kiai bernama KH. Ahmad Muwaffiq. PKB tidak akan kuat berdiri tanpa nama tersebut. Lama Gus Dur mencari-cari nama tersebut di Yogyakarta.
Gus Dur bertanya kepada para kiai NU yang ada di Yogyakarta waktu itu, dan semua menjawab tidak mengenal nama tersebut.
"Tidak ada nama kiai di Jogja bernama Ahmad Muwaffiq, Gus," kata para kiai, demikian dikutip dari laman Laduni.id.
"Ada, pasti ada. Mbah Hasyim yang bilang kok," jawab Gus Dur.
Terang saja mereka tidak akan menemukan sosok kiai seperti nama yang dicari Gus Dur. Nama yang kini populer dengan sebutan Gus Muwaffiq, saat itu masih menjadi aktivis mahasiswa, yang biasa bercelana jins komprang suwek-suwek, berambut gondrong dan sangat suka berkegiatan seni musik di kampus.
Advertisement
Ziarah dan Tirakat di Malaka
"Siapa itu?"Tanya Gus Dur kepada Agus Winarto (alm) saat mengisi sebuah acara seminar di kampus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, suatu kali.
"Muwaffiq".
"Lengkapnya siapa?" Tanya Gus Dur lagi.
"Ahmad Muwaffiq," jawab Agus, ketua panitia acara seminar.
"Oh, ini dia yang saya cari".
Usai seminar, Gus Dur bergegas mendatangi Ahmad Muwaffiq muda yang terlihat sedang sibuk membantu panitia acara. Dan tanpa dinyana, Gus Dur mencium tangannya.
Saat itulah, Gus Dur meminta Ahmad Muwaffiq muda untuk berangkat ke Jakarta, dengan sebuah tiket yang sudah disediakan.
Di Jakarta, Ahmad Muwaffiq muda diminta Gus Dur agar ziarah ke Makam Syaikh Isma'il di Malaka, Malaysia, dan tirakat beberapa saat sebagaimana perintah Mbah Hasyim Asy'ari. Kata Gus Dur, hanya keturunan Syaikh Isma'il saja yang memiliki frekuensi tinggi bisa membuka "kunci tanah Jawa".
Tim Rembulan